315 VOTE DAN 45 KOMENTAR YAA UNTUK BAB INI.
FOLLOW IG : jenlisagaristinta
Spill cerita Take Me, Nerd project karyakarsa sudah mulai aku post di IG Story dan e-book click masih bisa di pesan!
Perhatikan Gap vote dan komen yaa!
***
Teman-temannya tampak lebih menikmati berbelanja daripada saat piknik. Sudah beberapa toko yang mereka datangi. Entah itu pergi ke toko parfum, ke tempat-tempat barang lucu, sepatu sampai ke toko pakaian.
Jennie hanya mengikuti di belakang dengan Lisa yang tampaknya sama bosannya dengan Jennie. Sesekali, jika teman-temannya tidak melihat, Lisa meletakkan tangan di pinggang hingga ke pinggul Jennie.
“Lisa,” Bisik Jennie melotot saat teman-temannya sibuk mencari pakaian, mereka tertinggal jauh di belakang.
“Apa?” Tanya Lisa tanpa menoleh, namun dia sedikit mundur untuk menghalangi pandangan orang dari tangannya yang di letakkan di pantat Jennie.
“Kamu hampir membuat rokku terangkat, tahu?” Kata Jennie, menurunkan sedikit roknya yang memang terangkat.
Pandangan Lisa turun dan dia menyeringai tanpa rasa bersalah. Terkikik, Lisa berjalan pelan. Tangannya meremas lembut pantat Jennie lalu mengusapnya.
“Siapa suruh kamu memilih untuk mengenakan rok? Itu membuatku ingin kembali memasukkan tangan ke balik rok itu. Kamu terlalu seksi, Jennie.” Kata Lisa yang membuat Jennie menghela nafas berat.
“Kamu membuat ini sulit.” Kata Jennie, hampir menggerutu.
Lisa mengangkat bahu, mendorong dirinya pada Jennie sementara tangan lain meraih tangan Jennie, membawa ke selangkangannya. Jennie terkesiap, berbalik dengan mata melebar.
“Aku merasa ini jauh lebih sulit.” Gumam Lisa.
“Lisa, serius kamu membuatku gila. Apa kita harus melakukan sesuatu?” Tanya Jennie, melihat sekeliling ke teman-teman mereka yang sangat sibuk berbelanja.
“Seperti apa?” Lisa bertanya, membuat Jennie kembali mengalihkan pandangannya ke Lisa.
“Kamar mandi? Ayo!” Ajak Jennie.
Lisa mengangguk. Mereka kemudian pergi dan baru saja berbalik keluar dari toko dan seseorang memanggilnya dari belakang.
“Jennie! Lisa!” Itu Irene yang berlari ke arah mereka dengan tergesa-gesa.
Semangat keduanya sedikit padam saat menoleh ke Irene yang berhasil berdiri di antara Jennie dan Lisa yang langsung memisahkan diri.
“Ya?” Keduanya bertanya serempak.
“Kalian mau pergi kemana?” Tanya Irene.
“Kamar mandi. Aku ingin buang air kecil dan Lisa akan mengantarku.” Kata Jennie sedikit gugup akan jawabannya.
Irene menyeringai. “Lisa, kembalilah masuk ke toko. Biar aku yang menemani Jennie ke toilet. Aku juga ingin buang air.”
Lisa melirik ke Jennie lalu menatap Irene yang memperhatikannya dengan seksama. Dia diam-diam meringis sebelum akhirnya mengangguk dengan pasrah.
Dia baru saja membayangkan akan melakukan seks cepat di toilet umum dengan Jennie, membayangkan dia menatap pantat memantul yang sudah dia perhatikan sejak tadi, tapi dengan mudah bayangan itu hilang.
Gagal sudah dia melihat vagina Jennie akan menelan penisnya.
“Sampai bertemu lagi nanti, Lisa.” Kata Jennie sambil tersenyum tipis. Dari wajahnya, Lisa juga tahu Jennie sama kecewa dengannya.
Jennie membiarkan dirinya di tarik oleh Irene ke kamar mandi, melihat Lisa berbelok kembali ke toko. Dia memasuki toilet dan mencuci tangannya.
Anehnya, Irene juga memasuki toilet dan ikut mencuci tangan di sampingnya. Alis Jennie terangkat penasaran. Bukankah wanita itu bilang ingin buang air?
“Kamu bilang ingin buang air?” Tanya Jennie melirik Irene dari cermin.
“Aku baru saja menyelamatkanmu, tahu?” Kata Irene menyeringai, seolah bangga dengan apa yang sedang dia lakukan.
“Menyelamatkanku?”
“Ya. Kau tahu sendiri rumor yang beredar kan? Jika kau pergi beduaan ke toilet dengan Lisa, bukankah akan terlihat bahaya?”
“Apa?” Jennie terluka oleh perkataan Irene, kepalanya menggeleng tak percaya. “Kamu percaya dengan rumor bahwa Lisa adalah predator yang akan merusak seseorang?”
“Bukankah itu yang terjadi?” Tanya Irene hati-hati, sama sekali tak menyangka akan mendapati respon seperti itu dari Jennie. “Aku hanya menjagamu, Jennie.”
“Bukankah kita berteman, kita semua? Dengan Lisa dan Rosé juga? Kenapa kau seperti ini? Lisa tidak akan melukaiku, dan dia tidak akan merusakku. Tidak akan pernah.” Kata Jennie tegas.
Kemarahan dalam dirinya mengambil alih. Dia mendapati dirinya ingin melindungi Lisa dari ucapan kasar temannya. Dia kecewa Irene harus mengatakan hal seperti ini padanya.
Apakah teman-temannya yang lain melihat Lisa seperti itu juga? Tiba-tiba saja, Jennie merasa jijik dengan sekelompok temannya.
“Jennie, kita hanya menjagamu. Kita semua senang berteman dengan Lisa. Tapi jika dia memang seperti yang orang katakan, memiliki— kau tahu? Kita tidak tahu apa yang ada di pikirannya.” Kata Irene menatap Jennie seolah meminta Jennie untuk mengerti.
Sekarang bagaimana mungkin Jennie akan mengatakan tentang hubungannya jika Irene mengatakan hal seperti ini?
“Bahkan Seulgi sedang mencari tahu tentang hal itu. Kalian terlalu dekat, aku khawatir denganmu, Jennie.” Kata Irene dan kepala Jennie tersentak ke arahnya.
“Kalian sengaja mendekati Lisa? Kau membiarkan pacarmu mendekati Lisa untuk mencari tahu?” Tanya Jennie dengan mata melebar.
“Jangan salah paham. Seperti yang aku bilang, aku hanya ingin—“
“Melindungiku? Dari apa tepatnya?” Jennie terkekeh masam sambil menggelengkan kepalanya.
Kedua temannya, Seulgi dan Irene tepatnya melakukan hal-hal seperti ini, terasa menjijikan baginya. Jennie tidak tahan lagi berada disini.
“Jen,”
“Pergilah lebih dulu. Aku sungguh mual harus bersama kalian para orang munafik.”
Wajah Irene jelas terluka karena perkataannya tapi Jennie tidak peduli. Dia terluka, mereka juga melukai hati Lisa jika Lisa tahu ini. Sekilas, tawa Lisa menyapa pendengarannya dan itu membuat hatinya ikut teriris perih.
Dia meninggalkan Irene, pergi ke salah satu bilik kamar mandi dan duduk di atas kloset tertutup. Mengeluarkan ponsel, dia buru-buru mengirimkan pesan pada Lisa.
**
“Kenapa kita pisah dengan mereka?” Tanya Lisa di sampingnya, mereka pergi dari pusat perbelanjaan dengan paksaan yang Jennie.
“Aku sudah lelah. Aku ingin berduaan denganmu.” Kata Jennie dengan tenang.
“Tapi—“ Lisa jelas keberatan karena meninggalkan teman-temannya begitu saja dan dia berbalik. “Seulgi membelikanku celana jeans baru.”
“Berterima kasihlah kalau begitu. Sekarang sudah waktunya kita kembali berduaan.” Kata Jennie menoleh, mengusap bisep Lisa dengan tatapan penuh kasih sayang.
“Bukankah kita seharusnya pergi ke bioskop setelah ini? Aku tidak enak harus meninggalkan mereka seperti itu. Jisoo dan Rosé tampak kebingungan.”
“Kamu ingin pergi ke bioskop?” Tanya Jennie dan Lisa menggelengkan kepalanya.
“Aku suka pergi bersama teman-temanmu, mereka semua menyenangkan. Hari ini sepertinya aku banyak mengoceh dan tertawa, kan?” Lisa terkekeh.
Jennie tersenyum, mencondongkan tubuhnya dan mencium sudut bibir pacarnya, meraih salah satu tangan Lisa hanya karena dia tahu Lisa bisa membawa mobil dengan satu tangannya.
“Tapi aku lebih suka hanya berduaan denganmu.” Kata Jennie masih sambil tersenyum.
Agaknya, Lisa sedikit panik dan melebarkan mata. Tangan besarnya mengerat di tangannya, Jennie merasakan kehangatan yang jelas.
“Maksudku,” Lisa buru-buru menjelaskan. “Aku juga suka bersama denganmu, jangan salah paham. Kamu tahu sebanyak apa aku suka saat kita bersama.”
“Aku tahu sayang, aku tahu.”
Lisa menghela nafas, mengangguk dan menoleh ke Jennie.
“Jadi kencan bioskop?”
“Kencan bioskop.” Jennie menyengai.
Ibu jari Lisa mengusap punggung tangan Jennie sepanjang perjalanan dan Jennie takut dia tidak bisa merasakan hal ini lagi. Perlakuan teman-temannya yang mengecewakan, hal itu membuat Jennie takut pada akhirnya semua itu akan berdampak pada hubungannya.
Mengapa mereka semua seperti itu?
**
Jennie bisa merasakan ponselnya bergetar di dalam tas, dia tahu bahwa Seulgi dan Irene masih mencoba menghubunginya. Tapi dia bersama Lisa, itulah yang paling penting dalam hidupnya.
Lisa meletakkan tangan di pipinya, mengusapnya saat dia bersandar di pundak Lisa dengan pandangan mata tertuju pada layar.
“Kamu agak pendiam, loh, sayang.” Kata Lisa berbisik.
Studio bioskop di sore hari agak ramai apalagi akhir pekan. Namun saat Jennie menunjuk kursi paling atas dan pojok, dia bisa nyaman berada di ujung sudut dengan Lisa.
“Karena kita sedang di bioskop, mereka semua juga tidak ada yang berisik, loh, sayang.” Jennie balas berbisik, terkikik saat Lisa menggosok hidung mereka.
“Hmmm, jawaban yang cukup adil.” Kata Lisa.
Jennie terkekeh, memeluk tangan Lisa yang sedang bersandar di pahanya. Dia terus tersenyum merasakan usapan tangan Lisa di tubuhnya. Rosé benar, dia romantis dan penuh kasih sayang.
“Sayang?”
“Ya?”
“Kamu bilang ini kencan.” Kata Jennie.
“Ya, ini kencan.” Lisa memakan popcornnya, menyuapi Jennie dan menunjuk ke arah layar. “Menonton, kita berduaan, dan sambil berpelukan. Ini kencan yang sempurna kan?”
“Tapi kamu tidak menciumku.” Keluh Jennie dan Lisa menoleh padanya.
“Eh, disini?” Tanya Lisa tidak yakin.
Memang, dia punya dua tempat kosong di sebelahnya namun tetap saja, di depan mereka banyak orang. Meski mereka pernah melakukan oral seks di toilet sekolah sampai di parkiran, tetap saja itu masih aman.
Tapi di bioskop dengan banyak orang yang salah satunya bisa saja tidak sengaja menoleh ke arah mereka, Lisa tidak yakin akan ciumannya.
“Kamu bisa menciumku dimana saja.” Jennie beralih memeluk lehernya, memaksa wajah Lisa berhadapan dengannya, hidung mereka bersentuhan.
“Sayang,” Bisik Lisa pelan, dia menggelengkan kepalanya.
Jennie mendecakkan lidah. “Kamu payah.”
“Payah?” Mata Lisa memicing licik, bibirnya di condongkan ke samping telinga Jennie dan berbisik. “Aku bisa membuatmu orgasme kurang dari lima menit dan kamu bilang aku payah?”
Pipi Jennie memerah. Yah, Lisa dibilang pantas sombong karena itulah faktanya. Lisa terkekeh mendapati sikap malu Jennie, dia melingkarkan tangan di pundak Jennie, menarik ke pelukannya.
“Aneh sekali.” Gumam Lisa.
“Apanya yang aneh?” Tanya Jennie pelan.
“Kamu.” Lisa terkekeh di atas kepala Jennie. “Padahal kamu suka menjerit dan mendesah tanpa malu, tapi saat membicarakan itu, wajahmu memerah.”
“Lisa!” Jennie mendesis sambil melirik ke sekeliling.
Tampaknya semua orang tidak ada yang menyadari percakapan yang tengah terjadi di antara mereka karena sedang fokus pada film. Tetap saja, Jennie waswas takut ada orang yang menguping.
“Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?” Tanya Lisa berkedip dengan sok polos.
“Aku juga merasa aneh denganmu.” Balas Jennie mendecakkan lidah. Lisa memicingkan mata, hampir tidak terima dengan balasan apapun yang akan Jennie lontarkan.
“Apa?” Balas Lisa cuek, tidak mau mendengarkan.
“Kamu juga punya wajah sok polos dan cupu, tapi mereka semua tidak tahu di balik wajah sok polosmu ini, kamu memiliki kemampuan—“
Sial. Jennie memalingkan wajah dengan cepat, malu untuk mengatakannya dan melihat seringai Lisa, dia tahu dia sudah membiarkan Lisa menang.
“Apa?” Ulang Lisa dengan wajah sombong.
“Tidak.” Balas Jennie dan dia mendengar tawa kecil Lisa sebelum dia mendapati ciuman di pipinya yang memerah.
“Aku diam-diam memiliki kemampuan untuk memuaskanmu?” Lisa tersenyum bangga dan Jennie menghela nafas.
“Bersyukurlah, aku membiarkanmu menang hari ini.” Gerutu Jennie cemberut.
Lisa hanya tersenyum, meletakkan tangan di atas paha Jennie, mengusapnya dengan lembut. Dengan gerakan yang sensual, Jennie bisa merasakan kasih sayang Lisa.
Dia merapatkan kedua kakinya, memasang wajah tak peduli sementara Lisa berada di tengah antara pahanya. Mata Lisa menatap penasaran, namun dia tahu gerakan Jennie.
Mencondongkan tubuh ke depan, Lisa berbisik.
“Jadi, aku merasakan seseorang tengah menahan hasratnya di tengah pemutaran film.” Lisa tertawa terbahak.
Melihat Jennie yang menggigit bibirnya, dia tahu dia sudah tepat sasaran.
“Bisakah kamu diam? Aku ingin fokus menonton.” Kata Jennie tanpa menoleh, karena dia tahu sekali dia menoleh, yang ingin dia lakukan hanyalah mencium Lisa.
“Oke, aku diam.” Kata Lisa.
Beberapa menit berlalu, Lisa diam dan Jennie perlahan sedikit melebarkan pahanya. Lisa tetap diam, itu membuat Jennie akhirnya rileks dalam pelukan Lisa lagi.
Lisa hanya memberi usapan lembut di luar pahanya. Jadi, Jennie semakin bersandar di pundak Lisa, keduanya benar-benar fokus pada film yang mereka tonton.
Hingga beberapa saat kemudian, dia merasakan jari bergeser ke arah paha yang lain. Jennie melirik dan kening Lisa berkerut, tampak memproses alur dalam film di layar.
Jennie ikut fokus tapi kemudian, jari Lisa semakin merambat ke paha dalamnya. Jennie mencoba mengabaikan tapi jelas dia tidak bisa mengabaikan saat ujung jari Lisa menyentuh selangkangan.
“Lisa,” Tegur Jennie.
“Apa?”
“Kamu tidak pernah merasa puas untuk menyentuhku, bukan?” Tanya Jennie memutar mata main-main.
Lisa mencibir. “Kamu menyukai sentuhanku, jangan seperti itu.”
Yah, bagaimana mungkin dia menyalahkan Lisa karena sentuhannya sudah membuat dirinya terus merasakan sensasi kenikmatan yang tidak pernah dia rasakan pada pacarnya terdahulu.
Jennie akhirnya menghela nafas. Justru kakinya melebar dan dia mencium rahang Lisa, bernafas di lehernya.
“Aku menyukainya. Tapi terkadang disaat seperti ini kamu sangat menyiksaku.”
“Aku sangat suka menyiksamu.”
Sebagai bukti, Lisa membuat celana dalam Jennie lembab karena dia hanya memutar klitoris Jennie di luar celana dalam, tanpa benar-benar menyentuh dan itu membuat Jennie benci sekali dengan keadaan mereka.
“Aku suka saat tubuhmu bergetar. Bahkan dengan bibirmu yang diam, tubuhmu memohon padaku.” Bisik Lisa menggigit daun telinganya.
“Lisa,” Desis Jennie pada akhirnya karena dia tahan, dia menggigit baju Lisa.
“Kamu ingin makan apa setelah kita selesai menonton?” Tanya Lisa menoleh padanya. Jennie menatap Lisa tak percaya.
“Kamu menyentuhku, membuatku basah dan itu pertanyaanmu? Aku jelas butuh pulang dan ingin sesegera mungkin melepaskan semua pakaian kita, Lis. Aku ingin pulang.” Kata Jennie mendesis, pinggulnya tanpa sadar bergerak karena ingin kontak lebih.
Lisa tersenyum lalu mencium bibir lembut pacarnya.
“Bagus. Itu yang ingin aku dengar. Karena itu juga yang aku inginkan.” Kata Lisa dan itu membuat Jennie menghela nafas berat.
Itu adalah godaan terparah yang pernah dia rasakan karena dia terus gelisah karena sentuhan Jennie di klitorisnya, sementara Jennie hanya diam di tempat duduknya, celana dalam basah dan Jennie yakin itu rusak.
Dia hanya terus gelisah tanpa bisa melakukan apapun selain memeluk lengan Lisa dengan erat hingga kuku menancap di kulit pacarnya.***
See u next bab...
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - Find Diary, Find You [GIP] ✔️
Fanfic[21+] Jennie tanpa sengaja menemukan buku diary seseorang dengan sampul berwarna kuning dan gambar bunga edelweis di bawah meja kelasnya. Alangkah terkejutnya Jennie ketika mencoba membaca, isinya penuh dengan sekumpulan kata-kata cantik yang semua...