Jujur saja. Melihat kedua kawan nya yang berjaga jarak, ah tidak, melihat Jeno yang tampak menjauhi Haechan membuat Renjun kesal sendiri dibuatnya.
Ia memang sudah tahu permasalahan nya bagaimana, ia tahu dari Jaemin yang memang diberitahu sendiri oleh Jeno karena hanya cowo itu yang tahu seluruh masa lalu nya.
Namun, bukan kah ini harus diselesaikan dengan kepala dingin? Tapi apa solusinya?
"Ah gatau anjing, pusing sendiri gue." Gerutu nya menimpuk kepala nya sendiri menggunakan buku yang ia pinjam.
Renjun memang sedang berada di perpustakaan, bukan untuk membaca buku, tapi mencari tempat tenang agar bisa memikirkan solusi permasalahan para teman nya. Sayang sekali bukan nya mendapat solusi, Renjun malah ikut pusing memikirkan nya ;(
Lalu cowo berkelahiran Maret itu berdiri dari duduk nya, memilih untuk kembali ke kelasnya setelah mengembalikan buku yang ia pinjam.
Ketika Renjun melewati Ipa 1 yang memang bersebelahan dengan kelas nya. Dapat cowo itu lihat di dalam kelas Ipa 1, hanya terdapat Jeno yang membaca buku dan Haechan yang memilih menelungkupkan kepala nya di lipatan tangan di atas meja.
Padahal mereka berdua satu bangku, tapi tak ada pembicaraan sama sekali, dan afmoster diantara keduanya pun terlihat sangat dingin.
Entah kenapa, kaki Renjun seolah membawa cowo itu berjalan memasuki ruang kelas Ipa 1, dan berhenti di samping Jeno yang masih fokus dengan buku nya, lalu duduk di kursi kosong di seberang.
"Jen..."
"Apa, Njun?" Jawab cowo Lee itu tanpa mengalihkan pandangan nya dari buku.
"Eum, antara lo sama Haechan apa engga bisa dibicarain baik-baik?" Tanya Renjun hati-hati, dapat ia lihat kedua rahang cowo Lee itu mengeras, sedangkan Haechan tetap mempertahankan posisi awal nya. Walau Renjun pun tahu, bahwa Haechan juga mendengar ucapan nya.
"Mending lo balik ke kelas lo aja, gak usah ikut campur masalah gue." Balas Jeno dingin.
"Jen! Gue sahabat lo! Gue gak bisa liat dua sahabat gue jadi kayak gini, karena kesalahpahaman!" Balas Renjun yang tanpa sadar menaikkan nada bicara nya.
Kini Jeno menutup kasar buku nya lalu beralih menatap tajam Renjun. "Lo gak tahu apa-apa! Ini bukan cuman masalah kesalahpahaman, Njun! Tapi ini semua salah dia yang selama ini udah boong tentang nyokap nya!" Bentak Jeno menunjuk Haechan yang kini berdiri dari duduk nya, menghadap ke arah Jeno.
"Gue minta maaf sebelumnya, Jen. Tapi gue lakuin itu semua bukan tanpa alasan!"
"Terus apa alasan lo?!"
"Gue, gue gak mau dengan lo yang tahu kelakuan nyokap gue, tahu siapa nyokap gue sebenernya. Hubungan persahabatan kita jadi ancur!"
"Jadi lo milih sembunyiin ini dari gue, dan bikin gue semakin kecewa karena seseorang yang selama ini jadi sahabat gue ternyata anak dari selingkuhan nyokap gue?!" Ujar Jeno dengan senyum sinis.
"Jen... gue engga bermaksud gitu, gue minta maaf."
"Alah basi, Chan! Karena nyokap sialan lo itu, keluarga gue jadi ancur! Adek gue ilang, nyokap gue meninggal, gue ilang ingatan kenangan gue dulu! Itu semua terjadi karena nyokap lo rayu-rayu bokap gue kek jal*ng!"
Bugh
"Gue minta maaf soal semua yang dilakuin nyokap gue, Jen. Tapi sebagai seorang putra, sorry, gue gak akan pernah terima lo hina dan sebut wanita yang ngelahirin gue, yang ngebesarin gue selama ini kek gitu! Gue gak bela nyokap gue, tapi gue mohon, lo gak usah pake hina dan sebut nyokap gue pake sebutan gak beradab kek gitu! Lo gak sopan, Jeno!"
Bugh
"Brengsek! Lo gak tahu apa yang gue alamin selama ini, sialan!" Bentak Jeno.
Bugh
"Yang lo rasain sekarang ini gak ada apa-apa mya dibanding sama kehancuran yang keluarga gue terima!"
Haechan mengusap sudut bibir nya yang berdarah, lalu menatap Jeno dengan sendu. "Gue juga kesiksa, Jen. Selama ini gue dihantui rasa bersalah, gue juga kehilangan keluarga yang harmonis! Nyokap gue pun juga sering lupa sama gue! Tapi gue coba terima, karena itu sumber kebahagiaan nyokap gue! Gue juga gak tahu mau gimana lagi! Gue juga gak bisa apa-apa, Jen!"
"Seenggak nya lo kasih tahu gue yang sebenernya, Chan!"
"Dan buat persahabatan kita hancur? Padahal lo tahu cuman disana kebahagiaan lo sama gue, cuman di Neo baik lo maupun gue rasain kehangatan. Gue gak mau kita hancur, Jen!" Jeno mengalihkan pandangan nya ke sembarang arah.
Sedangkan Renjun yang sedari tadi diam, pun memilih untuk mengingatkan kedua nya bahwa kini kelas mulai ramai murid yang kembali dari kantin.
"Jen, Chan, udah dulu ya emosi nya. Selesein nanti, kelas udah mulai rame soalnya. Gue balik ke kelas dulu." Pamit nya lalu segera keluar tanpa menunggu persetujuan kedua cowo itu.
Begitu bel masuk berbunyi, Jeno segera mengambil tas nya lalu memanggil Choi Bomin yang duduk di bangku paling belakang. "Bom, tukeran."
Bomin yang awalnya ingin menolak, begitu melihat tatapan Jeno yang tajam segera melaksanakan keinginan teman sekelas nya itu.
Haechan yang melihat Jeno bertukar tempat duduk dengan Bomin pun hanya bisa menghela napas.
'Sorry, Jen.'
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Big Three | 00 Line
Fanfictionɴᴇᴏ, ꜱᴛᴀᴠɪᴏɴ ᴅᴀɴ ᴍᴀɢɴᴜᴍ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ᴛɪɢᴀ ɢᴇɴɢ ᴘᴏᴘᴜʟᴀʀ ʏᴀɴɢ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴘᴇʀɴᴀʜ ᴀᴋᴜʀ ᴅᴀʀɪ ꜱᴇᴋᴏʟᴀʜ ᴍᴇɴᴇɴɢᴀʜ ᴘᴇʀᴛᴀᴍᴀ ʜɪɴɢɢᴀ ꜱᴇᴋᴏʟᴀʜ ᴍᴇɴᴇɴɢᴀʜ ᴀᴛᴀꜱ. ʙᴇʀᴀᴡᴀʟ ᴅᴀʀɪ ᴘᴇʀᴛᴇᴍᴜᴀɴ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴊᴇʟᴀꜱ ʏᴀɴɢ ʙᴇʀᴀᴋʜɪʀ ᴘᴀᴅᴀ ᴛᴇʀᴜɴɢᴋᴀᴘɴʏᴀ ꜱᴜᴀᴛᴜ ꜰᴀᴋᴛᴀ ʏᴀɴɢ ᴛᴇʟᴀʜ ᴛᴇʀᴋᴜʙᴜʀ ʟᴀᴍᴀ ᴅɪ ᴀɴᴛᴀʀᴀ ᴍᴇ...