Bantu koreksi typo, ya❤
【 BAB 04 ᅳ PRAYING CIRCLE 】
Navella sempat memperkirakan bahwa sosial media akan heboh dengan skandal romantisnya bersama seorang pria yang berprofesi sebagai dokter. Ya— dugaannya barusan sekadar angan-angan semata.
Belum juga orang-orang di IGD memperhatikan wajahnya—si dokter bergerak gesit membungkus sekujur tubuh Navella memakai selimut yang ia hempaskan ke ranjang.
Hingga—yang disaksikan segerombolan manusia di bangsal IGD cuma dokter yang memeluk pasien; pasien yang tidak terkuak mukanya.
Bajin—ralat, sialan!
Alam perlahan menyibak tirai, menghalau jarak pandang siapa saja, usai dirinya menunduk seakan mengucapkan permintaan maaf melalui gesture badan. Kemudian, menuntun Navella yang mode 'lontong' duduk di tepian ranjang.
“Argh!” Navella mengerang frustrasi, ia melempar selimut, napasnya engap! Ia menyorot tajam sang dokter. “Dikit lagi kita kena skandal, lho! Kenapa gerakan Pak Dokter ngalahin kecepatan cahaya, sih?!”
Alam terkekeh. “Saya, mah, enggak mau terlibat skandal dengan kamu,” ujarnya, menyulut emosi Navella.
Dalam sekali tangkap, Alam sudah menebak tabiat Navella yang memiliki kesabaran 11 12 dari Anjani; kesabaran setipis angin—alias senggol 'ngamuk'.
Navella mendengkus, meratapi rencananya yang gagal total. Asem!
“Eh—darah? Darah aku keluar! Pak Dokter! Pasti aku mengidap leukimia, 'kan? Liat? Pak Dokter— aku bakal meninggal!” pekiknya, setelah melihat darahnya mengalir di selang infus.
Bola mata Alam berotasi, Navella terlalu hiperbola. Normalnya jika jarang di-infus, reaksi pasien akan berjengit ketakutan. Navella memang agak lain.
“Enggak, alhamdulillah—Nona Artis enggak parah, itu karena kamu kebanyakan gerak. Saya udah peringatin buat istirahat dulu nunggu infusnya habis. Tapi, semisal kamu udah se-aktif ini, saya izinkan pulan—”
“No! No! No! Dih! Enggak! Oke, aku will stay still— aku janji jadi patung, asalkan jangan usir aku dulu. Iya, aku nunggu sampe cairan infusnya abis, ya? Aku janji, Dok, suwer! Enggak boong!” mohon Navella, sambil duduk rapi dan menaruh kedua tangannya ke paha.
“Good job, anak pinter—nah, saya kasih permen. Soalnya, kamu udah mau nurutin kata-kata saya,” pungkas Alam, menyerahkan sebungkus permen rasa cokelat, yang langsung dirampas oleh Navella.
“Maaci banyak, yah, Pak Doktel,” sahutnya, disertai intonasi sok imut, mencontoh bocah yang biasa ia temui di lokasi syuting.
Alam mengulum senyum, hingga lesung pipit di pipinya yang berkulit tan muncul.
“Macama, yah, Nona Altis,” balasnya, menyambut tingkah random Navella tanpa merasa terganggu.
Navella tertegun, retinanya terpaku memandangi Alam secepat kilat—begitu tersadar, ia buru-buru mengalihkan pandangan ke kerah leher si dokter.
Si dokter tidak melayangkan tatapan jijik, padahal Navella pasti terlihat menggelikan meniru tingkah bocil di usianya yang sudah menginjak kepala dua.
Apakah boleh se-pengertian tadi?
“Baik, Nona Artis, saya pamit, ya? Pasien lain sudah menunggu saya.”
“O-Oke,” pungkas Navella, ia mencegat pergelangan tangan Alam, sebelum si pria beranjak. “Semangat, Pak Dokter.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SOFTLY HUBBY [END]
Romance[ 🔞🔞 Tidak sehat bagi jantung jomblo ] Prinsip hidup Alam sederhana, tidak mencari masalah dan enggan menikah. Sementara prinsip hidup Navella kompleks, si biang onar yang ingin cepat menikah. Pertemuan mereka bermula dari status dokter-pasien, b...