[ BAB - 02 ]

48.2K 2.6K 81
                                    

Bantu koreksi typo, ya❤

【 BAB 02 ᅳ UNREALISM 】






Navella, artis muda yang telah berkecimpung di bidang entertain Indonesia sekitar satu dekade lamanya—seorang figur terlaris yang bermula dari artis cilik hingga kini usianya menginjak 21 tahun.

Terkenal sebagai bintang yang tak pernah redup; dalam sepuluh tahun karirnya, Navella nyaris tidak memiliki jeda menjalani proses syuting. Film, series serta sinetron dibabat habis olehnya silih berganti.

Belum tuntas satu project, project lain menyusulnya agar lekas dilaksanakan.

Dengan personal branding-nya yang kuat dan ciri khas dirinya yang melekat, ia hampir setiap hari muncul di layar televisi pula berbagai sosial media.

Ia lah 'Artis bervisual AI', ibarat goresan mahakarya sang webtoonist, Navella benar-benar berhasil menjadi sebuah manifestasi manusia berwajah sempurna tanpa cacat di mana orang-orang takkan mampu mencela pahatan muka dirinya yang aristokrat.

“Dia Navella, lho!”

Di sana Navella, di sini Navella—mengapa Alam senantiasa mendengar nama ini? Ia mengusap tengkuk, lalu mengangkat kedua tangan ke udara.

Sungguh, melalui mulut besar Aldy yang terlampau mengagumi Navella, ia sampai menghapal betapa rumitnya alur bekerjasama dengan artis seterkenal gadis tersebut. Andaikan ia bebas pilih pasien, ia ingin berterus-terang enggan berurusan dengan setumpukan syarat tak penting yang dipinta pihak artis.

“Lantas?” sahut Alam, kepada si bapak bersetelan lengkap, aksennya nampak medok, tak diikuti oleh intonasi meninggi barang sedikit. “Bapak mau saya melakukan apa?”

“Tandatangani mou!” seru si bapak, merogoh saku kemejanya, lalu mengeluarkan secarik kertas yang tertera materai 10000 ribu. “Baru boleh liat muka Navella secara telanjang bulat.”

Sebentar—kalimat si bapak terdengar rancu. Apa? Telanjang bulat? Atau mata telanjang?

Alam menggelengkan kepala, usut punya usut— saking jarangnya berjumpa fans dan bertatap muka secara langsung dengan Navella, netizen mulai mempertanyakan keaslian wajah sang artis.

Bahkan, orang-orang menduga, selama syuting— seluruh wajah Navella merupakan efek CGI semata, yang setiap gerak-geriknya hasil skill editan tingkat Dewa editor.

“Oke, saya undur diri,” final Alam, “Saya bukannya melalaikan tugas saya, melainkan wali pasien yang menolak saya untuk melakukan tindakan terhadap pasien, dan saya enggak mendapat persetujuan dari Anda, betul, Bapak?” lanjutnya, menambah tegang situasi dengan mundur menjauhi Navella.

Ekspresi si bapak muncul guratan-guratan terkejut, kelopak matanya membelalak sempurna. Rupanya, tak menyangka akan diberikan serangan seperti barusan oleh dokter.

“Apapun yang terjadi pada pasien, bukan tanggung jawab saya, saya memiliki argumen dan alibi jika ke depannya pihak pasien ingin melaporkan saya pada pi—”

“Maaf, dong, Dok! Enggak usah tandatanganin mou, tolongin mbak Nave, aja!”

Diam-diam, Alam mengulum senyum tipis, ia maju, mengkomando para jajaran pengawal pergi dari sana selagi dirinya menangani Navella.

Ia menarik tirai, menutupi brankar tempat Navella terbaring. Lalu, mengulurkan tangan mengupas masker bermotif panda di wajah si artis.

Alam disuguhi pemandangan yang memanjakan matanya.

MY SOFTLY HUBBY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang