FDFY : 35

6.7K 709 62
                                    

335 vote dan 45 komentar untuk bab ini yaaa..

Aku sebentar lagi akan publish cerita baru untuk wattpad, jadi kalian jangan lupa follow akun aku ya. Aku hanya tinggal menunggu untuk cover cerita aja!

Soo, ya ditunggu aja deh pokoknya. Udah tinggal publish bab pertama!

Btw, Terima kasih atas 100k pembaca!
***

Sejak dulu, Jennie bukanlah orang yang berisik dan pandai bergaul, namun dia juga bukan orang yang terlalu pendiam hingga membuat ketiga temannya kebingungan serempak karena diamnya wanita itu. 

Alasannya bukan hanya karena Lisa. Melainkan Rosé yang tiba-tiba saja setelah menelpon dan mengatakan sedang di Rumah Sakit bersama Lisa, lalu menghilang selama dua minggu kemudian kembali ke Sekolah, menjauhi Jennie dan ketiga temannya. 

Ada yang salah. Benak Jennie terus berkata seperti itu. Wajah muram Rosé, hilangnya wanita itu di setiap jam istirahat, Jennie hampir frustasi memikirkan apa yang terjadi. 

“Belum bicara dengan Rosé?” Jisoo bersama Jennie hari itu, sedang berada di rumah Jennie saat akhir pekan.

Jennie menggelengkan kepalanya. Dia memang pernah mengatakan bahwa dia berharap tidak ingin Lisa muncul di depannya namun diam-diam, dia berharap suatu hari dia tanpa sengaja melihat Lisa atau keluarganya. 

Setidaknya, Jennie hanya ingin tahu apakah Lisa baik-baik saja atau tidak.

“Tidak. Bagaimana denganmu? Kalian terlihat lebih dekat. Kamu tidak bicara dengannya juga?” Tanya Jennie menoleh pada temannya.

“Beberapa hari yang lalu dia membalas pesanku, hanya mengatakan bahwa dia butuh waktu dan bilang, jangan khawatir.” 

“Bagaimana bisa?” Jennie menghela nafas. “Mereka berdua menghilang. Meski Rosé kembali sekolah, tapi dia seolah menghilang. Kenapa mereka seperti itu?”

“Aku juga tidak mengerti, Jennie.” 

Jennie merenung. Pikirannya berputar ke segala arah. Dia lelah menangis, namun dia masih terus melakukan itu hampir setiap malam. Penyesalan terbesarnya ialah dia tidak pernah berfoto dengan Lisa ketika mereka pergi ke suatu tempat.

Karena hal itu, membuat Jennie berusaha mengingat wajah Lisa tanpa dia melihat dari ponselnya. Dia tidak punya satupun foto Lisa di ponselnya. Rindunya terlalu berat untuk ditangani.

“Bagaimana jika kita pergi ke rumah Lisa?” Tanya Jennie mengusulkan. Entahlah, dia hanya merasa perlu memeriksa Lisa lagi.

“Kamu yakin?” Tanya Jisoo ragu-ragu. “Kamu bilang, ayah Lisa memukulinya. Apakah dia tidak akan marah jika kedatangan temannya secara tiba-tiba?”

“Sejujurnya, semenjak ayah Lisa tahu jika kita berpacaran, dia menjadi sangat baik. Kenapa sekarang dia menjadi jahat lagi?” 

Jisoo tampak ragu. Selain dia takut ayah Lisa mungkin akan marah pada Lisa, bagaimana jika ayah Lisa juga akan bersikap kasar pada teman-teman Lisa? Sejujurnya, Jisoo sangat takut.

“Aku tidak berpikir itu adalah ide yang bagus. Kenapa kita tidak menunggu saja? Atau, kita datangi rumah Rosé saja, bagaimana?”

“Kamu takut, Jisoo?” Tanya Jennie. Nadanya tidak menyalahkan. Kalaupun Jisoo tidak ingin pergi ke rumah Lisa, dia siap pergi sendirian hanya untuk melihat Lisa secara langsung. 

“Jujur saja? Aku sangat takut.” Kata Jisoo merasa tidak enak hati.

“Oke. Kalau begitu, mari kita bagi tugas saja, bagaimana?” Tanya Jennie sambil bangun dari tempat tidurnya.

JENLISA - Find Diary, Find You [GIP] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang