"kesel banget siiii, kenapa hari ini bisa se sial iniii, emang boleh se sial inii??" ~hange
"Sutt ah, di bawa santai aja, gausah di bawa pusing nanti setres bisa gila tau"~ilse sambil membawa koper kecil berisikan baju untuk fansigh nanti malam.
"Pokonya ya amit amit banget sampe harus pura pura punya hubungan yang serius sama si, siapa tadi namanya? Ya si itu deh pokonya"~hange
"Tuan Ackerman, atau tuan levi"~ilse
"Iya itu deh pokonya"~hange sambil berdecih kesal
"Kalo gamau pura pura punya hubungan spesial berarti mau kalo beneran punya hubungan spesial, maksdunya ga pura pura gitu"~ilse
Hange menatap shock dan kemudian mengalihkan pandangannya ke ponsel kesayangannya itu.
"Apasi, ga akan"~hange
"Benci sama cinta itu beda tipis lo nonaa"~ilse
"Diem deh"~hange
Hange menatap malas juga karna banyak chat masuk dari teman temannya menanyakan rumor tersebut dan banyak notifikasi notifikasi yang menurutnya membosankan itu.
Hange membanting ponselnya ke atas meja dan bergantian menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya dan posisi duduknya yang melorot ke bawah sampai dia terduduk di lantai.
"Haaaaa"~ucapnya yang terlihat lelah
"Masih tentang rumor?"~ilse
"Gitu deh"~hange
"Udah udah gausah di pikirin mending cepet ganti baju, habis itu baru aku make up in, atau mau make up sendiri, biasanya nona gamau di make up in orang"~ilse
"Sendiri aja"~hange
Walaupun dia cuek dengan gaya hidupnya di belakang dunia maya, dia sempat belajar make up dan lain lain, sebelum meminta bantuan erwin agar ia minta di jadikan model, ia terlebih dahulu menyiapkan dirinya matang matang agar saat memasuki dunia maya, dan anggunnya model ia sudah terbiasa.
Pada awalnya erwin ragu akan hange yang ingin menjadi model, bagaimana tidak? Saat di sma hange sudah seperti ketua geng yang sering malak orang karna penampilannya yang berantakan.
Yaa, namanya juga orang, bisa berubah ubah, bisa jadi lebih baik dan bisa menjadi buruk.
Levi pov
"Sialan kenapa cuma sedetik? Kan bisa sejam"~celutuk levi sambil memberhentikan mobilnya di depan rumah megah yang dimana itu adalah rumahnya.
Levi lebih memilih memiliki rumah sendiri, ia juga tinggal sendiri tanpa ada asisten rumah tangga, hanya ada beberapa satpam, sekedar untuk menjaga rumahnya saat ia tak ada.
Lain halnya dengan hange, ia memilih tinggal di apartemen karna tak mau ribet, bersih bersih di apartemen saja sudah malas apalagi punya rumah sendiri.
Levi berjalan untuk memasuki rumahnya di sambut dengan sapaan sapaan dari satpamnya, responnya hanya mengangguk saja, tapi tak apa, semua satpamnya juga sudah terbiasa dengan sikap levi yang datar.
Levi memasuki rumahnya dan langsung menuju kamarnya yang besar. Ia langsung membersihkan diri lalu duduk di pinggir tempat tidurnya.
Memikirkan bagaimana cara ia mengekspresikan cintanya kepada sang pujaan hati, levi sama sekali tak pandai menunjukan bahwa ia sedang jatuh cinta atau hanya sekedar mengagumi, malah kesannya terlihat memaksa.
"Harus ngapain? Baru kali ini gw suka orang sampe pusing harus kaya gimana lagi"~levi
"Bentar, ini bukan cinta"~ucapnya baru tersadar
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect
Fanfictioncinta itu tidak harus memiliki, tapi apa salahnya untuk berjuang? kisah cinta tanpa adanya orang ke-3 itu bagai pemandangan alam ciptaan tuhan (sempurna). kadang, kesalah pahaman akan membuat kita hancur, tapi saling percaya pada sikap masing masin...