[ BAB - 16 ]

27.6K 2K 220
                                    

Bantu koreksi typo, ya❤

BAB 16 HIS NAME








Besoknya, Alam menjalani rutinitas harian sebagai seorang dokter bedah umum. Tidak ada perwakilan kata yang sesuai selain menyebut aktivitasnya hari ini abnormal day.

Ia beberapa kali hampir gagal menyelamatkan pasien, perkara para wali yang sibuk menanyai hubungan dirinya dengan si artis. Beruntung, Alam laki-laki yang pengendalian emosionalnya begitu sempurna. Hingga, Alam dapat mengatasi betapa problematiknya wali pasien yang tiada lelahnya mencecari ia menggunakan segudang naskah wawancara.

“Dy, saya bisa jelasin, lho.”

Nah, perihal yang satu itu—Alam melupakan esensi seorang Aldy. Sewaktu bertemu tadi pagi, si dokter muda tersebut mengabaikan eksitensi Alam secara terang-terangan, mengibaratkan dokter seniornya makhluk tak kasat mata.

“Maaf, dr. Alam, aku udah unrespect, dan nolak bahas masalah pribadi di tempat kerja.”

“Saya—” Alam menjeda, ia menjilat ujung bibir yang kering. “Saya enggak bisa bilang jujur tentang saya yang punya hubungan sama Navella, soalnya ngejaga privasi dia, Dy.”

Alam benci berbohong, tetapi keadaan mendesak dirinya melakukan hal ini. Ia tahu, setelah sebuah kebohongan meluncur, ia menjamin ke depannya ia akan senantiasa berbohong untuk menutupi satu kebohongan lain.

Singkatnta, Alam Pangestu Bagaskoro terjebak di lingkaran setan.

“Tapi, kenapa dr. Alam berlagak kek enggak kenal Navella sama sekali?”

Faktanya, Alam memang tidak mengenal Navella. Ia dan sang artis tidak saling bertukar informasi personal apapun. Intinya, ia bukan belagak bodoh pura-pura tak mengenal Navella. Itulah, realitanya.

Sorry, Dy, saya punya alasan.”

“Aku kecewa, Dok. Abisnya dr. Alam sering nanya tentang Navella. Apa karena mau tes opini pasar? Dr. Alam main-main sama perasaan fans tulusnya Nave?”

“Enggak—Dy, gini ....”

“Pantesan sebelum identitas dr. Alam terkuak, si Nave nge-post foto bekal. Aku udah curiga, soalnya enggak asing sama tempat bekalnya, pas aku cek— Nave-ku nge-follow IG-nya dr. Alam. Jahat betul, ya, dr. Alam.”

Wes angel,” gumam Alam, sangat sulit membujuk Aldy. “Maaf, Dy, saya salah dan saya enggak nyari pembelaan. Kamu boleh marah.”

“Iya, aku udah berhenti ngejadiin dr. Alam sebagai rolemode-ku. Besok juga mau ngajuin mutasi RS.”

Lah, piye?” Alam terbelalak. “Jangan, dong. Kamu tahu susahnya dokter bedah umum di sini? Kalau kamu pergi, kami bakalan kelabakan, Dy. Tolong, kan, situ sendiri yang bilang enggak mau campuri urusan pribadi dan pekerjaan.”

“Gimana? Aku pengen nangis tiap liat dr. Alam— Dok, aku udah nge-fans si Nave dari waktu yang lama. Dia penyemangat hidup aku. Aku enggak masalah Nave nikah, cuma enggak dengan orang yang aku kenal. Nave juga masih dua puluh satu— Dr. Alam udah tua, enggak etis banget pacaran.”

'Dr. Alam udah tua.'

'Dr. Alam udah tua.'

Sialan—Alam tertampar mendengarnya. Namun, ia tak menyalahkan argumen menohok Aldy.

“Saya enggak nyogok. Kapan-kapan semisal ada kesempatan, mau ketemu sama Navella, enggak?”

Kesempatan emas yang langka, Aldy mengerjapkan kelopak mata. Egonya ingin menolak, ia merasa jika setuju dengan penawaran dr. Alam, harga dirinya tergores. Kalau ditolak, kapan lagi ia bisa bertemu Navella?

MY SOFTLY HUBBY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang