FDFY : 13

9.6K 1K 88
                                    

235 VOTE DAN 45 KOMENTAR YAA UNTUK BAB INI.

FOLLOW IG : jenlisagaristinta

Aku update spill2 tulisanku juga disana. Ada project eBook yang sedang aku kerjakan dan update spill nya di sana.

Perhatikan Gap vote dan komen yaa!

***

Biasanya, Jennie bukanlah orang yang suka bersekolah dengan penuh semangat, apalagi di hari Senin. Siapa orang di sini yang tidak membenci hari Senin? Menghilangkan akhir pekan yang menyenangkan, harus pergi buru-buru, belum lagi kemacetan di jalanan. Semua terjadi pada hari Senin.

Itu biasanya. Berbeda dengan saat ini. Jennie penuh semangat bangun di pagi hari. Tanpa alarm, tanpa panggilan dari Ibunya. Saat Clara masuk ke dalam kamar untuk membangunkannya, Jennie sedang menepuk bedak tipis di pipinya. Ibunya menatap dengan bingung, namun dia hanya tersenyum tapi tidak mengatakan apapun.

Saat sedang sarapan, kedua orang tuanya terus menggoda karena semangatnya. Seolah mereka tahu apa yang membuat Jennie bersemangat. Seolah mereka tahu perasaan yang Jennie sendiri belum berani pahami sepenuhnya.

Tiba di sekolah, Jennie sudah duduk di bangku. Mengisi kekosongan waktu, menunggu teman sebangkunya dengan membaca buku catatan. Ya, siapa bilang Jennie suka buku pelajaran? Buku catatan ini lebih menarik untuk di baca daripada buku pelajaran.

Ada saat mata kami bertatapan. Tapi, sedetik begitu kami bertatapan, aku mengalami kepanikan. Aku selalu menutupi kepalaku dengan hoodie, bersembunyi seperti pecundang. Itulah aku. Si pecundang yang selalu bersembunyi di balik jaket tebal, kacamata dan rambut panjangku. Bersembunyi, menatapnya secara diam-diam, mengagumi senyumnya. Bahkan, jika keadaan keluargaku sedang tidak baik. Ingat saja senyumnya, dan kehidupanku akan langsung baik-baik saja. Aku terdengar sangat jatuh cinta, ya? Haha. Tapi, tolong, jangan katakan atau beritahu padanya aku menyukainya atau nanti dia panik dan lari, seperti orangku terdahulu.

Jennie menghela nafas, tersenyum namun merasa tercubit membaca kalimat tersebut. Dia tidak mengerti, mendapati dua orang yang menjalani kehidupan dan bersembunyi seperti ini.

Membayangkan hidup dalam ketakutan seperti Lisa yang di benci sekolah terutama oleh para wanita atau seperti penulis catatan ini yang takut mendekati orang yang dia sukai karena memiliki pengalaman tidak menyenangkan di masa lalu pasti begitu menyakitkan.

Saat Jennie membuka halaman demi halaman, membaca ulang lagi buku itu, bel berbunyi. Jennie menoleh ke arah kursi yang masih kosong, keningnya mengernyit.

"Kemana Lisa?" Gumam Jennie.

Memutuskan untuk mengirim pesan, Jennie membuka ponsel dan mengetikkan beberapa pesan pada Lisa dan cemberut. Beberapa murid berhamburan masuk ke kelas dan Lisa masih belum tiba.

Mata Jennie tertuju pada buku catatan beberapa menit. Setelah guru masuk, Jennie menyimpan ke dalam tas. Sekali lihat lagi, Jennie termenung melihat buku catatan yang kini terselip di antara buku pelajaran lainnya.

"Kuning dan stiker edelweis, bagaimana cara aku menemukanmu?" Gumam Jennie lagi. Hari ini, Jennie tiba-tiba merasa kesepian.

Guru mengabsen satu per satu sampai nama Lisa muncul di belah bibir sang guru, tidak ada satu pun yang menjawab, bahkan Jennie pun tidak.

"Lisa rupanya sakit. Aku baru mendapatkan pesan dari Ibunya. Oke, mari kita berdoa untuk kesembuhan Lisa. Sekarang, buka buku kalian di halaman dua puluh lima, aku akan menjelaskan-"

Tidak ada satu kalimat yang Jennie dengarkan lagi selanjutnya. Dadanya tersentak dan dia mengeluarkan ponselnya lagi, mengirim pesan pada Lisa. Khawatir, karena setahunya, kemarin Lisa masih baik-baik saja.

JENLISA - Find Diary, Find You [GIP] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang