Kecurigaan Garp

244 101 1
                                    

Pada saat itu, penduduk di desa Cocoyasi mulai menyadari anomali cuaca ini. Mereka mengira ini hanyalah cuaca buruk dan tidak merasakan tekanan kekuatan Arthur.
Mereka hanya gelisah karena udara yang panas dan pengap yang membuat sulit untuk bernafas.

"Apa-apaan cuaca ini? Sepertinya akan turun hujan, tetapi tidak ada hujan yang turun."

"Langitnya tiba-tiba menjadi gelap dan membuatku sangat takut."

"Tidak ada sinar matahari di sini, tapi kenapa aku merasa udaranya jauh lebih panas dari sebelumnya."

Seluruh penduduk desa Cocoyasi terus menyeka keringat mereka dan tidak berhenti mengeluh.

Seorang kepala polisi daerah yang memiliki bekas luka di wajahnya, dengan kincir ditopi kepalanya, menatap awan gelap tebal di atasnya dengan khawatir. Pria itu sepertinya memperhatikan ada sesuatu yang tidak biasa.

"Hei, Genzo! Kamu sedang melihat apa?" Seorang wanita cantik berambut ungu dengan tato di lengan kanannya berjalan kearahnya.

"Aku sedang mengamati cuaca. Cuacanya agak tidak biasa." Jawab Genzo dengan serius.

"Yah, terserahlah. Kuharap sambaran petir akan menyambar Kapten Nezumi." Kata Nojiko dengan kejam.

Setelah melihat wajah Nojiko yang marah, Genzo tersenyum dan berkata,
"bajak laut ikan sudah pergi. Saya percaya itu tidak akan lama sebelum pemimpin benar lainnya mengambil alih tempat kapten Nezumi."

Nojiko mengatup bibirnya dan berkata, "Yah, semoga saja begitu. Ngomong-ngomong aku harus pulang dan merapikan pakaianku. Sepertinya akan hujan..."

Sementara itu, perubahan cuaca belum dirasakan Kapten Nezumi, si kapten yang sedang berdiri di pelabuhan. Dia telah melihat sebuah kapal perang militer hampir 30 mil jauhnya dari mereka.
Sepertinya orang-orang mereka datang untuk menyelamatkan mereka.

"Beraninya bajak sialan itu menggangguku! Jika kalian mati, aku bisa mengambil semua Berry kalian, hahaha." Kapten Nezumi mengelus jenggotnya dengan penuh kemenangan dan tertawa terbahak-bahak.

Sebuah kapal perang yang melaju ke arah Desa Cocyasi, terlihat seorang pria besar yang sedang melihat awan gelap.

"Wakil Laksamana! Ada banyak sekali awan gelap di atas pulau Cocoyasi!"

"Ya, aku melihatnya."
Garp menatap ke kejauhan dengan serius saat dirinya berada diatas kepala kapal.

Awan gelap melayang di langit di atas pulau Cocoyasi. Suara petir sangat keras sampai orang-orang yang berjarak 30 mil dari awan bisa mendengar gemuruhnya. Beberapa sambaran petir melintas di langit, seakan sedang merobek langit.

"Tunggu... kapan cuaca Laut Timur menjadi begitu tak terduga?"

"Ya, kau tahu, kan? Tadi pagi cerah. Sekarang, sepertinya ada badai yang datang ke arah kita."
Dua prajurit sedang berdiskusi selagi
diri mereka tercengang melihat awan gelap yang aneh di atas kepala mereka.

"Tidak... itu tidak benar. Itu bukan hanya awan gelap biasa atau pergantian cuaca yang biasa." Kata Garp sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku bisa merasakan sesuatu yang sangat kuat di atas sana. Itu sangat kuat sampai mempengaruhi cuaca."
Tatapan Garp menjadi semakin serius.
Sepertinya perjalanan ke pulau Cocoyasi akan memiliki lebih banyak kesulitan daripada yang diperkirakan.

"Perubahan cuaca memang tampaknya disebabkan oleh kekuatan misterius."

Bogard menganggukkan kepalanya saat dia berdiri di samping Garp. Dia juga mencium  kekuatan mengerikan di atas pulau Cocoyasi.

"Kenapa? Itu tidak mungkin. Bagaimana bisa seseorang mempengaruhi kondisi cuaca?"
Mata seorang prajurit angkatan laut terbelalak kaget saat dia membuka mulutnya. Dia tidak pernah tahu kalau akan ada orang yang sangat kuat untuk mempengaruhi cuaca.

"Mungkin saja kalau itu pengguna buah iblis. Selama dia cukup kuat dan buahnya cukup bagus, dia bisa memberi dampak pada sekelilingnya di bawah pengaruh buahnya."
Selagi berbicara, Garp memikirkan dua orang kuat di tim mereka yang masing-masing dapat mengendalikan elemen api dan es. Mereka memang sangat kuat.

Adapun orang ketiga, dia mungkin ingin mendapatkan pekerjaan saja di sana, tidak lebih.

Disaat itulah, salah satu prajurit melihat melalui teleskop dan menemukan makhluk seperti ular bolak-balik di antara awan gelap seolah-olah berdiri di atas awan. Prajurit itu kemudian berteriak kaget,
"Wakil... wakil laksamana! Lihat! Apa itu?"

Mendengar teriakan prajurit yang tak jauh darinya, Garp mengerutkan keningnya dan mengambil teleskop dari tangannya. Kemudian, dia mulai mengamati awan gelap.

Diantara awan-awan gelap itu, tubuh seperti ular sepanjang seribu meter bersisik, dengan cakar yang runcing dan sayapnya yang samar-samar terlihat.

"Apa... apa itu seekor naga?" seru Garp kaget.

Walaupun bagian atas tubuhnya
tersembunyi di dalam awan gelap, Garp bisa tahu dari pengalamannya yang banyak kalau itu adalah seekor naga. Terlebih lagi kalau itu adalah seekor naga, bisa jadi itu adalah orang yang pernah dia temui sebelumnya.

"Kenapa dia muncul di Laut Timur?" Garp meraung.

"Naga? Kukira makhluk itu hanya ada di cerita saja. Kenapa bisa ada di kehidupan nyata?"

"Apa-apaan ini? Apakah kita akan melawan naga sebagai musuh kita kali ini?"

Saat para prajurit mendengar Garp menyebut kata 'Naga', mereka semua tampak ketakutan. Bagaimanapun, ini adalah pertama kalinya mereka akan menghadapi makhluk seperti itu.

Ketika Bogard mendengarnya, matanya terbelalak. Dia buru-buru menoleh untuk melihat Garp dan bertanya dengan suara rendah,
"Bagaimana... bagaimana mungkin? Apa mungkin orang itu? Apa yang dia lakukan di Laut Timur?"

"Tunggu, itu tidak benar! Tidak mungkin itu orangnya. Dia adalah salah satu dari empat kaisar. Apa yang akan dia lakukan di sini?" Bogard berbicara pada dirinya sendiri.

Garp menatap sosok dilangit dengan cukup serius. Pada awalnya, dia juga percaya kalau itu adalah Kaido sang Monster. Sekarang, dia pikir itu bukan Kaido.

Selain itu, kalau monster itu memang Kaido, nyawanya dan semua anak buahnya akan dipertaruhkan. Bahkan kalau dia bisa bertahan melawan serangan Kaido dan mengalahkannya,
Kaido masih memiliki tiga bencana, kekuatan yang sangat kuat. Pria itu tidak berpikir kalau anak buahnya bisa mengahadapi mereka. Bahkan kalau dia memiliki Bogard, dia tidak akan pernah bisa melawan tiga bencana sendirian.

Garp menatap sekali lagi sosok merah di antara awan gelap di atas pulau Cocoyasi dengan hati-hati melalui teleskop. Dia terdiam cukup lama dan menghela nafas lega. Lalu, dia berkata dengan suara tenang, "Oh, itu mungkin bukan dia."

Sejauh yang Garp tahu, warna sisik Kaido bukanlah merah terang. Dia ingat kalau Kaido adalah naga biru.

"Bukan Kaido? Lalu mungkinkah tiga pria yang akan kita temui nanti? Mungkinkah mereka berhubungan dengan Kaido?" Tanya Bogard dengan heran.

Garp menggelengkan kepalanya dan berkata dengan serius, "Aku tidak begitu yakin sekarang. Ayo pergi kesana dan cari tahu sendiri."

Mereka mengira kekalahan Dalmatian hanyalah sebuah kecelakaan dan ketiga bocah itu hanya beruntung saja. Namun, sekarang sepertinya tidak sesederhana itu.

Oleh karena itu, Garp memerintahkan semua prajurit untuk bergegas ke pulau Cocoyasi dengan kecepatan penuh.

Menjadi Bajak Laut di Dunia One Piece Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang