Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
▵ ▵ ▵
"Mark, nonton bola kuy, panggil si Hendery suruh ke bawah."
Johnny dengan salah satu kaki naik di atas sofa menyuruh Mark yang ada di sebelahnya untuk mengajak Hendery nobar bareng malam ini.
"Dadd, kan Mas Mark baru aja nyampe, masa udah di suruh begadang nontonin bola," Haechan protes pada Johnny.
Yang benar saja, mana muka suaminya itu udah keliatan cape banget.
"It's oke, kapan lagi mas kumpul nonton bola bareng Daddy Jo sama Hendery?"
Bibir Haechan manyun, ia tersenyum setelahnya saat Mark menyakinkan jika sepertinya tak masalah jika begadang malam ini.
"Oke, kalau ngantuk langsung ke kamar adek aja."
"Iya dek."
Yep, keduanya kini tengah berada di rumah Haechan. Hari demi hari telah berlalu, gadis manis itu seringkali merasa kesepian dan merindukan kakak serta kedua orang tuanya. Alhasil Haechan meminta Mark untuk berkunjung sekaligus menginap di rumah Haechan malam ini. Katanya lagi kangen berat sama suasana rumah.
"Bear! Bantu mae dong!"
"Oh? Siapp!"
Haechan pamit pada Mark yang duduk di sebelahnya, sebelum itu ia mengecup pipi Mark sekilas. Melihat keharmonisan anaknya membuat seulas senyum terbit di wajah Johnny.
Syukurlah jika mereka sudah sedekat ini dan tidak pernah bertengkar.
Haechan sudah ke dapur untuk membantu Ten, sedangkan Mark pamit untuk memanggil Hendery yang katanya lagi molor, padahal baru jam delapan malam.
Menit demi menit berlalu, keadaan di dalam dapur tampak tenang-tenang saja berbeda dengan di ruang televisi saat ini.
Ten sampai harus mengelus dadanya mendengar suami, anak, dan mantunya yang berteriak-teriak kesetanan saat club sepak bola idola mereka berhasil mencetak gol.
