"Dengan ini dinyatakan, bahwa hak asuh anak mereka, Agha, jatuh kepada..."
Agha terbangun dari mimpinya. Ia memandangi sekitar. Kamarnya yang gelap dengan langit yang bertaburan bintang. Tubuhnya basah karena keringat dingin. Perlahan, tangannya naik ke kepala. Meremas kuat-kuat rambutnya, tidak peduli seberapa sakitnya.
Seharusnya ia sudah selesai.
*****
"Agha, udah bangun?" Tanya seorang wanita paruh baya dari pintu luar kamar Agha.
Agha yang mendengar itu pun mengangkat kepalanya. Ia lihat pintu yang masih tertutup rapat. Sedangkan ia tidak tidur selama beberapa jam.
Agha yang memang sudah selesai Sholat Subuh pun membuka pintu kamarnya. Terdapat wanita yang menunggunya sejak tadi.
"Gimana tidurnya? Nyenyak?" Tanya Mama kepada Agha.
"Nyenyak, Ma" ucap Agha yang tentunya berbohong. Ia hanya tidak ingin Mamanya mengetahui apa yang terjadi semalam.
"Mandi dulu, siap-siap sekolah. Mama mau buatin sarapan buat kamu. Hari ini kamu diantar Ayah, ya?" Ucap Mama dengan kedua tangannya yang mengelus lembut kedua pipi anak semata wayangnya itu.
Agha pun terdiam. Perlahan ia anggukan kepalanya pelan. Memberi respon bahwa ia mengiyakan apa kata Mamanya.
"Pintarnya.."
*****
"Masih belum baikan sama Hania?"
"Apanya yang belum baikan? Dari kemarin juga kita baik-baik aja."
Jayfan yang merasa tidak percaya dengan Agha mendekati wajahnya. Menatap kedua iris mata hitam milik Agha. Agha yang merasa risih pun memundurkan kepalanya.
"Woi, kamu mau disangka legibility?" Tanya Agha dengan raut wajah jijik.
"Padahal cuma mau nyari kebenaran" ucap Jayfan lalu kembali ke posisi semula.
"Nyari kebenaran kayak mau ngajak legibility" ucap Agha yang mendapat pukulan ringan dari Jayfan.
Pelajaran PKN sudah dimulai. Beberapa siswa lebih memilih untuk menyambungkan tidurnya. Beberapa siswa lainnya lebih memilih untuk menulis guna menghilangkan rasa kantuk yang menyerangnya. Termasuk Hania yang sibuk menulis materi yang dijelaskan.
"Ngapain nulis banyak-banyak, Han?" Tanya Kenia yang terheran-heran dengan Hania.
"Biar ga ngantuk" jawab Hania lalu kembali sibuk menulis materi di papan tulis.
Agha yang melihat Hania sibuk menulis itu hanya melihatnya. Ia sandarkan dagunya dengan tangan. Matanya menatap tanaman yang menari karena tertiup angin.
'Mungkin dia baik-baik aja' batin Agha.
'Mimpi apa aku semalem' batin Hania lalu kembali mengerjakan latihan soal yang baru saja diberikan.
*****
Bel istirahat berbunyi. Seluruh siswa berhamburan keluar kelas menuju kantin. Kecuali Agha yang lebih memilih berjalan menuju taman dekat masjid. Tempat yang selalu ia gunakan untuk menenangkan diri.
Agha terduduk di bangku kayu. Pandangannya menuju ke bawah kaki. Menatap tanah dengan tatapan kosong. 'Mimpinya bosenin,' batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini ESEMPE, Bukan ESEMA! [HIATUS]
Teen Fiction[SLOW UPDATE] Iya ga salah kok. Ini emang ESEMPE, bukan ESEMA. . . . "Kenapa harus esempe? Bukan SMP?" --Jayfan. "Shut your lambe before i slepet you nganggo my shoes" --Hania. Namanya Agha, tokoh utama di sini. Dia pendiem, walaupun kadang ngereog...