🌻46. Malaikat🌼

24 10 1
                                    

Handphone nya lagi-lagi berdering. Jingga yang tengah mengaduk oatmeal panas di mangkuknya jadi mendengus kasar. Sudah berkali-kali nomor yang sama menghubunginya. Dan kali ini, Jingga akan memasukkan nomor itu dalam daftar hitam.


Jingga tahu, kini fungsi telepon seluler digunakan untuk penipuan. Karena kebanyakan orang akan menggunakan aplikasi untuk saling berkomunikasi. Tapi, handphone miliknya berhenti agak lama. Intensitas orang itu menelepon juga tak sesering penipuan.


Jingga menekan lama kontak tersebut, sebelum benar-benar ia masukan dalam daftar hitam. Tiba-tiba sebuah pop up pesan dari nomor yang sama muncul.


'Nanti papa mau kirim makanan ke kosmu. Mama masak banyak buat kamu'

Jingga mematung. Tiba-tiba ada yang terasa sesak ketika dua figur disebutkan. Papa, mama. Sejak kapan mereka beralih jadi orang tuanya?


Sendok yang semula menggantung untuk menyuap sarapan ia letakkan ke atas mangkuk. Gadis itu menarik napas panjang berkali-kali. Mereka masih berusaha keras rupanya. Sampai tahu dimana tempat tinggal Jingga.


Dan sebentar lagi Jingga akan mengalami terror beruntun seperti sebelumnya. Ia kira, menjauh adalah cara ampuh agar mereka bisa hidup tanpa bayangan Jingga. Nyatanya, mereka sendirilah yang mencari-cari. Membuat Jingga berpikir--apa dia akan pindah sekolah ke tempat yang lebih jauh dan tak terjangkau oleh mereka?


Rutinitas pagi Jingga sudah hancur setelah mendapat telepon berkali-kali. Jadi, ketika matahari baru menunjukan dirinya, Jingga langsung meraih tas ranselnya. Meraih mangkuk penuh oatmeal setelah menenggak habis segelas susu dingin.


Masa bodoh dengan kirim makanan. Itu mungkin hanya akan berakhir di perut orang lain. Karena jika Jingga membuangnya, itu terlalu jahat untuk sebuah makanan. Maka dari itu, tukang sapu jalanan menjadi target Jingga untuk ia beri makanan.


"Selamat pagi, Jingga!" seperti rutinitas sejak beberapa bulan yang lalu. Mendapat sapaan pagi dari si Raditya jelas membuat Jingga menarik kedua ujung bibirnya.



"Selamat pagi, Raditya!"


"Cakep pisan neng," Haikal menyibak rambut panjang Jingga sebelum memakaikan helm. "Mau ngojek kamana?"


"Perempatan ya mang. Mau daftar jadi boneka mampang biar duit saya banyak," Jingga menyeringai lebar. Apalagi setelah mendapat toroyan pelan kekasihnya.


"Nanggung amat. Nggak sekalian boneka kucing di depan resto cina gitu?" Haikal mulai melaju setelah memastikan Jingga naik dengan aman. "Mukanya cocok soalnya neng,"


Jingga melotot kecil. Menabok pelan bahu Haikal membuat cowok itu mengaduh alay--seperti biasa.


"Astagfirullah masih pagi Andara.." lagi-lagi Jingga menggeplak bahu Haikal. "Pms nih pasti!"

Alih-alih menjawab, Jingga hanya memeluk erat tubuh Haikal. Membuat cowok itu mendesah berat. Pasti pagi ini ada sesuatu yang membuat Jingga berantakan-- selain jadwal menstruasinya yang sudah dekat.


Cowok itu tidak bertanya sepanjang jalan. Hanya sesekali bersenandung, karena bibirnya yang memang tidak bisa diam jika di perjalanan. Berkali-kali mengintip Jingga lewat kaca spion untuk memastikan bahwa kekasihnya tidak tertidur.


"Sarapan dulu yuk," Haikal meraih pergelangan tangan Jingga. Menariknya pelan. "Tante Ika tadi masak banyak, aku disuruh bawain buat kamu. Pasti tadi nggak sarapan kan?"


Jingga hanya mengangguk kecil. Berjalan beriringan dengan Haikal yang menenteng tas bekal warna biru muda. Ia memperhatikan itu. Sejak bersama Haikal, Jingga tak pernah meninggalkan sarapan. Cowok itu selalu membawa beberapa makanan yang ia buat sendiri. Dan anehnya, masakan cowok itu selalu enak.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antara Jingga Dan Raditya | Haechan YejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang