🦋 5. The Headmaster of Bunga Fuji Playgroup

337 61 49
                                    

Napas Tanjirou memburu dengan buliran peluh menuruni lehernya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Napas Tanjirou memburu dengan buliran peluh menuruni lehernya.

Mimpi itu kembali menyapa setelah terlupakan sekian lama. Mimpi yang selalu sama beberapa tahun belakangan, tak pernah diprediksi singgahnya kapan.

Jam dinding yang tergantung seolah mengejek Tanjiro yang terbangun pukul tiga dini hari. Lelaki itu duduk termenung seraya mengatur ritme napasnya. Dia bangkit, mengayunkan langkah menuju lantai dasar guna mengambil air minum dari kulkas.
Tenggorokannya terasa kering dan parau khas orang baru bangun tidur.

Diputuskannya untuk duduk di meja bar kecil yang tersedia di dekat meja kasir. Kepalang basah sudah tidak bisa lagi melanjutkan aktivitas tidur malamnya. Jika ditelisik lebih dalam, mimpi itu ia dapatkan beberapa tahun silam. Sekitar empat atau lima tahun lalu. Tepatnya ketika ia pulang dari salah satu acara pernikahan sang sahabat sewaktu di Nagoya.

Bisa dibilang, mimpi singkat itu cukup erotis dan agak memalukan jika ia berniat mengingat. Samar dalam sepotong ingatannya; dia tengah melakukan hubungan badan dengan seorang gadis berhelaian hitam panjang, bergradasi warna ping neon yang indah. Wajah gadis itu tidak pernah terekam jelas ketika mimpi itu datang menyapa. Bagaimana warna matanya, bentuk bibirnya yang menggoda, hal semacam itu seakan enggan menampakkan diri.

Sampai terkadang Tanjirou tidak bisa berpikir jernih. Apakah mimpi itu hanya selintas bunga tidur, atau justru sekelebat peristiwa nyata yang entah kapan dia lakukan bersama seseorang. Kendati, dia bukanlah lelaki yang haus belaian seperti hidung belang di luar sana. Keinginan untuk One Night Stand pun tidak pernah terlintas dalam benak. Sementara, mimpi itu sejatinya sudah tidak layak disebut sebagai mimpi basah atau sejenisnya. Lantaran Tanjirou tidak lagi berada pada usia, maupun fase layaknya remaja yang memasuki masa pubertas dengan lonjakan hormon menggila.

Dia akui, masa remajanya berjalan normal dengan teman-teman sepermainannya dulu. Merokok dan gemar berkelahi dengan para berandalan bermasalah. Tak apa. Tanjirou justru menikmati kenakalan yang khas itu. Terpujilah, nasib baik selalu memihaknya. Semua kebiasaan jelek tersebut bisa tertutup sempurna oleh wajah polos dan julukan 'Anak Teladan' yang ia peroleh.

Akan tetapi, bermain wanita, tidak pernah menorehkan tinta merah dalam catatan hidupnya yang dinilai terlalu lurus. Mengingat ia punya adik perempuan dan ibu yang amat disayangi.

Tatap saja, selalu ada pengecualian bagi gadis berponi rata dengan ikat rambut kupu-kupu. Presensi yang pernah berhasil menjungkir balikan dunianya. Dunia seorang Tanjirou Kamado.

Lelaki itu memang sempat berhubungan dengan beberapa wanita sebelumnya. Hanya sebatas teman kuliah dan rekan kerja sewaktu di luar negeri. Mereka saling bercumbu, tapi tidak sampai pada tahap melakukan hubungan badan yang erotis. Terlepas dari semua itu, dia tidak pernah bisa menemukan wanita manapun yang mampu membuatnya tertarik sebesar ketertarikannya terhadap Kanao.

Benaknya tidak bisa memungkiri bahwa Kanao lah pemilik hati dan jiwanya. Tanjirou tidak pernah mengerti. Ini menyesakkan, tapi untuk suatu alasan, hatinya merasa baik-baik saja menjalani semua itu.

His Precious Butterfly ✔️ [ REVISI ✔️ ] || TanjiKanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang