[ BAB - 20 ]

30.9K 2.2K 273
                                    

Bantu koreksi typo, ya❤

BAB 20STAND HIM







“Nave, kemarin kamu ke penthouse-nya dr. Alam?”

Navella melucuti kaos bercorak bunga yang ia kenakan. Hari ini, ia take syuting berulang kali di lokasi gedung yang berbeda-beda. Hingga, merasa energinya telah terkuras habis. Jadwal syuting yang banyak tersita terpaksa perlu dilaksanakan kejar tayang.

Kemarin, ia kembali ke Banten bersama dr. Alam— beruntung sehabis dicium, si bapak dokter dapat kembali mencairkan suasana antar mereka.

Alam juga mengurungkan niat untuk singgah ke penthouse-nya, akibat mesti buru-buru ke rumah sakit.

Ck! Padahal, Navella penasaran bagaimana kondisi penthouse Alam yang terletak di Jakarta. Ia ingin meng-survey, di balik kehidupan calon suaminya.

Kata buku yang Navella baca, rumah singgah yang biasa ditempati oleh manusia menyimpan banyak rahasia. Ia bisa saja membongkar seluk-beluk pak de!

Eish! Cemana mau ke sana! Pak De, ditelepon tau— pasien darurat mesti dioperasi. Beliau ngajak aku pulang, deh.”

“Terus? Gimana? Pas dia ketemu Mr. Maves?”

Mantap!” Navella mengacungkan jempol. “Beliau top markotop! Aman! Kemarin, pipinya beliau udah aku watermark, lho.”

“Di-watermark?”

“Hu'um, kutandai—buat ngasih tau wanita lain, Pak De, punyaku.”

Sandiana menggeleng, ia sukar mencerna kalimat Navella yang mengambang. Enggan mencampuri terlalu dalam, ia menaruh paperbag ke meja.

“Kamu nge-request baju sopan. Udah aku bawain, Nave.”

“Udah jam berapa? Aku kudu siap-siap mau ketemu papinya pak de.

Pantasan Navella memerintahkan Sandiana untuk membawa pakaian berlengan panjang dengan rok span se-betis. Supaya, ia tidak nampak terbuka saat bertemu orangtuanya dr. Alam.

“Warna pink, enggak?”

Warna pink itu, sudah menjadi ciri khas Navella—di antara banyaknya pernyataan negatif perihal warna pink. Navella tetap memilihnya sebagai ikon yang identik dengan dirinya.

Sebab, katanya warna pink itu, warna yang centil, sok feminin, sok imut dan berbagai asumsi jelek lain yang dicetuskan netizen.

Navella ingin dibenci segelintir orang, makanya ia selalu mencari cara mengumpulkan haters.

“Kamu pengen dibenci sama papinya dr. Alam?”

Nope, aku pake warna pink buat memperlihatkan iniloh Navella yang selalu tampil di televisi. Artis yang doyan cari sensasi dan artis yang selalu bikin sosial media heboh.”

“Kok, gitu? Entar semisal enggak direstuin, gimana, Nave?”

“Tujuanku bukan buat ditolak, kok! Tenang, Jeng— aku punya senjata pamungkas!”

Sandiana memicing, ia agak tidak percaya kepada Navella. Semakin pede Navella, maka akan semakin mengkhawatirkan pula situasinya.

Navella itu tidak pernah punya rencana yang pasti. Ia senantiasa bertindak sesuai rekomendasi isi otak yang amburadul. Ia menghela, semoga kali ini, tidak timbul masalah yang bisa membuat si artis kecewa.

MY SOFTLY HUBBY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang