PROLOGUE & FOREWARD

133K 4.1K 222
                                    

.
.


Holla, Buna muncul lagi setelah sekian lama mendelep dari peradaban😂😂 ada yang nungguin kah? Atau ada yang kangen?

Cuss, nggak usah lama-lama!






CERITA INI MERUPAKAN SERIAL DOCTOR SERIES SERI KE-5.

Nggak perlu khawatir, cerita ini berdiri sendiri, jadi kalau nggak tertarik baca series sebelumnya juga nggak apa-apa. Nggak akan merubah apapun, kok.


••••••





“Tinggal bilang aku mengidap penyakit mematikan stadium akhir, apa susahnya, sih? Aku juga enggak minta bantuan, Pak Dokter, secara gratis!”

Alam mengembuskan napas panjang. Nyaris setiap hari dirinya bertemu beragam jenis karakteristik pasien. Tetapi, untuk yang satu ini— ia hampir menyerah bahkan sebelum dirinya menanggapi.

“Udah, ya? Jangan mengada-ngada lagi. Kamu sehat, kok. Alasan kamu pingsan, cuma karena kecapean. Enggak ada gejala serius yang beresiko fatal ke kelangsungan hidup kamu. Tunggu sampai cairan infusnya habis, baru boleh pulang. Okay?”

Si gadis mengerutkan dahi. “Enggak! Aku sakit! Aku sakit parah! Pokoknya, aku mesti sakit parah, Dok!”

“Emang kamu kenapa? Kalau mau mengajukan cuti kerja, kamu bisa cari alasan yang lebih masuk akal, 'kan?”

“Situ pikir gampang? Kamu enggak tau aku siapa?”

“Tahu.”

“Tuh, tau!”

Alam tersenyum tipis. “Kamu pasien yang saya tangani.”

Ish! Anjir! Tatap aku, perhatiin muka aku pake biji mata kamu dengan seksama! Telaah dan resapi, apa kamu enggak kenal muka aku yang familiar ini, Dok?”

Oalah—”

“Iyap! Betul, Dok!” pekik si gadis menyerobot pula memotong kalimat sang dokter. “Aku artis, artis paling terkenal seantero kanca dunia hiburan Indonesia! Jelas, tahu, lah, ya?” Ia menaik-turunkan alis.

“Oh—artis, ya? Tak kirain apa—” Alam mengulum bibir, ia mulai menahan tawa. “Terus, saya perlu bersikap bagaimana, Nona Artis?”

Cih! Kagok sekali panggilan, wahai bapak dokter— lagi dan lagi; ia mencebik. Sukar sekali memberi pengertian kepada lawan bicaranya!

“Tolong, lah! Bantu diagnosis aku, kalau aku otw meninggal, gitu. Sisa umur aku udah pendek, biar ntar pas lama-lama, kamu umumin, aja, ternyata aku dinyatakan sembuh, jejeng! Keajaiban! Nama kamu sebagai dokter bakal makin terkenal! Orang pasti berlomba-lomba nyariin kamu. Kita berdua sama-sama untung, deh! Simbiosis mutualisme, Dok, ya, ya, ya?”

“Ide yang bagus.”

Sang gadis tersenyum semringah. Bagai mentari di pagi hari, ia seakan direngkuh erat semburat sinar kehangatan atas kalimat dokternya barusan.

MY SOFTLY HUBBY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang