Pada saat ini, Shiki dikelilingi api. Dia sudah menggunakan Kekuatan Tekad Persenjataannya untuk membuat perisai sejak awal dan tubuhnya berlindung di dalamnya.
Seefektif apapun Kekuatan Tekad Persenjataannya, dia masih merasakan gelombang panas yang samar menyengat dirinya.
"Sialan!"
Wajah Shiki berubah gelap saat menyadari Kekuatan Tekad Persenjataan miliknya sudah tidak sekuat sebelumnya.
Di masa lalu, dia adalah pengguna tingkat atas Kekuatan Tekad Persenjataan, tapi sekarang dia tidak bisa membanggakan dirinya lagi. Dia tidak menyadari hal ini sampai pertarungannya dengan Arthur dimulai.
"Yah, apa karena aku sudah tua? Mungkin aku memang sudah ketinggalan zaman."
Di tengah api, Shiki tiba-tiba berhenti di tempat seolah-olah dia ketakutan. Namun, pertarungan masih berlangsung.
Arthur tidak melihat sesuatu yang berbeda. Yang dia lihat hanyalah Shiki yang berdiri di tengah api, tampak tidak terluka. Saat itulah dia bergegas menuju Shiki dan mengangkat tangan kanannya yang besar.
"Tinju Api Aurogon!"
Pukulan itu ditujukan kepada Shiki, yang berada dalam kobaran api, dengan kekuatan besar.
Pukulan itu menyadarkan Shiki dari pikirannya yang mengembara, namun sudah terlambat baginya untuk bereaksi. Dia pun mengulurkan kedua tangannya dan mengerahkan semua Kekuatan Tekad Persenjataannya ke lengannya. Dia memposisikan lengannya untuk bertahan dari serangan Arthur.
Namun, pukulan itu datang dengan kekuatan yang tak tertandingi. Shiki sadar dia tidak bisa menahannya. Dia melangkah mundur sebelum akhirnya terlempar keluar.
Ada dua goresan yang dalam di tanah yang dibuat pedangnya.
Arthur juga terkejut saat mengetahui kalau dia bisa dengan mudah menembus Kekuatan Tekad Persenjataan Shiki.
Di kejauhan, Shiki berjuang untuk berdiri.
Arthur terlihat cukup tenang,
"Shiki, kamu sudah tua."Saat Shiki berhasil berdiri, dia tampak seperti sudah terkalahkan. Lengan kanannya berayun seolah-olah mati rasa. Dia tidak berhasil memblokir serangan Arthur. Parahnya lagi, tangan kanannya sampai patah saat menahan pukulan itu.
"Ha ha ha..."
Shiki tertawa terbahak-bahak lagi, namun tawa itu disertai rasa jijik yang lebih sedikit dari sebelumnya. Ada campuran rasa kesepian dan frustasi di dalamnya.
"Bocah, aku memang sudah tua..."
Pada saat ini, Shiki tampak seperti seorang pria di usia tuanya saat dia menatap Arthur dengan tatapan pasrah.
"Oh! Betapa aku merindukan masa lalu yang indah!"
Dalam sekejap, ada kilatan cahaya yang memancar dari matanya yang terlihat lelah itu.
"Kalau begitu, kurasa aku harus menunjukkan padamu apa yang bisa dilakukan orang tua, anak muda!"
Shiki mengulurkan tangan kirinya dan meremasnya.
"Gaya Singa-Penghancur Bumi!"
Dia menyerah menggunakan trik lamanya untuk menghadapi Orochimaru. Sebaliknya, dia mengumpulkan lebih banyak singa batu kali ini dan menerkam Arthur.
Orochimaru kecewa saat mengetahui singa batu yang dilawannya hilang. Dia tiba-tiba merasa bosan karena Arthur tidak membutuhkan bantuannya. Dia pergi ke sisi lain dan hanya mengamati pertunjukan.
Saat singa batu hendak mencapai Arthur, dia perlahan mengepalkan tangan kanannya dan meninju ke udara. Dia melepas gelombang udara yang kuat dan menghancurkan singa-singa itu menjadi berkeping-keping.
Singa-singa yang tersisa juga dihancurkan oleh Arthur dengan mudah. Namun, singa-singa itu sepertinya datang tanpa henti. Sampai-sampai, Arthur tidak tahu apa
yang harus dilakukan dengan itu.Dia kemudian mengulurkan tangan kanannya dan mengarahkannya ke langit. Api merah kehitaman mengalir ke langit dari lengan kanannya. Tak lama, ada genangan api di langit.
"Hujan api Aurogon!"
Arthur mengayunkan tangannya ke bawah dan api mulai turun dari langit seperti hujan.
Shiki merasakan panasnya api di atas kepalanya. Dia menggertakkan giginya dan melompat-lompat untuk menghindari tetesan api ini.
"Blarr!"
Saat api mendarat mengenai singa-singa batu, mereka semua hancur dalam sepersekian detik. Karena Shiki masih fokus menangani hujan api, dia tidak punya cukup waktu untuk membuat singa-singa batu baru.
Saat hujan terus berlanjut, pulau terapung mulai bergetar dan retakan yang tak terhitung jumlahnya muncul.
Asap tebal disertai api menjebak Arthur dan Shiki di dalamnya. Orang-orang yang berada di luar tidak dapat melihat apa yang terjadi di dalam.
Orochimaru yang melihat pertarungan dari jarak dekat sangat bersemangat.
"Sepertinya kamu benar-benar banyak berlatih akhir-akhir ini. Itu sangat mengesankan!"
...
"Tuan Shiki!"
Dr. Indigo memandang kolam api di depannya dengan prihatin. Scarlet mengeluarkan amarahnya sambil bergegas ke sana. Namun, Dr. Indigo cukup cepat untuk mencegatnya dan menariknya menjauh.
Kolam api itu terlalu panas. Tak satu pun dari mereka yang bisa mendekatinya.
"Tuan Shiki akan baik-baik saja," ucap Dr. Indigo, berusaha menenangkan Scarlet.
Pertarungan di dalam masih berlangsung. Tanpa peringatan sama sekali, ada lebih dari sepuluh aura pedang emas keluar dari kolam api. Sebuah celah yang dalam terbentuk di tanah dan celah itu terus membesar sementara aura pedang terus terbang ke atas. Bahkan awan di langit terpotong menjadi dua bagian, seolah-olah langit baru saja pecah.
Orochimaru juga kaget melihat apa yang baru saja terjadi.
"Apa ini kekuatan asli orang tua itu?"Itu juga pertama kalinya dia melihat seorang pria kuat di dunia ini yang mengeluarkan semua kekuatannya. Tapi
kalau Garp...Sekuat apapun Shiki, Orochimaru masih berpikir bahwa Garp lebih kuat. Apa yang tersembunyi di tubuh Garp sudah cukup untuk mengintimidasi Orochimaru.
...
Arthur berada di tengah kolam api dan pandangannya terhalang sehingga dia tidak bisa melihat apa yang terjadi di hadapannya. Namun, dia bisa merasakannya dengan menggunakan Kekuatan Tekad Pengamatannya.
Dia mampu menghindari setiap aura pedang yang datang ke arahnya.
Shiki tidak bisa menyakiti Arthur sama sekali, yang membuat Shiki merasa malu.
Dia tahu dia tidak bisa terus melawan untuk waktu yang lama. Energi fisik dan mentalnya mulai habis. Dia sudah tidak dapat bertahan lagi dalam pertarungan sengit ini.Blarrr!
Pada saat ini, pertarungan antara Shiki dan Arthur sedang memanas di Pulau Terapung.
Sesekali, ada aura pedang di langit ataupun api merah kehitaman membakar pulau itu.
Yang satu adalah bajak laut legendaris di era lama, dan yang lainnya adalah bintang baru di era baru di Grand Line. Ini pertarungan antar era yang berbeda.
Dari waktu ke waktu, ada batu-batu raksasa yang jatuh ke laut. Pulau yang semula besar dan tinggi, kini terpotong menjadi beberapa bagian yang masing-masing bagian terbakar api.
Api yang berkobar cukup panas untuk menerangi separuh langit.Sementara itu, anak buah Shiki bersembunyi di tempat yang jauh darinya. Mereka tidak ingin menjadi bagian dari pertarungan yang menghancurkan ini.
Namun, pulau itu tidak cukup besar untuk memberi mereka perlindungan walaupun pulau itu tidak melayang tinggi di langit. Tidak ada jalan keluar bagi mereka. Yang bisa mereka lakukan hanyalah bersembunyi di sudut dan gemetar ketakutan saat mereka mengamati pertarungan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Bajak Laut di Dunia One Piece
ActionArthur Calder memiliki kehidupan yang membosankan sebagai seorang penulis. Suatu hari, ketika dia tertidur saat menulis bukunya, dia mendapati dirinya terbangun di sebuah pulau tak berpenghuni yang hanya dipenuhi hutan yang sangat lebat serta hewan...