🌻 50. Hot Desire ( Staycation ) 🌻

313 16 76
                                    

Termenung cukup lama di balkon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Termenung cukup lama di balkon. Sampai-sampai derap langkah kaki suaminya yang menghampirinya tidak ada terdengar sama sekali di kedua gendang telinga.

Saat merasakan kehangatan di sekitar pinggangnya, barulah Kanao tersentak mendapati lengan besar sang suami yang sudah melingkar penuh. Seraya menolehkan sedikit kepalanya, wanita yang sedang banyak pikiran itu mencetak senyum bingung di wajahnya.

"Jam berapa ini? Apa sudah masuk makan malam?"
Kanao pikir, seharusnya ia sedang berada di meja makan sekarang bersama Aoi dan yang lainnya. Seharusnya, Sumihiko juga bakal mencarinya kalau dia tidak ditemukan di mana-mana di dalam rumah.

Bukan jawaban yang diterima melainkan tatapan dalam yang menyiratkan kekhawatiran kentara. Tahu betul bahwa ada sesuatu yang mengganjal di hati istrinya, yang sekiranya jadi menambah cabang pemikiran baru di kepala sang gadis.

"Sedang memikirkan sesuatu, hm?"

"Bukan hal penting," cepat-cepat Kanao menyingkirkan segumpal pikirannya. Enggan melibatkan kekhawatiran sang suami yang juga pasti sudah punya banyak beban tersendiri di dalam kepalanya.

"Biar kutebak. Ini soal pindah rumah, atau gambar yang diterima Sumihiko dari temannya?"

Tepat sasaran.

Mencoba menyangkal, namun Kanao lupa, Tanjirou tidak akan mudah terperdaya oleh lisannya yang tidak terbiasa berdusta.

"Aku nggak bisa menyembunyikannya ya? Apa sejelas itu?"

Tanjirou melerai diri hanya untuk membalik tubuh Kanao menghadapnya. Kemudian malah beralih mendekapnya erat-erat penuh kasih sayang. Mencoba menyalurkan ketenangan batin yang ia pikir sedang tidak dipunyai gadisnya saat ini.
Tanpa perlu banyak menebak, dia sudah hafal bagaimana isi dalam pikiran Kanao yang bergejolak. Yang pasti, pikiran gadis dalam dekapannya ini tengah riuh nan gaduh di dalam sana.

"Terpampang jelas di atas kepalamu. Sudah kubilang 'kan, kau tidak bisa menyembunyikan apa-apa dariku, Kanao. Kau bisa membagi sedikit hal rumit yang memenuhi benakmu. Setidaknya tuturkan sesuatu agar aku bisa memberi saran dan penghiburan."

Kian membenamkan diri pada tubuh hangat suaminya, Kanao sedikit mendongak demi bersirobok dengan lensa indah crimson milik Tanjirou.

"Kau benar. Aku agak kepikiran mengenai permintaan Sumihiko tempo hari. Haruskah kukabulkan?"

Agaknya, usapan lembut pada punggungnya agak sedikit bisa menenangkan kerisauan hati Kanao. Walau tidak benar-benar bisa menyingkirkan kabut kegelisahan yang sudah terlanjur menginvasi pikirannya.

"Bukan kita, tapi Kau. Kau tahu kalau aku akan dengan senang hati mengabulkan permintaan anak kita. Apalagi dengan adanya persetujuanmu. Lain hal denganmu. Kau pun punya hak untuk menolak atau mengiyakan. Bukankah pembicaraan mengenai anak pernah kita bahas di hotel, sehabis menggelar pernikahan? Kau tidak lupa kan?"
Kanao mengangguk kecil. Menarik napas sejenak hingga udara di sekitarnya tertarik memenuhi diafragma.

His Precious Butterfly ✔️ [ REVISI ✔️ ] || TanjiKanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang