"karena lo cuma satu jadi harus dijaga" - Melvin
"nantang dirusak lo?" - Haekal
"lo kalau mau nakal, juga harus dibimbing" - Jaevan
"ck!" - Chandra
"biarin kita brengsek, yang penting lo nggak" - Jenan
"lo boleh ngapain aja, asal jujur" - Raja
"mau...
you know that i hate to admit it but everything means nothing if i can't have you
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
────୨ৎ────
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jenan tengah duduk menunggu seseorang di sebuah cafe yang tak jauh dari kampus, senyumnya merekah melihatnya berjalan masuk dan melambaik ke arahnya. Vasya memesan minum sebelum ia menuju meja Jenan.
"Anak-anak pada di rumah ya?" tanya Vasya tiba-tiba
"Bukannya nanyain gue, malah nanyain yang lain"
Vasya terbahak, "Kok lo masih aja ngambekan gini sih, gue agak aneh aja baru kali ini gue mau mampir ke rumah malah gak boleh"
"Bukan gak boleh Sya, lo sendiri yang bilang kalau lo mau ini rahasia"
"Iya iya, jadi hari ini kita mau ke mana dulu?" Vasya tak sabaran
"Mmm...gue denger nanti bakal ada konser, eh wait, lo habis dari mana sih?"
Vasya mengernyit, "kenapa emang? kok lo tutup hidung? Gue bau?"
"Bau rokok"
Vasya sedikit tertegun, bodoh ia lupa membersihkan mulutnya dari rumah Tian.
"Ah, emang sebelum ini—"
"Lupain, back the topic, malem ini bar om Samudra bakal ada guest star, karena perayan sepuluh tahunnya. Gue rasa kita bisa nyamar masuk"
"Nyamar?" Vasya tak paham
Jenan tiba-tiba memberikan satu buah totebag besar, Vasya membelalak melihat isinya, sebuah wig merah panjang.
"Karena rambut lo sekarang pendek, better gue milih yang panjang" ucap Jenan menjelaskan
"Bukan, bukan itu, tapi why? kenapa harus nyamar?"