Chapter 4: New Life

37 3 0
                                    

"H-hah?! Tinggal dirumah lo? Nggak, gausah. Gue gak mau ngerepotin senior" ucap Jeongin pelan.

"Trus lo mau tidur dimana? Emangnya lo punya uang? Luka-luka lo aja belom diobatin. Gimana kalo nanti infeksi?"

Jeongin hanya diam mematung. Dia tidak percaya dengan apa yang Chan lakukan. Kenapa Chan begitu baik dengan membiarkannya tinggal dirumahnya? Chan memperdulikan orang sepertinya, orang yang sering dianggap sampah di sekolah. Rasanya sangat mustahil.

"G-gue bisa nginep di rumah temen kok. Gue juga bakal nyari kerja part time dan nyewa rumah baru" jawab Jeongin setelah lamanya diam mematung. Sebenarnya ia juga merasa tidak enak dengan kebaikan Chan. Ia juga salah persepsi tentang Chan.

"Emangnya lo punya temen? Temen lo yang tadi mukulin lo itu? Lagipula sekarang udah jam 11 malem. Gak akan ada yang mau nerima lo di jam segini"

Jeongin hanya diam. Dia bingung harus menjawab apa. Nyatanya dia memang tidak punya teman, semua orang menjauhinya dan menganggapnya sampah.

Tapi bukan Chan namanya jika keinginannya tidak terpenuhi. Chan melajukan mobilnya tanpa sepengetahuan Jeongin. Jeongin tidak menyadari itu karena hanya diam termenung.

🐷🐷🐷

SKZ Galaxy Kingdom

Disuatu galaxy yang jauh dari bumi, terdapat istana yang sangat besar. Seorang pria dengan gagahnya menghampiri seorang pemuda lain yang juga tampak gagah.

"Jenderal Park, bukannya sudah waktunya kita membawa pangeran dan ksatria lainnya kesini?"

"Iya, tapi mereka semua terpisah major Jang. Lagipula mereka belum mengetahui ini semua dan kekuatan mereka pun belum muncul dikarenakan Yellow Wood masih belum ditemukan"

"Tapi bukankah kalau begitu kita harus segera menyatukan mereka supaya mereka tahu rahasia ini dan dapat segera mencari Yellow Wood yang hilang agar kekuatan mereka muncul?"

"Oh ya, kamu benar Jang. Kalau gitu aku perintahkan kamu untuk menemukan mereka dan mempersatukan mereka. Kita harus bergerak cepat sebelum darkness muncul"

"Baiklah Jenderal. Saya akan segera bersiap dan menuju bumi"

🦙🦙🦙

Chan dan Jeongin telah tiba didepan rumah Chan. Jeongin masih saja termenung sehingga membuat Chan geram. Dia menyenggol bahu Jeongin dengan keras sampai membuat Jeongin mengaduh kesakitan.

"Akkhh... Sakit!! Kenapa senior nyenggol gue? Udah nyenggolnya kenceng banget lagi. Luka gue kan masih sakit"

"Salah siapa ngelamun terus? Gue udah manggil-manggil ya dari tadi, tapi lo gak nyadar-nyadar. Jadi kan gak salah kalo gue ngelakuin itu. Kita udah sampe, ayo keluar, jangan lupa bawa barang bawaan lo"

Jeongin segera keluar dari mobil Chan dan terperangah kagum melihat rumah mewah Chan. Mata rubahnya membulat ketika melihat rumah yang tampak seperti istana. 'Ini beneran rumah senior? Sekaya itukah dia?' batinnya. Ia mengikuti langkah Chan memasuki rumah mewah Chan. Ia dibuat terperangah lagi karena melihat banyaknya pelayan yang menyambut kedatangan mereka. Bahkan Jeongin terkejut melihat para pelayan yang menundukkan kepalanya saat Chan selaku majikan lewat.

"Tuan muda pulang larut malam sekali, saya benar-benar khawatir. Tapi untungnya tuan muda baik-baik saja. Oh ya, apakah ini teman tuan muda?" tanya bibi Min ketika melihat Jeongin.

"Iya, mulai hari ini dia bakalan tinggal disini"

"Na-nama saya Yang Jeongin. Maaf merepotkan" ucap Jeongin gugup.

"Iya, tuan muda Jeongin. Saya bibi Min, kepala pelayan disini. Kalau anda perlu bantuan, anda bisa panggil saya" ujarnya sambil tersenyum ramah.

"Jangan panggil tuan muda. Aku gak pantes dapet panggilan itu. Cukup panggil namaku aja"

"Tidak bisa tuan muda. Anda adalah teman tuan muda kami, jadi anda adalah tuan muda kami juga. Apalagi ini pertama kalinya tuan muda Chan membawa temannya, jadi pasti kami akan melayani anda dengan baik"

Jeongin tertegun. Jadi ia adalah teman pertama Chan? Ia melirik Chan sekilas, tapi yang dilihatnya hanyalah wajah Chan yang datar.

"Udah bi, cukup perkenalannya. Sekarang lo ikut gue ke atas. Bi, tolong siapin makan malem buat Jeongin, pasti dia belum makan. Chan mau ke kamar. Oh iya, Dori mana?" tanya Chan berbalik.

"Sekarang dia sudah tidur tuan"

"Ouh, okedeh" Chan segera menarik Jeongin ke lantai atas.

"Tapi senior, barang-barang gue masih di bawah" Jeongin menghentikan pergerakan Chan.

"Oh iya, hampir lupa. Bi, tolong suruh yang lain bawa barang-barang Jeongin ya, trus taruh dikamarnya. Jangan lupa rapihin juga ya bi" ucap Chan berbalik dan berteriak, dikarenakan Chan sudah berada dilantai 3.

"Gausah senior, biar gue aja yang bawa. Gue gamau ngerepotin orang lain lagi" ucap Jeongin yang akan berbalik tetapi langsung ditahan oleh Chan.

"Ck.. Jangan keras kepala bisa nggak sih? Udahlah, ayo. Biarin mereka aja yang rapihin" Chan kembali menarik paksa Jeongin.

Chan pov.

Pas udah di dalem kamar, gue ngeliat Jeongin yang kagum sama suasana kamar gue.

Gue bingung banget sama diri gue sendiri. Kenapa gue baik banget sih sama dia? Padahal gue kenal aja nggak sama dia. Gue bahkan ngebolehin dia masuk kamar gue yang notebanenya adalah privasi.

Otak sama hati gue gak sinkron. Otak gue merintahin buat gak perduli sama nih orang, tapi hati gue bilang yang sebaliknya. Buat sekarang gue ikutin kata hati gue ajalah.

Chan pov end.

"Hei, daripada lo cuman diem-diem doang kayak gitu mendingan lo bersih-bersih, mandi sana. Soal baju, pake baju gue aja dulu. Itu lebih baik dari pada pake seragam yang udah sobek" Chan melemparkan pakaian santai ke arah Jeongin.

Jeongin dengan sigap menangkap pakaian tersebut, lalu segera pergi kekamar mandi. Sedangkan Chan memainkan ponselnya seraya menunggu Jeongin mandi.

Setelah Jeongin selesai mandi, Chan mengambil kotak p3k dan mengobati luka Jeongin.

"Cepetan, habis ini kita turun buat makan. Lo pasti belom makan kan?"

"Nggak, gausah senior. Gue gak laper kok" tolak Jeongin

"Lo gak boleh nolak. Hargain kek bibi yang udah nyiapin makanan. Sekarang ayo" tarik Chan.

"Iya, senior"

Setelah sampai diruang makan, Jeongin dibuat terkagum lagi dengan gaya arsitektur ruang makan Chan, dan banyaknya makanan yang tersedia diatas meja.

"Lo boleh makan apa aja, banyak-banyak juga boleh. Lo harus banyak makan"

"Senior gak makan?"

"Nggak, sebelum ketemu sama lo tadi gue udah makan kok"

"Tapi gue gak enak kalo cuma makan sendirian"

"Kenapa ngerasa gak enak? Santai aja kali. Anggep aja rumah lo sendiri" ucap Chan santai.

"Iya, senior"

"Oh iya, jangan panggil gue senior. Panggil abang aja. Biar gak terlalu kaku. Dan gue bakal manggil lo dengan sebutan, mmm... Ayen? Iya, Ayen. Kalo Jeongin terlalu panjang. Anggep aja itu panggilan sayang gue buat lo"

"Iya, b-bang" ucap Aiyen gugup.

Ayen akui bahwa ia memang sangat lapar. Apalagi makanan didepannya terlihat sangat lezat.

Melihat cara makan Ayen yang lahap, membuat Chan tersenyum geli. 'Kapan terakhir kali gue senyum? Kapan terakhir kali gue ngerasa hangat dan seneng kaya gini? Mom... Dad, apa ini yang terbaik buat Chan? Apa perbedaan ini bakal buat Chan bahagia?'
~
~
~
TBC...

The Power of Eight BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang