apalagi ini?

94 14 6
                                    

Setelah perdebatan panjang kemarin, akhirnya Haechan kalah dan terpaksa mengizinkan mereka berlima mengerjakan tugas kelompok di rumah nya.

Sekarang sudah pukul 6 sore, sesuai kesepakatan mereka kemarin, mereka akan datang pukul 6 sore. Dan kini Haechan sudah menunggu kedatangan keempat teman nya yang lumayan terlambat dari waktu yang dijanjikan.

Dalam hati ia merapalkan doa, semoga semuanya nanti akan baik-baik saja. Tak lama setelah ia berdoa, terdengar suara deru motor yang berasal dari luar sana.

Haechan segera menghampiri mereka, dapat ia lihat keempat teman nya menaiki kendaraan yang berbeda. Jeno dan Soobin yang naik motor mereka masing-masing, dan Winter serta Karina yang naik mobil berdua.

"Lama amat bjir, sampe lumutan gue nungguin. Ngapain aja lo pada?" Kesal nya dengan kedua tangan yang berkacak pinggang, menatap sebal pada teman satu kelompok nya itu.

"Salah sendiri pake nungguin segala." Balas Soobin seraya menyugar rambut nya ke belakang. Namun detik berikutnya kepala nya oleng karena ditoyor oleh Winter.

"Haechan kan yang punya rumah, ogeb!"

"Yaudah si, santai." Balas Soobin pada Winter yang menatap nya sinis.

"Dah lah yok masuk, anggap aja rumah Haechan." Ajak Jeno.

"Kan emang rumah gue, Jenong!" Sedangkan Jeno hanya menampilkan cengiran khas nya.

Kini kelima nya sudah berada di ruang tamu milik Haechan. Kalo menurut Karina, si ahli fesyen, rumah nya Haechan ini termasuk aesthetic, gatau juga siapa yang desain, yang pasti bukan Haechan nya ;)

"Eh ini lo di rumah sendiri, Chan?" Tanya Karina setelah tak menemukan keberadaan manusia lain selain mereka di sana.

"Masih ada nyokap gue, tapi di dalem kamar. Jangan berisik ya, nyokap gue galaknya minta ampun soalnya." Pinta Haechan yanh diacungi jempol oleh mereka berempat.

"Yaudah, sekarang gimana? Mulai dari mana kerkom nya?"

Soobin berdehem, "Eum Chan, lo gamau nawarin kita minum apa gitu? Seret nih tenggorokan."

Winter mengangguk setuju, "iya, minimal es jeruk lah ya."

Haechan sudah memasang wajah datar, kenapa juga mereka kerkom nya harus di rumah nya? Kan Haechan jadi ribet ;(

"Kalo gitu tunggu disini, gue ambilin aer comberan dulu di belakang." Sekarang giliran keempat nya yang memasang wajah datar.

"Kampret lo, Chan!" Pekik Karina pada Haechan yang sudah ngacir menuju dapur yang berada di rumah nya.

Sembari menunggu Haechan yang masih berada di dapur, mereka berempat memilih untuk melihat-lihat sebentar isi ruang tamu milik Haechan ini.

Sampailah Jeno pada sebuah figura yang menampilkan foto Haechan saat masih kecil, dengan kedua orang tua nya yang diletakkan di atas rak hiasan.

Ia mengamati sebentar foto tersebut, awalnya tak ada yang aneh. Namun tiba-tiba ia tersadar sesuatu, otak pintar nya bekerja dengan cepat untuk mengingat suatu hal mengenai isi figura tersebut.

"Ini kan--

"Haechan, mama pergi dulu ya. Kamu jangan lupa kunci pintu nya."

Mendengar sebuah suara dari belakang, Jeno pun berbalik. Hingga baik ia maupun orang tersebut dapat saling mengenali satu sama lain.

Dapat Jeno lihat orang itu sangat terkejut dengan keberadaan nya. Jeno terkekeh sinis.

"Jadi wanita murahan simpanan ayah itu ibu nya Haechan? Hahaha, bangsat!"














"Pstt!"

Renjun yang sedang berjalan dengan membawa nampan berisi makanan yang ia pesan pun menoleh ke arah Jihoon yang tadi memberinya kode.

Dapat ia lihat pemuda bermarga Park itu memberinya isyarat untuk duduk di meja yang sama dengan anak Magnum lain nya. Karena bingung juga ingin duduk dimana, akhirnya Renjun pun mengikuti keinginan mereka.

Begitu ia meletakkan nampan dan mendudukkan bokong nya, ia langsung diserbu dengan pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan oleh Jihoon dan Junkyu.

"Eh Njun, itu si item kenapa?"

"Tumben misah sama Jeno Jaemin?"

"Nah itu, lagi ada masalah ya?"

"Emangnya ada apa?"

Melihat Renjun yang tampak tak nyaman dengan perilaku kedua kawan nya, Yoshi segera menengahi.

"Satu-satu dong nanya nya, kasian Lonjwin. Eh Njun, kalo gamau cerita gapapa kok. Mereka berdua gausah di dengerin." Ucapnya dengan senyum yang menghiasi.

Renjun pun membalas senyum nya. "Gapapa, sans aja. Emang sih mereka berdua lagi ada masalah, tapi kek nya tentang apa masalah nya gue gabisa cerita deh. Terlalu privasi soalnya, sorry ya."

Tampak sekali gurat kecewa yang ditampilkan oleh Jihoon, sedangkan Junkyu hanya mengangguk, dan Yoshi yang paham pun membalas Renjun dengan perkataan tak apa.

"Tapi, Hoon, Kyu, Yosh sama Ben." Panggil Renjun yang membuat keempatnya menoleh.

"Kenapa?"

"Pertemanan kalian dijaga ya, jangan sampe kepecah belah kayak Neo sama Stavion."


Tbc.

The Big Three | 00 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang