[ BAB - 07 ]

31.2K 2K 107
                                    

Bantu koreksi typo, ya❤

【 BAB 07 — SPEECHLESS 】








“Pak Dok, aku mau diintrograsi atau diapain, sih— kok, jarak ngobrol kita berdua sejauh lapisan ozon ke inti bumi?”

Speechless, part 1.

Perasaan spasi antara mereka berdua berkisar satu meter. Sejauh lapisan ozon ke inti bumi katanya? Ia memang mengintruksikan Navella duduk di sofa— dan dirinya duduk di kursi. Sepatutnya, ia meminta sang artis duduk di kursi konsultasi pasien. Tetapi, dalam perspektif Alam, Navella tak mendatanginya sebagai pasien, melainkan tamu pribadi. Ia perlu menaruh batasan yang sesuai dengan kebutuhan.

Ia menghela. “Kamu mau omongin apa?”

“Sini, deh, Pak Dok—aku bisikin!” Gerakan tangan Navella memerintahkan Alam mendekat dengan lambaikan tangan; persis seperti penumpamg yang menyetop mobil angkot. “Pak Dok, kepo, 'kan?”

Speechless, part 2.

Untungnya, Alam bukan type manusia yang haus akan hormat. Ia tidak sekonservatif itu, terkecuali pada orang-orang yang terlanjur akrab. Jadi, ia tak masalah diperlakukan kurang sopan oleh Navella.

“Kamu yang ke sini,” titah Alam.

“Duduk di bahu? Atau di pangkuan, Pak Dok?”

“Saya suruh kamu nyamperin saya, Nona Navella, bukan nyuruh kamu mencabuli saya.”

Navella tertawa puas mendengar penuturan bapak Dokter. Ia tidak tanggung-tanggung menunjukkan sisi aslinya.

“Ah—bisaan banget, Pak Dok.”

“Sudah, saya saja yang ke sana,” ujarnya sembari bangkit dari posisi, lalu duduk di seberang sofa— ia menautkan jari. “Jadi, kamu dateng mau diperiksa atau ada keperluan lain?”

“Nah, gini, dong, aku bisa nikmatin kegantengan, Pak Dok, bukan blur, doang. Fyi, aku, tuh, rabun.”

“Kamu mau konsultasi masalah mata?”

“Bukan, lah! Aku mau ngobrol empat mata sama kamu, Pak Dok. Pengen ngajuin proposal yang menggiurkan.”

Di lubuk hati Alam, ia paling enggan mendengar proposal. Apakah Navella hendak membicarakan tentang saham miliknya? Ia tidak tahu, artis juga bisa berkontribusi langsung dalam penawaran investasi.

“Pak Dok, butuh pekerjaan sampingan, enggak? Dari pengamatan aku, gaji Pak Dok, sebagai dokter keknya masih kurang. Aku lagi nyari orang yang cocok, gimana kalau, Pak Dok, aja, yang isi?”

Pardon?”

“Iya, aku perhatiin, ya—sorry, nih. Pak Dok, butuh duit tambahan buat tambahan penghasilan.”

“Kenapa kamu bisa menyimpulkan saya butuh penghasilan tambahan?”

“Maaf, ya—aku enggak maksud nyinggung. Tapi, bukannya sebagai dokter, Pak Dok mesti jaga style, biar nyaman sama pasien? Masa, Pak Dok, make jam tangan yang udah karatan, terus—” Netra Navella turun ke perpotongan celana kain Alam, ia nampak sedih. “Pak Dok, juga pake sendal murah, celana Pak Dok, udah pudar.”

Speechless, part 3.

Alam menyenderhanakan rentetan kalimat sang artis, intinya; ia dikatai lusuh, hingga seperti orang yang tidak memiliki uang lebih untuk membiayai penampilan.

Saking shocknya, bibir Alam kelu.

“Bener ya, sampe Pak Dok membatu? Aku ngerti, kok, Pak Dok, enggak usah malu. Makanya, aku ke sini, mau nawarin kerjaan sampingan, supaya ntar, Pak Dok, upgrade diri. Penghasilan dari aku gede, lho!”

MY SOFTLY HUBBY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang