Laut di sekitar pelabuhan Pulau Cocoyasi sepenuhnya tenang. Tidak ada riak yang terlihat. Sepertinya, laut ketakutan dan tidak berani menghasilkan gelombang apapun.
Salah satu marinir terbangun dan mendapati dirinya dan rekannya diikat oleh Sakata. Dia dengan panik terus memberontak dan membuat Sakata menyadarinya.
Sakata berjalan kearahnya dan menaruh telunjuk ke bibirnya, mengisyaratkan untuk diam.
"Karenamu, yang lain pasti akan terbangun dan itu cukup menyusahkan ku. Jadi, lebih baik kau diam atau kubuat kau diam secara langsung. Mengerti?"Marinir itu pun menganggukkan kepalanya dan menunduk. Sakata yang melihatnya tersenyum dan lanjut mengikat para marinir yang tersisa.
Setelah mengikat semua marinir itu dengan kuat, dia segera berlari menuju kapal setelah menerima tanda dari Orochimaru.
Marinir itu tidak bisa berbuat apa-apa dan memilih melihat pertempuran Arthur yang masih berlangsung. Dia memandang ngeri pada Bogard dan Arthur, yang berada tak jauh darinya.
Melihat keduanya bertarung dengan sangat sengit, marinir itu merasa tercekik dan tidak bisa bernafas.
Bogard melototi Arthur dengan mata yang sudah memerah. Dia berteriak dengan suara serak, "Akan kujelaskan keahlian yang paling kubanggakan, bocah nakal!"
Pedang ditangannya berubah pedang merah besar. Pedang itu berkilauan mengancam.
Secara perlahan, sebuah bulatan aura yang makin membesar muncul didepan Bogard. Bulatan aura itu lebih besar dari yang sebelumnya. Setelah di rasa cukup, Bogard mengarahkan bulatan besar aura itu kearah Arthur
Arthur bersemangat melihat serangan aura yang diarahkan padanya, semangat juangnya bangkita dalam dirinya. Dia berpikir, "Akhirnya, pertempuran yang aku nantikan!"
Arthur pun mulai mencoba salah satu kemampuannya.
"Kekaisaran Hantu, Tiga Ribu Hantu!"
Teriak Arthur dengan keras.Secara tiba-tiba, muncul pasukan hantu bersenjata yang tak terhitung jumlahnya bergegas menuju bulatan aura dengan ganas.
Bulatan aura besar yang mematikan dan pasukan hantu yang menakutkan
saling bentrok yang membuat gelombang besar disekitarnya.Cahaya yang menyilaukan seperti matahari bersinar diudara. Pulau Cocoyasi seolah-olah mengalami gempa bumi dan seluruh pulau bergetar hebat.
Pelabuhan itu berubah menjadi reruntuhan. Hutan lebat disekitar seketika hancur.
Disekitar pelabuhan itu, udara dipenuhi pasir dan debu. Sebagian para marinir yang mulai terbangun menutup mata mereka sesaat.
Mereka menantikan hasil pertempuran dalam diam. Semua orang tampak terpana.
Tiga detik berlalu. Tiba-tiba sesosok keluar dari pusaran debu.
Para marinir yang sudah terbangun dan masih terikat mulai berbicara satu sama lain.
Salah satu Marinir menelan ludahnya dengan susah payah. Dia tercengang.
"Ini...ini bukan pertempuran untuk orang biasa seperti kami lagi! Ini pertempuran bagi para monster!""Kau benar!"
"Siapa yang menang?"
"Aku tidak tahu. Mungkin itu tuan Bogard."
"Tapi pria itu juga tampak kuat."
"Lihat! Itu tuan Bogard!"
Teriakan kegembiraan naik dari angkatan laut.
Tubuh Bogard sepenuhnya berlumuran darah dan orang-orang hampir tidak bisa mengenalinya.Setelannya yang bersih dan rapi telah menjadi compang-camping, dan jubahnya yang bertuliskan 'Keadilan'
diatasnya seperti selembar kain yang tergantung di punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Bajak Laut di Dunia One Piece
ActionArthur Calder memiliki kehidupan yang membosankan sebagai seorang penulis. Suatu hari, ketika dia tertidur saat menulis bukunya, dia mendapati dirinya terbangun di sebuah pulau tak berpenghuni yang hanya dipenuhi hutan yang sangat lebat serta hewan...