🌼44. Shirena🌻

40 10 0
                                    

Siang itu langit terlihat cerah, beberapa awan memang bergumul. Sekadar mengakatakan pada orang-orang bahwa mereka ada. Sementara lapangan basket yang makin siang makin ramai oleh turnamen antar kelas, si kelas bidadari justru lebih sering keluar masuk ruangan.

Mereka jelas tidak ikut mendaftar perlombaan basket antar kelas ini. Selain jumlah kaum laki-laki yang pas hanya lima orang, kebanyakan dari mereka adalah manusia sibuk yang melebihi caleg saat musim kampanye.

Seperti ketika Rinjani baru saja akan mengambil tusuk telur gulung ke sepuluhnya-- tangan Danial lebih dulu menyambar. Membuat gadis itu langsung mendelik tajam.



"Ini tinggal satu-satunya astaga!"


Danial hanya menyeringai. Tak lupa langsung memasukkan bekas tusukannya ke gelas plastik Janni yang kosong. Sementara di belakangnya beberapa orang mulai masuk karena cuaca makin panas. Termasuk Shirena yang datang bersama yang lain.

Gadis berwajah oriental itu memindai tempat duduk. Dimana orang-orang telah mengerubungi box manik-manik dan beberapa tali gelang. Sementara hanya ada satu kursi di dekat Jingga yang tengah sibuk mengikat ujung tali berwarna hitam miliknya.


Shirena berdeham kecil. Mendorong tubuh Jani agar berpindah ke sisi Jingga. Sementara si rambut coklat itu entah tidak peka atau tidak peduli, justru hanya mengerutkan kening.


"Duduk ah sono. Gue udah pewe,"

Shirena menghela napas. Agak melirik Jingga yang betulan tidak peduli. Karena, ia merasa tidak ada yang perlu dipermasalahkan disini. Shirena dengan kehidupannya, dan Jingga dengan urusannya sendiri.


Kata-kata yang beberapa menit lalu keluar dari mulut Sella memang benar. Bukankah dia punya hak untuk dicintai dan mencintai? Lantas, hanya karena Shiren pernah didekati Haikal beberapa bulan lalu itu adalah kesalahannya ketika cowok itu justru menjadikan Jingga kekasih alih-alih Shirena?


Bukankah Shiren dengan kesadaran penuh menolak Haikal?

Apakah dengan menjadi kekasih Haikal Jingga jadi manusia tidak tahu diri yang merebut kekasih orang lain?

Pikiran Jingga sudah runyam sejak beberapa hari lalu--ralat, memang sudah runyam sejak dulu. Jadi gadis itu tidak ingin menambah beban pikirannya yang sudah seperti cabang Indomaret. Gadis jangkung itu berdiri setelah menyelesaikan satu gelang talinya.



Ia bergerak tanpa menoleh. Fokus pada handphone di tangannya yang menunjukkan grup pensi mulai ramai karena rapat akan dimulai dalam beberapa menit.


"Lo ikutan rapat hari ini nggak?" Jingga tidak menoleh sedikitpun. Hanya menggapai buku catatan kecil dan pena warna biru.

Aylin yang sadar jika subjek tak disebutkan adalah dirinya, gadis itu lantas menggeleng. Membuat Jingga langsung paham dan melangkah lebih jauh.




"Bagusnya emang gitu," suaranya memang lirih, tapi ditengah hening yang sebelumnya tercipta, hal itu justru menarik atensi yang lainnya.


Aylin mengulum bibirnya sembari melirik kecil. Sementara Sella ada di sisi gadis itu sembari mencari keberadaan Jingga.


Jingga belum sepenuhnya keluar dari ruangan ketika mendengar suara Shiren. Gadis itu menarik napas panjang sekali lagi. Mengabaikan Shirena adalah cara terbaik--untuk mereka berdua.


"Hah apaan?" Rinjani mungkin akan jadi idiot untuk menyelamatkan suasana aneh yang dibuat temannya itu.

"Emang bagus ini.. Murah lagi lima rebu satu," katanya sembari menunjuk beberapa gelang yang sudah selesai.


Antara Jingga Dan Raditya | Haechan YejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang