HAI HAI GIMANA NIH KABAR KALIAN?
ABSEN DULU YUK
******
Filosofi rekaan telah tiba. Penghasilan dicari dan dibutuhkan. Demi perjalinan ikatan persahabatan yang tak akan berhenti. Melampaui semuanya dengan makna yang berarti. Melewati rintangan dikala susah maupun senang. Mereka jalani tanpa keluh kesah yang mengabdi.
"Pekerjaan yang berpenghasilan yang cukup untuk biaya rumah sakit apa ya?" Amel berfikir keras. Memikirkan suatu hal yang dirasa ingin membantu.
"Kelihatannya kita open donasi bisa cocok gak sih?" tanya Keira.
"Setuju." Berfikir kembali, "Tapi kita harus cari pekerjaan juga. Jangan menggantungkan donasi saja."
Andra menderak kursi mobil, "Tenang. Gue kan punya usaha digital. Jadi gue bisa bantu dari situ." cakap Andra.
"Lo serius?" Matanya mendelik dengan tajam.
"Serius dong. Ingat ini demi teman kita!" Andra menjelaskan, "Gue udah anggap kalian semua temen deket gue, jadi untuk urusan donasi dan usaha. Gue yang ngatur." luluh Andra.
Adel dengan rentang kejutnya, "Baru kali ini kita dipertemukan oleh sebuah ikatan pertemanan yang sesungguhnya," kesah Adel.
"Kita semua," berbising kencang, "bisa!"
Ikatan sebuah sampul yang bergerigi. Bersatu dan menyatu. Sesosok dunia yang dibentuk demi melancarkan sonar. Terkadang memperbaiki lebih baik daripada diperbaiki. Layaknya jatuh kugenggam, tinggi kusanjung. Itulah sebuah pertemanan yang mereka bentuk layaknya bunga dan benalu, terlihat membutuhkan dan terlihat menghanyutkan.
Mereka berseteru dan berkumpul bersama. Di kafe milik Amel. Tak pandang akan permasalahan yang mereka hadapi. Namun baginya pertemanan jauh lebih berarti. Mereka siap sedia membantu yang kesusahan, menerima bala bantuan dan menggabungkan sebuah ikatan. Membentuk sebuah kelompok untuk bersama-sama membantu yang kesusahan.
Andra membagi tugas, "Jadi seperti yang kita lihat. Untuk masalah keuangan gue yang tanggung. Kalian cukup datang, ketika gue bener-bener butuh pertolongan. Jadi semangat!" ujar Andra.
"Lo serius mau ngerjain semua sendiri?"
"Gak keberatan lo, Ndra?"
"Sudahlah, serahkan semua sama gue aja."
"T-tapi bagaimana sama motor lo yang rusak itu? Gue masih kasihan lihat lo, Ndra. Terlihat kesusahan banget pasti," Amel merusuh tajam. Menanyakan hal yang pasti. Tentang sebuah keadaan yang telah Andra bebankan.
"Masalah motor mending jangan dibahas."
"Its fine about my motorcycle."
"Jadi kalian tenang aja ya. Sekarang Geando yang harus kita pentingkan."
"Mulia banget hati lo, Ndra. Geando pasti bangga banget punya sahabat kayak elo," Adel terkagum-kagum. Melihat segala kebaikan Andra. Ketulusan dan keprihatinan Andra terhadap sahabatnya.
"Siap!"
"Yaudah kubuat kopi dulu ya."
Adel bergumam manja, "Aduh udah gue tunggu-tunggu loh tadi. Kopi lo yang seenak itu, gak peka banget deh Amel."
"Duh."
"Maaf ya, gue memang cewe gak peka deh." Amel mendesis lancang melanturkan jawabannya.
Kesolidaritas dibangun dengan bahagia. Mereka bersama-sama menerapkan prioritas. Letih lesu mereka sanjungkan demi memberikan yang terbaik. Tawa dan bahagia menyelimuti isi bagian dari sebuah ikatan. Simpul kebersamaan membuat mereka ditawarkan dengan kesederhanaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEAMEL [END]
Fiksi Remaja[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] "Mengapa hanya aku, yang mendapatkan nasib sial?" Geando Geirandolf, seorang pemuda jurusan teknologi yang memiliki kriteria pemuda jenius. Tinggal bersama dengan adiknya tercinta, kerap ingin memulai hidup mandiri. J...