Bagian 26 - She's Angel

205 64 7
                                    

Aku dan kamu adalah sepasang sendok dan garpu. Aku dan kamu seperti matahari yang datang dan bulan yang terang. Seperti cintaku kepadamu yang tidak akan pernah terbentang.

HAI! APA KABAR KALIAN!

ABSEN DULU SINI

******

"Kita gak salah baca kan, Ren?" tanya Geando seraya memegang kotak tersebut dengan tangan yang gemetar.

Renza yang tidak memejamkan matanya sedetikpun. "E-enggak kak? Memang ini bingkisan dari kak Amel? Aku rasa enggak deh," pikirnya.

"SERIUSAN GUE TAKUTT!" Tiba-tiba Geando membuang kotak tersebut.

"Sama kak!" ujar Renza dengan kedua tangannya yang mendekam.

Tak selang beberapa lama. Mereka mulai memiliki perasaan buruk yang akan terjadi kepada mereka. Setelah sekian lama, sepertinya seseorang tersebut benar-benar benci kepada mereka. Tanpa tau sebab, akibat dan sebuah alasan yang jelas. Mereka kebinggungan mencari solusi yang tepat untuk jalan ini.

Geando yang tengah berkeringat dingin. "Kalau kek gini caranya, tolong gue minta buang bingkisan itu sekarang juga!" tulahnya.

Renza yang bersikeras untuk tidak ingin membuang barang tersebut. "T-tapi kak?" ucapnya.

"Tolong lah, Ren. Seseorang itu lagi ngincar keberadaan kita! Pahami konsep ini lah." ujar Geando menatap adiknya, dengan tatapannya yang sangatlah tajam.

"Y-yaudah kalau gitu," dirinya membawa bingkisan tersebut pergi keluar. "SIALAN!"

Bukannya dibuang, Renza memanfaatkan keadaan dengan cara menyimpan sobekan kertas yang berisi kata-kata tersebut. Dibawanya dan diletakkannya di kantong saku miliknya.

"Kalau gue gak pake cara ini, gue gak bisa nemuin bukti apapun!" gumam Renza seraya menyobek kertas yang tertempel di kotak tersebut.

Kembali lagi kepada Amel yang tengah berdandan untuk pesta nanti malam. Ternyata oh ternyata, setelah sekian lama grub kuliah ia arsipkan. Notifikasi pun berujar pada dirinya yang tengah di mention oleh dosennya. Notifikasi tersebut seketika, membuat Amel kaget untuk membaca dan melakukannya.

TING!

Amel mengecek notifikasi pesan yang masuk. "Siapa dah?" tanyanya terheran-heran.

Notifikasi mention masuk dan berkata, "Mohon untuk ananda Amel, dengan kejurusan teknik bidang teknologi mohon segera membaca pesan terkini. Bahwasannya ananda tersebut kami undang dengan mengisi Acara Festival Pekan Raya nanti malam. Kami tunggu di waktu setempat, terimakasih."

ANJING!

"Apa-apaan dah, kok tiba-tiba gini sih?" cibir Amel. Wanita itu kesekian kalinya kecewa akan pesan yang masuk.

Amel membanting ponselnya ke ranjang. "Masa gue harus ikut ngisi acara? Kan tujuan gue bukan buat itu!" keluhnya.

ISH!

"Nyebelin ih, dosennya."

Berujar alasan ia kaitkan dengan beribu-ribu cobaan. Karena posisi Amel akan terhimpit, ia mencoba cara lain untuk dapat menghindari tawaran tersebut dengan sebuah alasan yang tepat. Demi sebuah bukti dari permasalahan yang jauh lebih penting. Amel merelakan diri untuk melakukan hal tersebut.

"Mohon maaf pak, sebelumnya."

"Bukannya saya tidak mau menerima tawaran bapak. Namun untuk saat ini, saya mengalami demam yang sangat parah pak."

GEAMEL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang