Chapter 13: Yellow Wood

23 2 0
                                    

"Apa lo yakin kalau Yellow Wood itu ada di peti yang punya lambang naga ngeluarin api?" tanya Chan.

"Tentu saja, aku sangat yakin. Kamu gak perlu meragukan Jenderal Park, dia gak pernah salah"

Chan terdiam, ia seperti memikirkan sesuatu.

"Kayaknya gue pernah ngeliat peti itu. Rasanya kaya gak asing, tapi gue lupa dimana pernah ngeliatnya"

Ucapan Chan membuat atensi mereka teralih menatapnya.

"Kamu yakin pangeran? Dimana letaknya?" tanya Dok Hwa.

"G-gue gak inget. Gue rasa itu udah lama banget, dan gue lupa dimana"

Mereka mendesah kecewa mendengar penuturan Chan.

"Aishh.. Bisa gila gue kalau lama-lama kaya gini" ucap Hyunjin frustasi.

"Nggak bisakah kamu mengingatnya lagi?" tanya Dok Hwa penuh harap yang di balas Chan dengan gelengan

"Udahlah, jangan terlalu maksain dia. Biarin aja dia pelan-pelan buat nginget" ucap Lino.

"Tapi gak ada waktu lagi. Kegelapan juga sudah mulai bergerak. Nggak ada waktu untuk bersantai" ucap Dok Hwa kesal

"Kenapa gak lo aja yang nyari sendiri?! Bukannya lo lebih percaya Jenderal lo itu?!" ucap Felix lebih kesal.

"Kamu-"

"Udah, gak usah pada berantem, gak ada gunanya. Lebih baik kita pikirin gimana cara nemuin petinya" Seungmin menenangkan.

"Dan sekarang udah waktunya makan malem. Kita gak ke bawah aja?" usul Seungmin.

Serentak mereka menoleh ke arah jam dinding yang ada di ruangan itu. Jarum jam menunjukkan pukul 18.36.

"Wahh.. Gue gak nyangka udah jam segini. Pantes aja perut gue bunyi-bunyi" ucap Felix.

"Nggak heran sih. Lo kan emang selalu kelaperan" ledek Han.

"Diem! Kayak lo gak aja"

"Udah kenapa, kalian ini berantem mulu sih. Ayo kita turun ke bawah. Dan Dok Hwa-ssi, jangan terlalu khawatirin planet lo. Kita bakal berusaha nyari petinya" ucap Changbin sembari tersenyum seraya menepuk bahu Dok Hwa dan beranjak keluar dari ruangan itu di ikuti yang lain.

🐷🐷🐷

Setelah makan malam mereka kembali berkumpul di ruang tengah. Kali ini mereka hanya bersantai dan tidak memikirkan masalah peti itu.

"My son, I wanna show you something" ucap seorang pria paruh baya kepada anaknya.

"What is that, dad?"

"Follow me" pria itu memegang tangan anaknya dan berjalan ke suatu tempat.

"Nah, kita udah sampai"

Sang anak mulai memperhatikan sekitarnya, ia merasa asing berada disini. Sebenarnya kemana ayahnya membawanya? Matanya menangkap sebuah bangunan yang tidak jauh dari depannya.

"What is that, dad?" tanya sang menunjuk bangunan tersebut. anak seraya

"That's pavillion, dear. Ayo kita kesana, daddy mau nunjukin sesuatu ke kamu" sang anak mengangguk dan kembali memegang tangan ayahnya lalu berjalan menuju pavillion itu.

Setelah sampai sang ayah membuka pintu pavillion menggunakan sidik jari tangan dan iris matanya.

"Ayo masuk, dear"

"You know? Pintu ini cuma bisa di buka pake sidik jari serta iris mata daddy dan kamu" ucap sang ayah seraya menuntun sang anak masuk ke dalam.

"Really, daddy? Itu kaya di film-film. So cool!" sang anak berdecak kagum.

"Yeah. But, ada yang lebih keren lagi yang mau daddy tunjukin ke kamu" sang ayah berjalan menuju suatu ruangan dan di ikuti oleh sang anak.

Sang anak menatap ayahnya yang mengangkat sebuah peti kemudian diletakkan di hadapannya. Ia dapat melihat jika di tutup peti tersebut terdapat lambang naga mengeluarkan api.

"Apa ini, dad?" tanyanya bingung.

"Ini yang mau daddy tunjukin. Coba kamu sentuh lambang naga itu. Cuma kamu yang bisa membukanya, dear"

"Really? Cuman aku yang bisa membukanya?" sang ayah mengangguk. Kemudian sang anak mulai menyentuh lambang tersebut.

Peti itu terbuka dan mengeluarkan cahaya kuning dari dalamnya. Cahayanya sangat terang sehingga membuat mereka harus menyipitkan kedua mata, sampai sinar tersebut memudar.

"Ini apa? Kayu emas?" tanya sang anak.

"This is Yellow Wood. Saat kamu udah besar nanti dan udah berkumpul sama yang lain, datanglah kemari dan buka peti ini. Kamu akan tahu maksud dari daddy yang bawa kamu kesini" jelas sang ayah.

Sang anak mengeryit "Udah besar? Bukannya itu masih lama? Kenapa gak sekarang aja?"

"It's not time yet, dear. Kalau emang udah waktunya, kamu akan tahu nanti" sang ayah mengelus kepala anaknya.

"Lebih baik sekarang kita pulang, mommy mu pasti khawatirin kita" sang ayah meletakkan peti itu ke tempat semula.

"Ayo, daddy"

🦙🦙🦙

"Hahh.. Hossh hosshh.." Chan tersentak dan terbangun dari tidurnya yang membuat mereka yang sedang menyaksikan televisi beralih menatapnya.

"Kenapa, bang?" tanya Jeongin yang duduk di samping kanan Chan.

"Lo mimpi?" tanya Lino.

'Mimpi itu.. Gue inget sekarang. Daddy, apa maksud daddy waktu itu adalah ini? Kenapa gue bisa sampe kelupaan sih?' batin Chan.

"Chan, lo kenapa sih?" kali ini Lino yang bertanya.

"Gue... Gue udah tau dimana letak peti itu. Gue udah inget semuanya. Kita bakalan segera dapetin kekuatan kita" jawab Chan yang masih mengatur nafasnya.
~
~
~
TBC...
Maaf gantung guys xixi, pencet bintangnya yok👇👇

The Power of Eight BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang