Chapter 1: School

89 3 0
                                    

Chan memasuki sekolah elite yang merupakan tempat ia menimba ilmu dengan mobil mewahnya. Hari ini adalah hari pertamanya sekolah setelah menikmati libur panjang kenaikan kelas.

Sejak dari awal ia memasuki gerbang sekolah sudah banyak pasang mata yang memperhatikannya sampai ia keluar dari mobilnya. Tidak sedikit murid perempuan yang mengaguminya, dan tidak jarang pula murid laki-laki yang melihatnya dengan sinis dan membicarakannya. Tapi Chan tidak peduli, asal mereka tidak mencari masalah duluan padanya.

Ia terus melangkah dikoridor sekolah dengan wajah datarnya hingga tiba dikelasnya, kelas 3-1. Dimana kelas paling favorit berada. Tidak mudah untuk masuk kekelas favorit tersebut. Terpilih menjadi salah satu murid kelas favorit merupakan suatu kebanggaan. Banyak yang mengatakan Chan terpilih menjadi murid kelas itu karena kekayaannya. Padahal itu hanyalah rumor belaka. Ia masuk ke kelas itu karena kepintarannya. Walaupun begitu ia tak ambil pusing. Baginya itu tidak menguntungkan ataupun merugikannya sama sekali.

Saat sampai dikelas Chan langsung mengambil kursi pojok paling belakang dekat jendela dan mengenakan earphone sembari menunggu bel masuk berbunyi. Ia malas untuk bergabung dengan teman sekelasnya dan mengobrol, menurutnya itu membuang-buang waktu dan tidak penting.

SKIP...

Bel istirahat berbunyi, semua murid langsung berhamburan keluar kelas. Sebagian besar dari mereka pergi kekantin untuk mengisi perut mereka. Tidak terkecuali Chan, ia melangkahkan kakinya menuju kantin sekedar untuk mengisi perutnya yang lapar.

Saat sampai dikantin, suasana kantin yang awalnya ramai menjadi sunyi karena kedatangan Chan. Melihat perubahan kantin yang sunyi, Chan tidak perduli dan tetap melanjutkan langkahnya mengambil makanan dan memilih duduk dimeja pojok kantin. Diam-diam ada seorang siswa yang mengumpat sambil memperhatikan Chan dari jauh.

"Cihh.. Liat aja tuh. Apa bagusnya sih dia? Cuma karna dia kaya jadi semua orang takut sama dia? Pengecut banget!"

"Hyunjin! Pelanin dikit suara lo bisa ga sih? Kalo ketahuan gimana?"

"Ckk.. Bang lino, lo juga takut sama dia?"

"Heii.. Bukannya gitu. Gue cuman gak mau cari masalah aja. Lo pikir kita masuk sekolah ini gampang hah? Jadi lo jangan coba-coba bikin masalah apapun, terutama sama Chan. Lo tau kan apa akibatnya nanti?"

"Ck.. Gue tau kita ini miskin dan gak gampang buat masuk kesini. Gak kaya si albino itu yang gampang masuk kesini pake uang dia"

"Nggak, Dia masuk ke sekolah ini apalagi kelas favorit itu gak pake uangnya, Hyunjin. Dia itu pinter, jadi jangan ngeremehin dia" seseorang yang datang dan menginterupsi obrolan mereka.

"Min, kok lo belain dia sih?" dengus Hyunjin sebal.

"Gue gak belain kok, itu kenyataannya. Cuman orang yang gak suka sama dia yang buat rumor kaya gitu. Lagipun selama ini dia gak gangguin kita kan? Jadi yang benci sama dia pasti cuman iri sama apa yang dia punya" sanggah Seungmin.

"Ckk.. Nyindir gue ya lo. Maksud gue bukan gitu, gue cuman gak suka aja sama dia. Udahlah, mau makan atau mau ribut? Bentar lagi bel masuk bunyi" kata Hyunjin sebal.

"Yee orang lo yang mulai kok" kata Seungmin. Hyunjin hanya menatap tajam kearahnya.

"Min, mana yang lain? Mereka gak ke
kantin?" tanya Lino

"Oh iya.. Mereka sibuk, jadi gak bisa kesini. Tapi nanti kita tetep pulang bareng kok"

Lino dan Hyunjin hanya mengangguk dan melanjutkan makannya. Dan tidak lama setelah itu, bel masuk berbunyi.
~
~
~
TBC...
Yuk dipencet pencet bintangnyaa~

The Power of Eight BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang