Chapter 2: This is My Life

52 3 0
                                    

Chan memasuki halaman rumahnya yang begitu mewah. Saat ia memasuki rumahnya, pelayan langsung menyambutnya dan menundukkan kepala mereka. Chan tersenyum tipis kepada pelayannya dan menuju kamarnya yang berada dilantai paling atas, lantai 3.

Saat sampai dikamar ia langsung menutup dan mengunci pintunya. Chan tidak memperbolehkan siapapun memasuki kamarnya, sekalipun pelayan. Ia lebih memilih membersihkan kamarnya sendiri ketimbang menyuruh pelayannya. Bagi Chan, kamarnya adalah tempat yang sangat privasi.

Chan membaringkan tubuh lelahnya diatas kasur king size nya. Matanya menerawang kelangit-langit kamar. Ia lalu mengalihkan pandangannya kemeja nakas disamping tempat tidurnya. Diambilnya figura foto yang ada diatasnya.

"Mom..dad..miss you..." lirihnya pelan sambil memandangi foto yang menampilkan sepasang suami istri dan seorang anak laki-laki kecil.

Foto itu adalah foto dirinya dan kedua orang tuanya dulu. Dibalik sifat dinginnya, Chan begitu rapuh didalam. Ditinggal kedua orang tuanya ketika ia menginjak usia 8 tahun membuatnya menjadi sosok pribadi yang seperti sekarang. Tanpa sadar cairan bening mengalir di pipi mulusnya. Dinding benteng yang selama ini ia pertahankan runtuh seketika. Ia rindu.. Sangaatt rindu dengan kehangatan keluarga yang selama ini tidak ia dapatkan.

Chan tertidur masih dengan sisa-sisa air matanya sembari memeluk figura tersebut.

🐺🐺🐺

"Han! Tungguin gue!!"

"Apasih? Makanya kalo jalan jangan lelet, dasar pendek"

"Lo bilang apa barusan?! Gue gak pendek ya, tupai!"

"Heh lo!! Berani banget lo ngatain gue!!" Han menatap Felix sengit.

"Kan lo yang mulai duluan!" balas Felix tak kalah sengit.

Sudahh.. Tinggalkan saja upin ipin itu. Kita beralih ke Changbin.

"Ckckck.. Mereka masih aja kaya bocah" ujar seseorang menggelengkan kepalanya melihat Han dan Felix berlarian sambil mengejar satu sama lain.

"Biarin ajalah mereka, bang"

"Min, kita harus balik cepet, kalo nggak ntar kita telat berangkat kerja. Heh kalian!! Jangan bercanda mulu!! Ayo cepetan, kalian mau bikin kita telat?!"

Mereka segera melanjutkan langkah mereka ke rumah hanya untuk ganti baju lalu melakukan kerja part time. Hidup sendirian membuat mereka harus bekerja part time untuk membiayai hidup mereka sendiri.

🐰🐰🐰

Di sisi lain, Chan terbangun dari tidurnya, kepalanya terasa pusing karena efek dari menangis. Dilihatnya jam weker diatas nakasnya yang menunjukkan pukul 18.25. Segera ia bangun dan bergegas mandi.

Setelah mandi Chan keluar dari kamarnya. Dibawah sudah ada pelayan yang menunggunya.

"Tuan muda, anda belum makan malam. Bibi sudah menyiapkan makan malam untuk anda"

"Bi, Chan mau makan malem diluar aja. Makanannya buat kalian aja"

"Baiklah tuan muda. Terima kasih"

"Hm, oh iya, Dori udah di kasih makan belom?"

"Sudah tuan. Ia sedang makan sekarang" jawab bibi Min.

"Bagus, kalo gitu tolong siapin mobil. Suruh Pak Kim panasin mobilnya. 10 menit lagi Chan mau pergi" ucap Chan dan kembali keatas untuk bersiap-siap.

Setelah itu Chan turun kebawah dan keluar dari rumahnya. Pelayan pun tidak luput menundukkan kepala dan berpesan agar Chan berhati-hati. Setelah menerima kunci, Chan langsung masuk kemobil dan mengendarai mobilnya melesat kejalanan kota Seoul yang ramai.

Chan tiba dicafe yang letaknya tidak terlalu jauh dari sekolahnya. Ia kesini karena ia sangat menyukai bubble tea yang ada disini.

Chan duduk di kursi paling pojok cafe tersebut. Seorang pelayan cafe menghampiri mejanya. Saat pelayan tersebut akan menanyakan apa yang akan dipesannya, pelayan itu terkejut melihat Chan.

"LOOO?!" teriak pelayan itu.

Chan mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang berteriak di depannya. Ia mengeryitkan alisnya karena tidak mengenali pria yang berdiri didepannya. Lagipula Chan tidak tahu kenapa pelayan itu meneriakinya. Apakah Chan melakukan sesuatu yang salah?

"Lo... lo Bangchan kan? Ngapain lo disini, hah?" pelayan tersebut menatap tajam Chan.

"Hah?? You know me?? Lo siapa sih?"

"Ckk.. Katanya pinter. Pinter apanya? Masa dia gak kenal gue, gue ini adek kelas lo. Gue tanya sekali lagi mau ngapain lo disini?" tanya pelayan tersebut dengan ketus.

"Hah?? Of course, for eat. Lagipula ini tempat umum kan? Emangnya gue gak boleh kesini?" jawab Chan datar.

"Ya... Emang iya tempat umum. Tapi ngapain anak orang kaya macem lo makan di tempat ginian? Sana pergi ke restoran mewah lo!! Lo itu gak cocok disini!"

"Jin, kenapa sih ribut-ribut sama pelanggan? Lo mau di marahin manajer?-
Eoh, Chan?" seorang pelayan lain menghampiri mereka. Ia juga sama terkejutnya. Tapi sikapnya lebih ramah dari pelayan yang dipanggil Hyunjin tadi.

Chan mengeryitkan alisnya untuk yang kedua kalinya karena pelayan ini mengenalnya. Apakah dia sangat terkenal sampai-sampai pelayan pun juga mengenalnya?

"Gue mau mesen makanan. Tapi dia malah ngusir gue. Seburuk itukah pelayanan disini?" kata Chan sarkastis.

"Ahh.. Maafkan teman saya tuan. Anda ingin memesan apa?-
Hyunjin, cepet minta maaf!"

"Nggak, bang Lino, gak sudi gue"

"Hyunjin!! Dia itu kakak kelas lo!" Lino menjitak pelan kepala Hyunjin.

Chan hanya menatap datar orang didepannya. Lalu mengalihkan perhatiannya ke buku menu.

"Can I order bulgogi n chocolate bubble tea?" Pelayan tersebut langsung mengalihkan pandangannya ke Chan.

"Aahh baiklah. Mohon ditunggu. Maafkan kami atas ketidak nyamanannya-
Ayo Jin, kerjaan kita masih banyak"

Setelah kedua pelayan itu pergi, Chan mengalihkan pandangannya keluar jendela disampingnya. 'Aneh banget. Emangnya salah ya gue dateng ke tempat ini? Kenapa perasaan gue jadi aneh gini?'
~
~
~
TBC...
Komen + pencet bintang Sabi kaliii, luv luvv🤍🤍

The Power of Eight BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang