Terimakasih manusia yang selama ini menemaniku disaaat aku susah maupun senang.
UP LAGI NIH
ABSEN DULU YUK
******
Di pertengahan jalan. Langkah mereka dihentikan oleh Adel. Adel terlihat sedang berbicara dengan seseorang. Terlihat percakapan sangat serius dibuatnya. Sempat mereka acuhkan, namun semua itu dihentikan oleh kejanggalan sesuatu.
"Eh, itu bukannya si Adel?" ujar Keira menghentikan langkahnya.
"Mana?"
"Oh iya itu si Adel, ya? Ngapain tuh orang disitu?" Amel melipiskan matanya menghadap kearah Adel.
"Bodo ah, ayo jalan lagi."
"Eits, tunggu dulu."
"Dengerin dulu dia lagi ngapain."
"Ih."
Adel bercakap-cakap aneh, "Iya, jadi menurut saya bagusnya begitu sih pak. Cuman gak sekarang juga, harus dikerjain," bisik Keira.
"Ini gue sendiri yang ngerasa kalau disekeliling kita aneh, apa lo juga? Mel."
"Kelihatannya gue juga ngerasa deh, cuman balik lagi kita gak pasti tau kan mereka lagi ngapain."
"Mau samperin kagak lo?" usut Keira.
"B-bol_", notif pesan masuk di ponsel Amel. Berdering kencang dan melengking. Telepon masuk hingga mengejutkan Amel.
"Siapa itu?"
"Shut!"
Amel mengangkat telepon dari Andra, "Eh iya, Ndra. Gue langsung otw ini," jawab Andra di ponsel tersebut, "Yaudah cepet ye, gue tunggu nih."
"Tuh kan, udah ayo cepetan."
"Ish, yaudah ayo."
Lagi dan lagi rencana mereka dihentikan oleh keadaan. Membuat mereka kesal akan segala hal yang terjadi secara spontan. Amel dan Keira pun langsung menuju kearah tempat pekerjaan ayah Andra. Karena tinggal tidak beberapa lama lagi, mereka sampai di tempat Andra.
"Gue kesel deh, kenapa rencana sama halangan terjadi bersamaan sih?" kesal Keira.
"Mungkin sudah, takdir", usul Amel.
"Bener juga sih, kata lo."
Akhirnya mereka pun sampai di lokasi. Tempat yang ramai akan barang-barang digital yang dijualnya. Mulai dari perlengkapan digital visual hingga non-visual. Mereka pun disambut oleh Andra, yang sedang berdiri di kasir melayani pembeli yang berdatangan. Andra pun menghampiri mereka, yang tengah berada di depan pintu.
"Ini gak sih? Beneran baru tau gue," ucap Keira sambil menengok fasilitas toko tersebut.
"Iya bener, ini tokonya," balas Amel.
"Eh."
"Itu si Andra, gak sih?" tanya Keira.
"Iya, bener itu Andra."
Andra melihat mereka dari luar pintu toko, "Eh itu mereka," Andra memanggil ayahnya, "Pah, bisa tolong layanin pelanggan ini dulu, ada temenku soalnya," usul Andra.
"Yaudah kesana gih."
Andra membuka pintu tokonya, "Ayo, sini masuk," ujar Andra menyuruh mereka masuk.
"Ayo masuk, Mel."
Mereka pun mulai masuk ke toko Andra. Ruang digital yang sangat mewah. Terlihat disekelilingnya sangatlah ramai akan barang digital. Mulai dari barang kebutuhan maupun barang hiasan. Tokonya sangat ramai sekali, dikerumunan banyak orang. Berbondong-bondong membeli barang digital yang ada disitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEAMEL [END]
Teen Fiction[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] "Mengapa hanya aku, yang mendapatkan nasib sial?" Geando Geirandolf, seorang pemuda jurusan teknologi yang memiliki kriteria pemuda jenius. Tinggal bersama dengan adiknya tercinta, kerap ingin memulai hidup mandiri. J...