CHAPTER 6 : PELAJARAN TENTANG DUNIA

424 17 0
                                    

# # # # #

Naruto menghembuskan asap rokoknya ke udara. Ia duduk bersantai di sebelah balkon kamar hotel yang menyediakan pemandangan bangunan-bangunan menjulang tinggi dan langit cerah. Sudah beberapa jam ia terbangun dan hanya menatap pemandangan yang disuguhkan padanya tanpa bergerak sedikitpun.

Ia menunggu Hinata untuk bangun dan melihat seperti apa reaksi wanita itu saat ia bangun nanti. Apakah wanita itu akan berteriak histeris? Memaki dirinya? Membenci dirinya? atau menangis frustasi seperti wanita lainnya? Naruto tersenyum saat membayangkannya. Ia benar-benar tidak sabar untuk menunggu wanita itu terjaga.

Tubuhnya masih mengingat bagaimana Hinata berteriak di bawah tubuhnya, memohon untuk melepaskan dirinya namun ia tetap meneruskan permainannya. Bagaimana ia merampas apa yang menjadi harta terakhir wanita itu dan bagaimana ia terus dan terus melecehkannya.

Semuanya benar-benar membuatnya merasa bergairah.

"Uuh... "

Safir Naruto langsung melirik ke arah tempat tidur yang tidak jauh darinya. Ia menatap tubuh Hinata yang terbalutkan oleh selimut bergerak, membuat sesuatu di dalam dirinya merasa tidak sabar untuk mengetahui reaksi Hinata.

Ia memperhatikan Hinata yang terbangun dari tidurnya dan sama sekali tidak terlihat baik-baik saja. Rambutnya berantakan, wajahnya pucat dengan pipi serta mata yang bengkak dan tubuhnya penuh dengan bercak kemerahan yang dibuat oleh Naruto.

Meskipun begitu, ia tidak mengatakan apapun dan menyesalinya. Naruto merasa itu semua tidak ada apa-apanya, ia menahan dirinya. Berbeda dengan apa yang Hinata rasakan.

Lavender Hinata menatap tubuhnya dengan pandangan masam. Ia tahu dirinya sedang tidak berada dalam mimpi atau apapun itu, ia sedang berada dalam kenyataan pahit yang harus ia terima. Ia memperhatikan seprai yang bernoda merah, tidak jauh darinya dengan pandangan horor.

Hinata tahu darah apa yang mengotori seprai itu.

"Bagaimana tubuhmu?"

Tubuh Hinata menegang saat mendengar suara yang ia kenali tidak berada di sampingnya, namun mengawasinya dari sebrang tempat tidur. Pria itu masih tidak memakai pakaiannya dan hanya memakai celana panjang dengan rambut berantakan dan rokok di tangannya.

Hinata menelan ludah, berusaha untuk meredam perasaan benci pada pria itu dan ia terlalu lelah untuk menangis. Tubuhnya juga terasa sakit hingga ke titik dimana ia tidak ingin melakukan apapun selain membasuh tubuhnya.

"... Aku mau mandi," gumam Hinata merangkak turun dari tempat tidur

Naruto mengeryit,"Tidak ada kalimat kebencian? Menangis atau teriakan padaku?"

Hinata tidak menjawabnya dan berusaha untuk bersikap tidak peduli, ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan berusaha untuk berjalan sehati-hati mungkin dengan kaki yang hampir tidak kuat untuk menahan tubuhnya. Beruntung ada dinding yang dapat ia jadikan tumpuan untuk ke kamar mandi.

"Ini mengecewakan," tandas Naruto. "Kukira kau akan berteriak, menangis atau mungkin melakukan sesuatu untuk membunuhku."

Hinata berhenti bergerak dan menoleh,"Aku memang akan membunuhmu. Tapi bukan sekarang. Dan aku terlalu lelah untuk menangis ataupun berteriak."

MARY THE NIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang