🌻22. Mencari Jingga🌼

78 23 2
                                    

Gerimis baru saja turun ketika Haikal menapakkan kaki di teras rumahnya. Ia kemudian berbalik. Memandangi tiap tetes yang turun, kemudian jadi mendongak menatap langit yang betulan menghitam sepenuhnya. Laki-laki itu menghela napas pelan, sebenarnya Jingga ada di mana?



Yang ia kira Jingga waktu di rumah gadis itu, nyatanya hanya sang asisten rumah tangga yang baru kembali dari kampung halaman. Wanita itu pun tidak tahu pasti dimana anak majikannya berada. Nomor Jingga bahkan tidak aktif sejak semalam.


"Bibi kurang tau den, biasanya kalau lagi ada masalah, non Jingga lebih suka di kamar," kata sang asisten beberapa menit ketika Haikal bertanya.


Nah itu. Si masalah itu. Haikal bukan seorang paranormal yang tahu masalah apa pada Andara Jingga. Bertemu gadis itu adalah hari Sabtu ketika rapat MPK. Berakhir dirinya yang mengantar Jingga pulang ke rumah Aylin.


Lagi-lagi ia menghela napas. Menarik kedua kaki menuju kamar di samping ruang tengah. Merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan pandangan menerawang.


Jika dilihat dari cara Jingga yang terlihat terbiasa menyesap batang nikotinnya. Haikal yakin, gadis itu hanya akan lari pada satu hal itu. Mengurung diri seperti yang asisten rumah tangganya katakan.



"Sebenarnya lo kenapa?" Haikal bermonolog. Membiarkan hujan menghantam genting rumahnya dan berisik di sana.


Bayangan Jingga kembali mengisi tiap sudut kepala Haikal. Yang benar-benar membuat laki-laki itu penasaran lebih banyak lagi. Membuat Haikal menggeram kesal sendiri. Bergegas mengganti seragam sekolah dengan pakaian santai, lalu meraih jaketnya di punggung kursi.



Ia benar-benar harus menemukan Jingga secepatnya.


Gerimis yang turun tipis-tipis beberapa menit lalu kini sudah mereda. Menyisakan genangan air juga beberapa aliran di depan rumahnya. Tapi Haikal tak begitu peduli, melajukan kendaraannya keluar dari area perumahan. Berputar-putar beberapa kali sampai akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang beberapa hari lalu ia kunjungi.


Jika ditanya siapa orang yang paling tahu Jingga, Haikal akan menjawab seseorang ini. Tidak ada orang lain yang akan sedekat Liana Aylin dengan Jingga. Keduanya tak selalu bersama, tapi untuk beberapa dugaan Haikal rasa ia tak pernah salah.



"Haikal?" sebuah suara menginterupsi Haikal untuk menoleh.

Memandang seorang gadis baru saja muncul dari jalanan depan. Membawa payung juga kantung plastik putih. "Lo ngapain?"



Aylin berjalan mendekat. Menutup payung dan menyimpan di sisi teras. Memandangi Haikal dengan bingung sementara dirinya merasa tidak pernah memiliki urusan apapun dengan laki-laki ini. Lalu, seperti ada sengatan listrik ultra, Aylin tersentak sendiri.


"Lo cari Jingga?" matanya tiba-tiba melebar. Bahkan sampai termundur karena Haikal mengangguk dengan mantap. "Lo beneran?"


"Apa yang bohong sih, Li?" Haikal menghela napas lelah. "Jadi, Jingga ada di sini?"



Aylin meneguk ludah, dengan hela napas samar. Kembali menatap Haikal yang kemungkinan menunggu jawabannya. Ia agak ragu, jika laki-laki ini tidak akan mempermainkan Jingga seperti temannya yang lain. Haikal Raditya yang ia tahu sebagai si tukang kerdus nomor satu.



Gadis itu melengos dengan pikiran mulai bercabang. Tapi, ia memang butuh seseorang untuk mencari Jingga yang bahkan tidak membalas bubble chat ataupun panggilan darinya. Jingga yang tidak ia temukan di manapun hari ini.



Antara Jingga Dan Raditya | Haechan YejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang