24. Khitbah

877 85 38
                                    

Aku melepaskanmu dengan hati yang ikhlas, semoga Engkau selalu dalam lindungannya meski tak bersama denganku
—Aneesha Ayu Dira.
——

Hari ini merupakan hari terakhir Aneesha berasa di kota Solo. Sehingga Aneesha memutuskan untuk berkeliling pagi ini, sebelum nantinya Aneesha akan kembali pulang ke kota asalnya. Aneesha memilih untuk pergi ke pasar kecil yang berada di sekitaran sana. Tentu saja Aneesha akan mencari buah kesukaannya, buah mangga.

"Mangga 2 kilo bu, ambil saja kembaliinnya bu. " Aneesha memberikan satu lembar uang seratus ribu kepada pedagang itu dan dia mengambil kantong plastik yang menampung buah miliknya.

Aneesha segera pergi dari sana dan lanjut tuk berkeliling di sana. Aneesha berjalan menyusuri jalan setapak dengan banyak orang yang berdesakan. Aneesha keluar dari dalam pasar itu dan memilih untuk melihat lihat area luar pasar itu. Aneesha menemukan padang bubur ayam dan siomay, dua makanan itu merupakan makanan kesukaan dirinya. Hal itu membuat Aneesha bimbang.

"Ah beli dua dua nya aja lah," gumam Aneesha merasa pusing dengan perutnya yang menginginkan semuanya. Aneesha berjalan mendekati tukang bubur itu dan memesannya, tak lupa dia juga membayar langsung agar bisa segera beralih ke pedagang siomay.

"Mas, 10 ribu gak pake kentang." Aneesha memberikan uangnya, dia menunggu sembari makanan buah mangganya.

Setelah dia mendapatkan keduanya, Aneesha langsung kembali ke kamar hotel untuk mengisi perutnya yang sudah terasa lapar. Aneesha menelfon Kahfi dan langsung di angkat oleh Kahfi. Disana Aneesha dapat melihat bahwa Kahfi sedang mengajar anak anak balita bersama dengan Faris.

Disana Kahfi terlihat beberapa kali menunjukkan Faris di dalam kameranya. Aneesha mengernyit heran. Ada apa dengan Kahfi saat ini? Namun Aneesha tak menggubris. Aneesha asik memakan bubur itu dengan cepat, kemudian dia beralih pada siomay miliknya.

Faris yang mencuri pandang pada layar ponsel Kahfi pun hanya tertawa kecil melihat keunikan Aneesha. Tetapi Aneesha terheran ketika mendengar suara Faris yang sedang tertawa.

"Anes tutup ya bi? Udah ya soalnya Anes mau siap siap. Kereta Anes jam 11 siang, assalamu'alaikum." Aneesha berpamitan kepada Kahfi, dia langsung menutup telfonnya tanpa ingin mendengarkan balasan dari Kahfi.

---

Kini Aneesha telah berada di stasiun kota Solo Balapan, Aneesha menunggu datangnya kereta yang dia tumpangi. Aneesha memainkan fokus ponselnya dan tak memperhatikan sekitar. Ada sosok laki-laki yang berjalan menghampiri Aneesha.

"Aneesha?" panggil orang itu, Aneesha menolehkan kepalanya. Dia mendapati Bara yang kini di hadapannya. Aneesha heran dengan kehadiran Bara di Stasiun ini.

"Kenapa disini?" balas Aneesha dingin, dia takut bila Kahfi melihat Bara. Meski tak ada Kahfi disana, namun bagaimana jika ada yang tiba-tiba memberitahu Kahfi bila dia sempat bertemu dengan Bara. Dia bingung kenapa Bara bisa mengenali dirinya saat dia menggunakan cadar.

"Aku ada proyek beberapa disini setelah terakhir kita bertemu," Bara menunjukkan bukti bahwa dia memang benar benar ada proyek di kota itu. Aneesha mengangguk.

"Kamu gerbong berapa?" tanya Bara dengan  antusias membuat Aneesha memutar bola matanya malas.

Aneesha menjawabnya dengan singkat "6, nomor 7a dan b," Setelahnya Aneesha kembali fokus ke ponselnya. Disana Aneesha sedang tukar menukar kabar dengan Kahfi.

"Gerbong kita sama, aku juga ada di bangku 6b, oh iya kamu pesan 2? Memang buat siapa?" tanya Bara penasaran.

Aneesha menghela nafasnya pelan. Aneesha sebenernya malas meladeni Bara, namun Bara selalu mengajaknya berbicara. Dia ingin mengabaikan, tetapi takut Bara tersinggung. Sehingga Aneesha memutuskan untuk tetap membalas meski hanya seadanya.

Cintailah Aku, Mas Santri! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang