Dalam rentang waktu tujuh minggu. Gips yang membalut lengan kanan Tanjirou rencananya akan dibuka hari ini oleh dokter spesialis yang menanganinya. Kendati demikian, seluruh aktivitasnya akan dibatasi penuh selama 2-3 bulan atau memakan waktu lebih banyak. Hingga tulangnya benar-benar sehat dan pulih seperti sedia kala.
Di pagi yang hangat dan cerah. Kanao akan membawa Tanjirou untuk pengecekan rutin sekaligus terapi pada setiap jadwal kontrolnya. Terkadang mereka ikut menyertakan Sumihiko. Namun lebih sering, mereka pergi ke Rumah Sakit berdua saja agar lebih leluasa. Mengingat si kecil juga tetap mengikuti kelas setiap pagi di TK Bunga Fuji.
Diliriknya jam dinding yang tertempel. Masih menunjukkan pukul sembilan lewat sedikit. Sedangkan jadwal yang Tanjirou dapatkan, mengharuskan ia untuk datang ke Rumah Sakit sekitar pukul sebelas siang. Masih ada jeda waktu lumayan panjang sebelum berangkat guna pengecekan rutin.
"Mau dibuatkan sarapan apa?"
Pertanyaan lembut itu mengalun disela-sela kedua tangan Kanao yang mengeringkan rambut Tanjirou dengan handuk.Pagi ini memang jadwalnya untuk mencuci rambut. Kegiatan yang digemari Tanjirou semenjak ia terkena musibah.
Lengan kiri sang lelaki melingkari tubuh Kanao yang berdiri di hadapannya. Menelusupkan kepala demi mencari kehangatan yang ia inginkan. Bermanja-manja seperti ini merupakan bonus lain dari patah tulang yang mendera. Jika dalam kondisi normal, bisa jadi mereka tidak akan tinggal satu atap sebelum melakukan pernikahan yang direncanakan. Begitu pula kedekatan Sumihiko dan Tanjirou. Belum tentu bisa menjadi lebih intim dan akrab seperti saat ini.
Layaknya dersik angin sore yang menampar pipi secara lembut. Ingatan mengenai pernikahan sontak memaksa Tanjirou mendongakkan kepala. Mencari-cari atensi Kanao dengan memanggil nama sang gadis yang terlihat menikmati rutinitas barunya.
"Kanao, soal rencana pernikahan kita," kalimat itu belum sempurna terpental. Akan tetapi, pertanyaan Kanao kembali dilantunkan perihal menu sarapan yang diinginkan oleh si calon suami tersayang.
"Terserah. Asal kau yang buatkan, apapun akan kuhabiskan tak tersisa."Wajah ayunya merengut. Bukan ini jawaban yang ingin Kanao dengar.
"Tidak ada makanan yang bernama terserah. Setidaknya sebutkan satu menu harian yang ingin kau makan."
Berpikir sejenak demi memuaskan keinginan Kanao. Tanjirou kemudian mengungkap keinginannya untuk sarapan seperti biasa layaknya orang Jepang kebanyakan. Sarapan khas yang berupa nasi, ikan, sup miso, dan salad daikon campur wortel yang menyegarkan.
"Baiklah. Menu itu sudah biasa kusiapkan untuk orang rumah."
Tanjirou kembali berniat mengambil alih percakapan cukup serius yang sempat terputus barusan. Dengan hati-hati dan penuh binar kesungguhan ia berujar. Tak lupa membawa gadis itu untuk duduk tepat di sebelahnya. Menggenggam tangan kecilnya yang tak lebih besar dari miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Precious Butterfly ✔️ [ REVISI ✔️ ] || TanjiKana
Фанфик[ REVISI ✔️ ] Area 17+ Ketika sebentuk masa lalu datang lagi dalam kehidupanmu, bagaimana rasanya? Sementara luka lama masih membekas begitu dalam, Saat ia meminta maaf dan pengampunan atas yang telah lalu, bisakah kau membuka pintu maafmu? Bukank...