CHAPTER 7 : PERNYERBUAN

305 12 0
                                    

# # # # #

"Minum."

Shikamaru menyerahkan segelas air pada Hinata yang dibalas dengan membuang muka padanya. Sedaritadi, wanita milik ketuanya itu sama sekali tidak mau berbicara bahkan pada Iruka sekalipun yang Hinata anggap sebagai pria paling baik di kelompok Naruto.

Menghela nafas, Shikamaru berjalan menuju mejanya dan memilih untuk meminum sendiri minuman yang ditolak oleh Hinata. Ia duduk di mejanya yang bersebrangan dengan Hinata, memperhatikan wanita keras kepala di depannya itu.

Hinata terpaksa ia bawa ke ruangannya untuk menenangkan diri setelah kejadian di ruangan Naruto tadi. Setelah drama anak yang dijual oleh orangtuanya dan Naruto yang mendekati Hinata, wanita itu mengamuk dengan berusaha untuk melukai pria yang seharusnya ia takuti.

Shikamaru dan iruka terpaksa menyeret Hinata yang terus memberontak, mengatakan untuk melepaskan anak tersebut ke ruangan Shikamaru. Tempat yang paling aman dan strategis karena dekat dengan ruangan Naruto sekaligus tempat tertutup.

"Berhenti melihatku," tegur Hinata

"Aku mengawasimu," ralat Shikamaru

Lavender Hinata melirik bawahan pria yang ia benci tersebut,"Anak itu... bagaimana nasib anak itu sekarang?"

Alis Shikamaru mengerut. Sudah satu jam wanita milik Naruto itu diam di depannya, menolak untuk bersuara dan kini ia masih mempertanyakan nasib anak yang bahkan namanya saja ia tidak kenali?

"Merepotkan. Tentu saja segera dijual,"jawab Shikamaru sekenanya

"Apa hanya itu... jalan satu-satunya untuk menyelamatkan anak itu?"

Shikamaru berdecak,"Berhenti mencemaskan oranglain. Cemaskan saja dirimu yang hampir menyerang Bos tadi."

Hinata melengos,"Bukan hampir. Aku memang berencana untuk menamparnya tadi kalau kalian tidak mengangguku."

"Dan kenapa kau lakukan itu?" sahut Shikamaru

"Kalian benar-benar tidak mempunyai hati, bukan?"

"Dengar, Nona. Kau tidak akan selamat di dunia ini jika kau mempunyai hati dan pikiran yang naif seperti itu. Seperti tadi, kau menduga jika orangtua anak itu akan mengorbankan lidahnya untuk keselamatan anak mereka, bukan?"

Kedua tangan Hinata saling meremas, menyembunyikan wajahnya agar tidak diketahui Shikamaru karena apa yang dikatakan pria itu benar.

"Dan kenyataannya," Shikamaru melanjutkan. "Mereka memilih untuk menjual anak mereka demi keselamatan mereka sendiri. Bagi mereka, anak bisa digantikan. Bisa dibuat lagi. Tapi lidah, tidak akan bisa pernah tumbuh atau dibuat."

Tubuh Hinata bergetar. Ia tahu apa yang dikatakan oleh Shikamaru segalanya adalah benar. Mungkin ia memang naif untuk menebak apa yang seharusnya orangtua anak itu lakukan atau ia memang telah teracuni dengan segala kepalsuan dunia?

"Kalau kau mengerti itu, jangan coba-coba untuk mencampuri urusan Bos lagi seperti tadi. Itu pekerjaan kami untuk membereskan masalah organisasi."

"Aku tidak mengerti," gumam Hinata

"Apa?"

Hinata mengangkat kepalanya,"Aku tidak mengerti kalian. Memang benar, tidak semuanya di dunia ini baik dan ada pula yang naif sepertiku hingga tidak bisa selamat di dunia kalian. Tapi, itu terjadi karena kita tidak saling memahami."

MARY THE NIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang