"Jayfan, taman yok" ajak Kenia kepada Jayfan yang dibalas anggukan oleh sang empu.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju taman yang biasa mereka gunakan. Mereka saling bercanda atau hanya sekedar mengobrol saja. Sampai mereka tiba di taman itu.
"Aku kangen lima tahun."
"Aku juga, kangen lima tahun main sama Mas Vano, sama Nia."
"Jadi bener, selama ini kalian saling mengenal?" Sahut Kenia dari jauh.
Agha dan Hania yang mendengar suara Kenia pun menoleh kearahnya. Keduanya memasang wajah tanpa ekspresi. Lebih tepatnya, mereka tidak ingin menunjukkan rasa terkejutnya.
"Agha? Hania?" Panggil Jayfan dengan wajah terkejutnya.
Apa ini? Jayfan pikir, apa yang dikatakan Hania tempo hari memang benar. Namun, apakah dugaannya benar? Kenia pun juga sama. Ia mendengar semuanya dari Jayfan. Ah, suasananya menjadi tidak enak sekarang.
"Kenapa?" Tanya Hania dengan suara yang tenang.
Kenia yang sudah kesal pun menghampiri Hania. Ia menarik kerah baju yang tersembunyi di balik hijabnya. Wajahnya memang marah sekarang. Ingin rasanya Kenia menampar wajah Hania sekeras mungkin.
"Lepas, Ken. Ga usah pake kekerasan" peringat Agha yang diacuhkan oleh Kenia.
"KENAPA KAMU BOHONG SIH, HAN? KAMU BILANG KE JAYFAN KALO KALIAN BELUM KENAL LAMA. TAPI INI APA?" Teriak Kenia tepat di wajah Hania.
Hania yang tersesak napas pun melepas cengkeraman tangan Kenia dari kerahnya perlahan. Tapi bukannya terlepas, Kenia justru menarik kerah bajunya kuat-kuat.
"Ken, ini sekolah. Bukan gang yang biasa buat malak orang" ucap Hania pelan-pelan.
"YA AKU GA PEDULI. CERITA DULU YANG SEBENARNYA! JANGAN CUMA NGARANG CERITA!" Ucap Kenia tidak santai.
"Kalian kenapa? Kalian anggep kita apa?" Tanya Jayfan yang sedari tadi hanya tutup mulut.
"Kalian salah denger?" Tanya Agha sembari mengerutkan alisnya.
"Apanya yang salah denger? Jelas-jelas tadi kita denger pake telinga sendiri" ucap Kenia.
Jayfan yang merasa ada sesuatu yang janggal dari Hania yang sedari tadi terus memegangi lengan kirinya pun menghampirinya. Dengan gerakan yang cepat Jayfan membuka lengan baju kiri Hania. Terpampang jelas garis-garis luka di lengannya itu. Yang membuat Agha, Kenia, dan Jayfan terkejut.
"Han?" Panggil Agha yang merasa tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.
"Hania?" Kali ini Jayfan yang memanggil Hania.
Hania pun cepat-cepat menutup lengan bajunya. Tapi sudah terlambat. Mereka semua mengetahuinya.
"Liat? HANIA SAMPE NYAKITIN DIRINYA SENDIRI. MASALAH APA SIH KALIAN ITU?!" Teriak Kenia.
"Berhenti, Ken.." ucap Hania dengan kepala yang menunduk ke bawah.
"APANYA YANG BISA DIBERHENTIIN-"
Plak!
Agha dan Jayfan yang melihatnya pun semakin terbungkam. Dapat dipastikan, Hania sedang berada di puncak kemarahannya. Ia baru saja menampar pipi kiri Kenia dengan keras. Tanpa merasa bersalah.
"Aku bilang berhenti ya berhenti. Ga paham sama bahasa sehari-hari? Aku paling ga suka privasiku diusik kayak gini" ucap Hania dingin dengan tatapannya yang menusuk.
"Hania, udah" ucap Agha lalu menarik belakang seragam Hania agar menjauh dari jangkauan Kenia dan Jayfan.
Kenia memegangi pipinya yang terasa panas dan perih. Baru kali ini, Hania menamparnya dengan sangat keras. Semakin lama, pipinya semakin memerah dengan sensasi panas dan perih yang luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini ESEMPE, Bukan ESEMA! [HIATUS]
Teen Fiction[SLOW UPDATE] Iya ga salah kok. Ini emang ESEMPE, bukan ESEMA. . . . "Kenapa harus esempe? Bukan SMP?" --Jayfan. "Shut your lambe before i slepet you nganggo my shoes" --Hania. Namanya Agha, tokoh utama di sini. Dia pendiem, walaupun kadang ngereog...