Setelah selesai mengobati Jisung, meskipun harus melewati beberapa drama karena ketiga kawan satwa nya ikut masuk ke uks. Yoshi sekarang sudah berada di rooftop sekolah berniat mencari udara segar.
Namun begitu ia membuka pintu rooftop, ia dikejutkan dengan pemandangan seseorang yang duduk di atas pembatas rooftop, yang otomatis kedua kaki nya ia gantungkan ke bawah langsung.
Yoshi terkejut lalu berlari mendekati tempat dimana siswa itu duduk.
"Hoi! Jangan duduk di atas! Bahaya, lo bisa jatuh nanti." Peringat nya.
Siswa itu menoleh, dan lagi-lagi Yoshi dibuat terkejut oleh nya.
"Seungmin? Lo ngapain ke sini? Bukan nya tadi sama si dower ya? Kok disini sendirian? Si dower mana?" Tanya pemuda Jepang itu beruntun.
"Lo cerewet juga ya ternyata." Celetuk Seungmin tiba-tiba, dengan senyum tipis nya. Yoshi yang mendengar nya meringis sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal setelah menyadari apa yang telah ia buat.
"Males ah gue jawab pertanyaan lo. Mending ikut naik sini, pemandangan nya bagus banget tau." Ajak Seungmin.
"Ga ah, nanti jatuh." Tolak Yoshi takut.
"Gapapa, kan ada gue, kalo lo jatuh gue juga ikut jatuh, jadi lo jatuhnya gak sendirian." Ujarnya saat itu dengan senyuman yang berhasil membuat Yoshi menyadari bahwa Seungmin sekarang sedang tidak baik-baik saja.
Akhirnya ia memilih menuruti ajakan Seungmin untuk duduk di atas pembatas rooftop, tepat di samping Seungmin.
"Indah banget kan?"
"Iya, pinter lo, Seung, milih tempat nya."
"Hahaha!"
Setelah tawa garing Seungmin berhenti. Suasana menjadi sangat canggung dan hening. Selang beberapa detik, akhirnya Yoshi memilih untuk memulai percakapan.
"Sebenernya ada masalah apa, Seung? Eh tapi kalo lo gak mau kasih tau juga gak papa kok, takut nya nanti malah terkesan terlalu ikut campur gue nya." Ucap Yoshi segera mengklarifikasi pertanyaan nya, takut jika membuat Seungmin tak nyaman.
"Haha, gapapa kok, santai aja."
"Pas liburan kemarin, semua planning yang kita berempat rencanain mateng-mateng hancur gak bersisa, Yosh."
Yoshi mengerutkan kening nya bingung, namun tak memilih untuk bertanya dan ingin menunggu kelanjutan cerita Seungmin saja.
"Di hari kedua setelah beres-beres baju. Pagi-pagi banget, mungkin sekitar jam setengah tigaan. Gue kebangun gara-gara suara bising dari luar, akhirnya gue lihat keluar buat mastiin kalo ada bahaya atau apapun itu."
"Tapi yang gue lihat malah Hyunjin yang sibuk mukulin Jisung penuh emosi, Felix yang keteteran nenangin Eunchae yang masih terus histeris."
"Gue gak bisa mikir apa-apa pas itu, kayak semua nya masih belom bisa di proses gitu sama otak gue. Setelah sadar, akhirnya gue nyoba buat pisahin Hyunjin sama Jisung dulu. Baru setelah itu bantuin Felix tenangin Eunchae."
"Sayang nya Eunchae gak bisa tenang walaupun udah hampir dua jam-an kita berusaha. Akhirnya dengan terpaksa Felix pukul tengkuk Eunchae sampe pingsan. Abis itu kita panggil dokter, dan lo tau apa penjelasan dokter yang bikin kita berempat syok, terutama Felix?"
"Kemungkinan besar psikis Eunchae gak baik-baik aja. Atas saran dokter, lebih baik kita masukin aja Eunchae nya ke Rumah sakit jiwa, awalnya Felix gak setuju karena gimanapun Eunchae itu adik satu-satunya dan adik kesayangan dia, tapi setelah gue bujuk-bujuk akhirnya dia mau."
"Setelah kejadian itu, hubungan Hyunjin sama Jisung jadi renggang banget, karena menurut Hyunjin, pelaku pelecehan Eunchae itu Jisung, karena pas itu yang pertama kali mergokin Eunchae histeris Hyunjin dan dia liat Jisung yang cuman pake bawahan tanpa atasan ada di dalam kamar Eunchae."
"Sedangkan Felix gak pernah masuk tiga hari ini, entah karena apa. Kemarin, gue jenguk ke rumah nya, buat pastiin dia baik-baik aja apa engga, tapi dia nya ga ada di rumah, satpam nya ga mau ngasih tau ada dimana. Di Rumah sakit jiwa tempat pertama kali kita masukin Eunchae pun ga ada juga, Eunchae pun juga hilang. Gak tau sekarang mereka ada dimana."
"Gue chat gak dibales, cuman centang satu doang. Di gc yang udah kita buat enam tahun lamanya pun anggota nya sekarang cuman tinggal gue."
"Gue bingung, Yosh. Gue harus gimana?"
Air mata tiba-tiba menetes dari netra Seungmin. Ia menunduk dan terisak pelan. "Temen-temen gue pada ilang, Yosh. Persahabatan kita hancur."
Yoshi yang mengerti bagaimana perasaan Seungmin pun segera menarik Seungmin ke dalam dekapan nya.
"Nangis aja, Seung. Gapapa. Maaf gue cuman bisa kasih pelukan buat lo karena gue bukan siapa-siapa dan engga sepatutnya gue ikut campur permasalahan kalian. Tapi satu hal yang harus lo tau, kita temen. Gue temen lo, lo bisa bagi apapun ke gue, dan gue ga akan ember ke siapapun. Gue bakal selalu ada buat lo. Permasalahan ini emang berat, tapi gue yakin semua masalah bakal ada jalan keluar nya, termasuk masalah yang saat ini nimpa persahabatan kalian."
"Dan gue juga yakin persahabatan kalian gak akan lama lagi akan balik kayak dulu lagi. Sekarang yang harus lo lakuin adalah semangatin dan kuatin diri sendiri dulu, kalo udah tenang, baru lo bisa berpikir jernih dan bisa pikirin apa yang bakal lo lakuin kedepan nya."
"Gue bakal bantu sebisa gue, Seungmin." Lanjut Yoshi yang membuat Seungmin semakin mengeraskan tangisan nya yang terdengar sangat menyakitkan.
"M-makasih, Yoshi."
"Iya, sama-sama. Kita kan teman, Seung."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Big Three | 00 Line
Fanfictionɴᴇᴏ, ꜱᴛᴀᴠɪᴏɴ ᴅᴀɴ ᴍᴀɢɴᴜᴍ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ᴛɪɢᴀ ɢᴇɴɢ ᴘᴏᴘᴜʟᴀʀ ʏᴀɴɢ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴘᴇʀɴᴀʜ ᴀᴋᴜʀ ᴅᴀʀɪ ꜱᴇᴋᴏʟᴀʜ ᴍᴇɴᴇɴɢᴀʜ ᴘᴇʀᴛᴀᴍᴀ ʜɪɴɢɢᴀ ꜱᴇᴋᴏʟᴀʜ ᴍᴇɴᴇɴɢᴀʜ ᴀᴛᴀꜱ. ʙᴇʀᴀᴡᴀʟ ᴅᴀʀɪ ᴘᴇʀᴛᴇᴍᴜᴀɴ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴊᴇʟᴀꜱ ʏᴀɴɢ ʙᴇʀᴀᴋʜɪʀ ᴘᴀᴅᴀ ᴛᴇʀᴜɴɢᴋᴀᴘɴʏᴀ ꜱᴜᴀᴛᴜ ꜰᴀᴋᴛᴀ ʏᴀɴɢ ᴛᴇʟᴀʜ ᴛᴇʀᴋᴜʙᴜʀ ʟᴀᴍᴀ ᴅɪ ᴀɴᴛᴀʀᴀ ᴍᴇ...