[ BAB - 14 ]

25.8K 2.2K 203
                                    

Bantu koreksi typo, ya❤

BAB 1— CAPER DIKIT











Enggan merombak hairstyle-nya, Navella memilih topi baret yang warnanya senada dengan outfit yang dirinya kenakan; blazer crop dipadu strap mini dress, yakni autumn pink.

Hari ini, Navella memutuskan mengeluarkan kesan feminin, mengenakan pakaian serba merah muda— agar dapat memikat calon ibu mertuanya.

Hourglass body milik Navella benar-benar cocok mengenakan pakaian yang membentuk lekukan badan idamannya. Hingga, terlihat betapa indah penampilan artis tersebut dari ujung topi ke ujung high heels.

Korean look gini, bikin aku kek bocil enggak, sih?” tanya Navella.

“Enggak! Cantik! Kamu cantik, kok!”

“Aku selalu cantik, Jeng San! Masalahnya, aku mau kelihatan dewasa. Biar serasi berdampingan sama bapak dokter.”

“Udah, kamu segini, aja—enggak usah nutupin diri kamu yang asli. Enakan jujur, kamu emang kadang kek bocil, daripada ngasih first impression yang bukan kamu banget, takutnya kamu yang capek.”

“Bener, yaudah! Doain, ya! Biar aku sukses dengan misi aku ngeluluhin hatinya mami mertua.”

Sandiana mengacungkan jempol. Ia menghantar kepergian Navella sampai ke basemen hotel. Di sana, mobil yang dikendarai Alam telah terparkir.

Pak De!” pekik Navella.

Si artis mengetuk pintu kaca mobil. Alam segera menurunkan kaca. Retina mereka auto bertemu pandang satu sama lain. Sebab, Navella merunduk sembari menyenderkan sikutnya ke garis jendela mobil.

Tautan mata mereka tak berlangsung lama. Alam yang terlebih dahulu memutus kontak. Si bapak dokter menyuruh Navella masuk ke dalam mobil.

Navella duduk sembari mendesah kecewa. Cih! Si pak de—tidak mengomentari penampilannya.

Apakah bagi Alam, Navella tidak semenarik itu? Ataukah, wajah dirinya membosankan, perkara terlalu sering tampil di layar televisi? Sejak awal pertemuan mereka, Alam tak mengatakan apapun tentang visualnya yang senantiasa dipuja semua orang.

“Nonave,” panggil Alam.

Navella menoleh. “Iya, Pak De? Gimana aku cantik, enggak?”

“Jangan lupa masang setbelt, ya.”

Dipancing pun, Alam tetap tidak bersuara! Aduh— Navella menjadi sangsi, ia merasa kadar visual dirinya sudah berkurang drastis. Shit! Bahaya.

Seperti kata netizen, ia bertahan di dunia entertain berkat wajahnya. Jika ia tidak lagi paripurna—apa yang akan ia andalkan untuk memikat mertuanya?

Minimal, Navella bisa meyakinkan ibu mertua— ia akan menurunkan gen terbaik untuk anak mereka nanti. Semisal Navella sudah tidak secantik itu—ia tidak punya aset lagi guna membujuk keluara sang bapak dokter.





“Nonave, tolong hape-nya disimpen dulu. Pikirin cara kamu keluar dari mobil saya. Suasana di sini rame banget, kam—”

Navella mengibaskan rambut. “Aku ada ide. Arahin, aja, mobil Pak De ke basemen, sisanya aman, kok.”

“Emang bisa?”

“Bisa, lah! Kami milih hotel yang ini gegara jalurnya aman buat nge-evakuasi aku dari wartawan.”

MY SOFTLY HUBBY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang