FDFY : 14

9.8K 1K 82
                                    

245 VOTE DAN 45 KOMENTAR YAA UNTUK BAB INI.

FOLLOW IG : jenlisagaristinta

Aku update spill2 tulisanku juga disana. Ada project eBook yang sedang aku kerjakan dan update spill nya di sana.

Perhatikan Gap vote dan komen yaa!

***

“Lisa, bolehkah aku masuk?” Suara Zeline, ibunya terdengar dari luar kamar membuat Lisa mengangkat pandangan dari buku matematikanya.

“Ya, Bu. Masuk saja.” Kata Lisa, menutup buku pelajarannya dan memutar kursi belajarnya, menunggu ibunya masuk.

Zeline muncul dengan handuk kecil, wadah berisi air dan obat krim yang dia bawa setiap pagi dan malam ibunya berkunjung ke kamarnya. Dia tersenyum menyapa ibunya, lalu berpindah ke sisi tempat tidur.

“Hai, sayang. Apa kabarmu hari ini? Matamu terlihat lelah. Kau tidak melupakan obat matamu kan Lisa? Kau bisa iritasi jika membiarkan matamu kekeringan.” Kata Zeline. Yang Lisa ketahui, ibunya adalah wanita paling cerewet yang Lisa kenal.

Tapi, Lisa sangat menyukainya. Dia tidak segera membalas ucapan sang ibu, malah langsung menelungkupkan badannya, bersiap untuk di obati oleh ibunya.

“Kamu sadar kalau kamu cerewet kan, Bu? Kalau aku lelah, aku pasti akan beristirahat. Aku memang ingin selalu membuat ayah bangga, tapi aku tidak memaksakan diri.” Kata Lisa, suaranya agak tenggelam oleh bantal.

Zeline duduk di sisi tempat tidur, mencium puncak kepala Lisa dan menarik salah satu kursi belajar Lisa untuk meletakkan wadah berisi air hangat. Dia mengangkat kaus Lisa dan Lisa bisa merasakan pandangan ibunya tertuju pada punggungnya.

“Sudah hampir menghilang.” Gumam Zeline, mulai mengompres punggung Lisa dengan air hangat.

“Aku tahu.” Kata Lisa, tersenyum. “Ayah selalu memberi obat terbaik untukku.”

Meski ayahnya, Evan adalah ayah sambungnya, Lisa selalu menyayanginya. Dia merawat Lisa berumur lima tahun dan orang tuanya menikah saat dia berumur enam tahun.

Evan selalu manis padanya, pada ibunya. Hanya saja, beranjak Lisa remaja, kakeknya, ayah dari Evan dan keluarganya yang lain mulai membahas kelainan yang di miliki oleh Lisa.

Lama kelamaan cacian dari keluarga Evan membuat dia marah. Lisa mengerti itu. Ayahnya kemudian bertekad untuk mengubah Lisa untuk menunjukkan pada keluarganya, tidak masalah berbeda selagi kau bisa menunjukkan prestasimu.

Itulah mengapa, ayahnya selalu menyuruhnya belajar dan Lisa juga tidak ingin mempermalukan ayahnya. Dalam hatinya, dia ingin sekali membuat ayahnya bangga.

“Kau baik-baik saja?” Tanya Zeline.

“Bu, aku bahkan bisa kembali ke sekolah besok.” Lisa terkikik. “Ayah juga tidak akan suka jika aku terlalu lama bolos.”

“Kamu sakit, Lisa. Bukan membolos.” Koreksi Zeline terkekeh. Dia selesai mengompres Lisa. Luka di punggung Lisa hampir hilang sepenuhnya.

“Itu sama saja bagiku.” Kata Lisa yang kemudian mendesis saat gel dingin menempel di punggungnya.

Setelah selesai, Zeline kembali menurunkan baju Lisa dan Lisa bangkit segera. Dia merapikan buku-buku pelajarannya. Merasakan genggaman tangan ibunya, Lisa menoleh. Lisa tahu itu, semenjak dia di hukum oleh ayahnya, ibunya selalu menunjukkan tatapan yang sama.

Lisa selalu menggelengkan kepala, diam-diam meminta pada ibunya untuk berhenti menatapnya seperti itu.

“Lisa—“

JENLISA - Find Diary, Find You [GIP] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang