9. Aneesha Di Tembak

1.5K 126 144
                                    

Aku akan menunggu meski harus menunggu beberapa tahun lagi di bandingkan harus menerima laki-laki lain namun hatiku hanya untukmu
—Aneesha Ayu Dira
-

---

Di pagi hari ini suasana mulai berbeda. Aneesha yang biasanya masih tertidur, kini Aneesha telah berhasil bangun pagi sebelum waktu subuh terlewatkan.

"Tumben." sindir Kahfi ketika melihat putrinya yang telah keluar kamarnya sebelum pukul 6 pagi.

"Hehe, memangnya tidak boleh?" balas Aneesha bertanya sembari duduk di samping Kahf.

"Ya biasanya kamu bangun jam setengah sepuluh pagi," Kahfi melirik sinis ke arah Aneesha, sedangkan yang di liriknya hanya menyengir lebar sembari mengambil piring yang telah di siapkan oleh Halwa.

Aneesha tak menghiraukannya, dia terus mengambil ayam goreng kesukaannya yang berada di piring.

"Paha atas buat Anes ya abi?" tanya Aneesha kepada Kahfi.

"Tumben ngga sayap?" tanya Kahfi heran, biasanya Aneesha lebih menyukai sayap ketimbang bagian ayam yang lain.

"Nanti terbang, cukup lihat mukanya aja hati Anes bertebangan," balas Aneesha asal, dia terus memakan nasinya meski Kahfi sudah menatap tajam dirinya.

Belum sempat Kahfi mengeluarkan suaranya, Halwa sudah menghampiri mereka—membawa teh hangat untuk keduanya.

"Ribut terus Ummah siram ini teh ke kalian," Membuat keduanya langsung menutup mulutnya rapat.

Halwa mengambil piring untuk Kahfi dan dirinya, setelah mengisinya Halwa pun memberikannya piring itu ke Kahfi.

"Anes punya pacar," celetuk Aneesha tiba-tiba membuat kedua orang tuanya pun tersedak.

"Apaa? Coba ulangi?" tanya Kahfi setelah menelan kasar makanan yang ada di mulutnya.

"Anes punya pacar." balas Aneesha tegas, dia membalas tatapan tajam Kahfi.

"Siapa?" tanya Kahfi dingin, dia kembali meletakkan sendoknya di atas piring. Dia sudah tak berselera lagi dengan makanan yang sudah di siapkan oleh istri tercintanya—Halwa. Sedangkan Halwa, hanya diam saja. Dirinya juga sedikit kecewa dengan putrinya.

"Sasuke." Aneesha kembali mengambil sisa ayam yang berada di piring. Membuat Kahfi melotot, dia menatap kesal Aneesha. Sedangkan Halwa, mengelus dadanya. Setidaknya putrinya tidak melakukan hal yang di larang agama.

"Untung ayamnya belum ku lempar, zaujati," adu Kahfi pada Halwa, membuat Aneesha menahan tawanya.

"Lemparlah sini, enak dong Anes dapet ayam 4," balas Aneesha santai.

Aneesha tetap melahap ayamnya, "Zaujati, yo tukar anak aja yok?" ajak Kahfi, membuat Aneesha melotot.

"Enak saja! Modelan Aneesha ini limited edition tau,"

"Iyaa limited ... Sukanya makan, tidur, main game dan nyolong mangga orang" ucap Kahfi menyindir, Aneesha melirik Kahfi sinis.

"Enak aja, gini gini Aneesha itu kesayangan Ummah! Gak kaya Abi! Gak pernah di manja makanya iri mulu," oceh Aneesha dengan mulut yang di penuhin oleh nasi.

"BISA DIAM NGGAK KALIAN BERDUA!" Amarah yang sedari tadi di tahan oleh halwa pun akhirnya meledak. Aneesha dan Kahfi langsung terdiam.

---

"Abi ... Anterin Aneesha dong," rengek Aneesha. Jika tadi mereka berdua berdebat, kini mereka berdua sedang duduk bersantai bersama.

"Kemana sih nes? Kamu ga mau gitu hari minggu diem dirumah aja?" tanya Kahfi heran dengan Aneesha yang suka sekali berkeliaran di luar rumah.

Cintailah Aku, Mas Santri! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang