Seni dalam mencintai memiliki definisi yang beragam bagi setiap insan di dunia. Begitu pula dengan Kanao Tsuyuri. Baginya, Seni dalam mencintai tidaklah muluk-muluk dan rumit. Cukup membuatkan hidangan enak dan bergizi. Serta mengurus penuh kasih sayang buah hatinya dan pria yang ia cintai, sudah cukup mendefinisikan semua hal yang berkaitan dengan cinta.
Wajahnya senantiasa berseri-seri dalam balutan kebahagiaan. Mendapati keberadaan Sumihiko dan Tanjirou berada dalam satu meja makan yang dipenuhi hidangan rumahan penuh cinta.
Tidak melupakan penghuni yang lain. Aoi dan ketiga gadis cilik lainnya pun menerima kedatangan Tanjirou dengan tangan terbuka. Menganggapnya sebagai anggota keluarga baru walau belum secara resmi mengikat janji suci dengan Kanao.
Tidak berbeda jauh dengan Tanjirou. Dia sendiri merasakan euforia asing menggairahkan di setiap aliran darahnya yang mengalir pesat.
Untuk kali pertama dia merasakan pengalaman sarapan pagi bersama yang namanya anggota keluarga. Menikmati hidangan rumahan yang dibuatkan oleh belahan jiwanya. Duduk bersebelahan dengan buah hatinya tercinta. Nikmat duniawi manalagi yang luput untuk ia syukuri?Tidak hanya sekadar menyarap. Namun keriuhan pagi hari di meja makan, sungguh menghiburnya dan memberikan percikan kehangatan yang langsung memenuhi sudut hati kecil Tanjirou. Ia menangkap semua interaksi yang terjadi di meja makan. Mengenai perdebatan kecil Aoi dan Kanao soal menu makan siang mereka nanti, tersenyum akibat celotehan random tiga gadis kecil yang duduk tidak jauh di sebelahnya, dan nyaris tidak mengalihkan pandangan sedetik pun dari Sumihiko yang begitu pandai makan sendiri. Menggunakan sendok dan sumpit yang sudah disediakan oleh Kanao.
Tanjirou tidak pernah berada dalam situasi seperti ini sebelumnya. Bahkan sejak ia mampu mengingat masa kecilnya yang dipenuhi oleh kesibukan orang tua mereka.
Saat tinggal di Chicago dulu. Hanya ada suara berita pagi yang berasal dari Tv menyala yang menemani ia menyarap. Lalu di restoran sekaligus tempat tinggal miliknya. Ada kalanya Zenitsu atau Inosuke menyempatkan diri untuk menginap sesekali. Mereka akan sarapan enak yang dibuatkan oleh Tanjirou.Hal ini lagi-lagi menyulut rasa syukur disenandungkan dari bibirnya. Tanjirou jadi berpikir. Barangkali inilah gambaran menyenangkan bagi orang-orang yang memiliki keluarga utuh dan harmonis.
"Papa! Sumihiko mau belangkat sekolah!" seruan anaknya membuyarkan apapun yang singgah di benak Tanjirou saat ini.
Sepasang lengan kecil milik Sumihiko memeluknya erat. Seraya berjinjit demi mendaratkan kecupan sayang di kedua belah pipi Tanjirou sebagai salam perpisahan.
Lensa kemerahan pria dewasa itu sempat berkaca-kaca dalam beberapa detik. Merasakan ledakan bahagia sekaligus haru yang melingkupinya.
Selepas acara menyarap usai. Suasana kembali hening seperti yang seharusnya.
Ketiga gadis cilik bersiap untuk menunggu bus sekolah di seberang jalan. Begitu pula Kanao yang menemani Sumihiko untuk menunggu kedatangan bus TK. Hanya Aoi yang memiliki tujuan berbeda menuju klinik tempat ia membuka praktek. Tidak jauh dari kediaman mereka beberapa meter sebelum rumah-rumah penduduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Precious Butterfly ✔️ [ REVISI ✔️ ] || TanjiKana
Fanfic[ REVISI ✔️ ] Area 17+ Ketika sebentuk masa lalu datang lagi dalam kehidupanmu, bagaimana rasanya? Sementara luka lama masih membekas begitu dalam, Saat ia meminta maaf dan pengampunan atas yang telah lalu, bisakah kau membuka pintu maafmu? Bukank...