Malam ini Jihoon sedang berada di apotek. Ia dimintai tolong oleh ibu nya untuk membelikan obat sakit kepala, karena Jihoon ini anaknya patuh kepada sang ibu maka ia pun mau untuk melakukan apa yang disuruh ibu nya meskipun sebenarnya ia merasa malas.
Setelah membayar obat yang ia beli, Jihoon pun berbalik badan hendak menghampiri motor kesayangan nya.
Namun kedatangan seseorang di sana berhasil membuat Jihoon terkejut. "Loh, Seungmin kan?"
Seungmin, sang pemilik nama, pun menoleh ke arah Jihoon dan tersenyum ramah. "Eh, Jihoon? Beli obat apa, Hoon? Lo sakit?"
Jihoon pun menggeleng. "Engga, ini bukan buat gue, disuruh bunda. Lo sendiri? Sakit?"
"Iya sih, tapi udah mendingan kok. Ini mau beli obatnya, soalnya dah abis." Balas Seungmin yang dibalas anggukan paham oleh Jihoon.
"Sebelum nya udah di periksain ke dokter?" Tanya Jihoon yang entah mengapa penasaran, padahal biasanya tak peduli dengan sesuatu yang bukan urusan nya.
"Udah, kemarin lusa."
"Sekalian sama obatnya dari dokter?"
"Iya."
Jihoon pun tak bertanya lagi, rasa penasaran nya sudah hilang. Lalu ia memilih pamit untuk pulang terlebih dahulu, "Yaudah kalo gitu gue duluan ya, Seung. Moga cepet sembuh deh."
"Yoi, thanks ya, hati-hati di jalan, Hoon."
Dan Jihoon hanya membalas acungan jempol sebelum mengendarai motornya untuk pergi dari kawasan apotek.
Dan tiba-tiba ia teringat sesuatu. 'Kemarin lusa? Hari ini obatnya udah abis? Cepet amat.' Batin nya bingung, namun ia memilih untuk abai dan berfokus pada jalanan agar cepat sampai rumah dan tidur.
'Bodo ah.'
"Jadi gimana? Kerkom nya di rumah siapa?"
Kelima murid kelas sebelas Ipa 1 itu sekarang sedang duduk melingkar di dalam kelas. Tengah merundingkan tempat kerja kelompok mereka kali ini.
"Nyokap gue ada arisan di rumah, jadi gak bisa." Celetuk Karina.
"Di rumah gue ada acara keluarga, gak mungkin gue ajak kalian ikut." Celetuk Winter.
"Gue jelas gak bisa. Kalian tau sendiri, gue gak dibolehin bawa temen ke rumah." Celetuk Soobin yang disetujui oleh keempat teman nya.
Siapa yang tak tau seberapa otoriter nya keluarga Choi Soobin? Mereka dikenal sangat angkuh, cerdas dan berasal dari kalangan paling atas. Tak ada yang berani menyinggung seberapa sombong nya keluarga itu, karena yang mereka sombong kan adalah kenyataan.
Jadi sangat tidak mungkin bila mengerjakan tugas kelompok di rumah pemuda itu, bukan nya kerjain tugas yang ada malah makan ati gara-gara omongan pedas ibu Soobin yang tak kira-kira.
"Chan, di rumah lo aja gimana? Gue gak mau rumah gue berantakan gara-gara kerkom di sana." Ucap Jeno yang langsung dilirik sinis oleh Karina.
Haechan yang ditanyai pun seketika gelagapan. "Duh jangan di rumah gue ya, Jen. Mama gue ada urusan di rumah, takut di slepet."
Soobin menaikkan satu alis nya, "Urusan apa, Chan?"
"Y-ya ada deh, urusan pokok nya."
"Halah, gak usah banyak alesan lo, tem. Pokoknya di rumah lo ya." Desak Winter.
"E-eh--
"Oke fix, di tempat nya Haechan ya." Final Karina yang di angguki oleh ketiga kawan nya yang lain selain Haechan.
Haechan pun bingung sendiri, haduh bagaimana ini? Mereka tak boleh masuk ke rumah nya.
Memang nya kenapa?
Stt, hanya Haechan, author dan Tuhan yang tau.
Tbc.
Alooo, kangen ngga nih ama notif cerita ini? Jangan lupa tinggalin jejak yaa. Muahh
Papayy
KAMU SEDANG MEMBACA
The Big Three | 00 Line
Fanfictionɴᴇᴏ, ꜱᴛᴀᴠɪᴏɴ ᴅᴀɴ ᴍᴀɢɴᴜᴍ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ᴛɪɢᴀ ɢᴇɴɢ ᴘᴏᴘᴜʟᴀʀ ʏᴀɴɢ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴘᴇʀɴᴀʜ ᴀᴋᴜʀ ᴅᴀʀɪ ꜱᴇᴋᴏʟᴀʜ ᴍᴇɴᴇɴɢᴀʜ ᴘᴇʀᴛᴀᴍᴀ ʜɪɴɢɢᴀ ꜱᴇᴋᴏʟᴀʜ ᴍᴇɴᴇɴɢᴀʜ ᴀᴛᴀꜱ. ʙᴇʀᴀᴡᴀʟ ᴅᴀʀɪ ᴘᴇʀᴛᴇᴍᴜᴀɴ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴊᴇʟᴀꜱ ʏᴀɴɢ ʙᴇʀᴀᴋʜɪʀ ᴘᴀᴅᴀ ᴛᴇʀᴜɴɢᴋᴀᴘɴʏᴀ ꜱᴜᴀᴛᴜ ꜰᴀᴋᴛᴀ ʏᴀɴɢ ᴛᴇʟᴀʜ ᴛᴇʀᴋᴜʙᴜʀ ʟᴀᴍᴀ ᴅɪ ᴀɴᴛᴀʀᴀ ᴍᴇ...