Kini aku hidup diantara hening dan sunyi. Dimana aku harus menerima nasib yang sepi.
***********
Bekasi, 15 Desember 2022.
Tempat ternyaman mereka telah terpisah tak terarah. Dulu, kisah yang dirajut dan ditanam bersama-sama kini telah sirna. Perpisahan yang tidak hanya membawakan duka dan lara. Namun juga mempersembahkan berbagai macam peristiwa yang penuh dengan tetesan air mata. Tiada kata selain berakhir, walau kisah mereka belum cukup terukir.
Sejak dari awal Amel hanya memandang kepunahan duniawi. Seakan-akan kehidupannya telah hancur tak terukur. Kedua orang tua–nya merasa sangat sedih karena telah dibutakan dengan masa sulit anak perempuan satu-satunya.
Papa Amel masih memikirkan anaknya berulang kali. Ia kebinggungan mengapa anaknya tidak pernah cerita akan hal seperti ini. Dia beranggapan bahwa Amel tidak mengakui kehadiran kedua orang tuanya untuk dirinya sendiri. "Seharusnya kamu cerita, Mel. Bukan dengan cara seperti ini, kamu harus mendapatkan nasib yang tidak bisa papa ungkapkan."
"Apa kata paman nanti, nak? Mama sama papa benar-benar malu untuk mengatakan-nya. Apalagi jika kamu masih tinggal disini, bagaimana tanggapan teman-temanmu nanti?" ucap mama Amel yang merasa gagal menjadi seorang ibu.
Amel hanya berdiam dan bernaung siam. Kedua kakinya terangkat. Kepalanya menunduk membasuh air mata yang berlinang deras.
"Maafkan, aku ma. Aku juga merasa gagal menjadi yang terbaik buat mama sama papa. Seharusnya aku tidak seperti ini."
"Sekarang papa harus cari kemana pelaku yang melecehkan kamu? Mau menghubungi polisi juga percuma. Mereka tentu saja lebih cerdik dalam hal apapun. Sampai sekarang juga belum ada kabar tentang keberadaan mereka."
Tangisan terisak sendu sepanjang perjalanan. Keluarga Amel kebinggungan tak karuan. Mereka benar-benar kehilangan arah untuk menjadikan anaknya sebagai anak gadis yang masih perawan.
Sementara itu, Geando merasa khawatir dengan kondisi Amel yang tiada kabar sekalipun. Lelaki itu berpikir sejenak. "Apakah benar dia marah kepadaku? Apakah karena aku tidak menolong-nya waktu itu?" Pikirannya ricuh tak bisa dirasakan. Seketika, ia mendapatkan telepon dari teman sekaligus sahabatnya itu, siapa lagi kalau bukan? Andra Maccendra.
Andra is calling...
"Do... Apa bener lo yang ngebebasin Amel? Sumpah kok lo bisa sih ngebebasin dia? Lo gak sadar. Kalau lo udah disiksa bahkan mau dibunuh sama dia?"
"Lo ngomong apa sih, Ndra. Dia gue bebasin karena dia gak salah... Kita sama-sama disiksa, Ndra. Amel juga jadi korbannya! Semua yang ada di tulisan itu tuh gak bener!"
"Sesayang itu kah lo sama Amel? Sampai-sampai lo jadi gila kek gini? Hah? Gue gak habis pikir, Do."
"Logika-nya gini ya, Ndra. Mana ada orang yang tersiksa gak mau ngaku pelaku nya ada di depan mata? Cuman manusia tolol yang kek gitu!"
"Terserah lo deh, gue percaya-percaya aja sekarang sama lo."
Call end...
Geando tidaklah kala menyebut Andra sebagai manusia batu yang sok tau. Dia sangat benci dengan sifat Andra yang seakan-akan menghakimi situasi. Bukan karena Geando merasa kecewa menjadi sahabat-nya. Cuman lelaki itu kecewa karena sifat-nya yang suka meninggi dan selalu ingin menghakimi dan tidak terkalahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEAMEL [END]
Fiksi Remaja[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] "Mengapa hanya aku, yang mendapatkan nasib sial?" Geando Geirandolf, seorang pemuda jurusan teknologi yang memiliki kriteria pemuda jenius. Tinggal bersama dengan adiknya tercinta, kerap ingin memulai hidup mandiri. J...