19. Tidak Ada Harapan

744 86 39
                                    

Tolong bawa dia pergi dari hatiku, bila memang dia bukan untukku. Untuk apa dia tetap tinggal di hatiku, bayar pajak tinggal aja tidak!
—Aneesha Ayu Dira

——

"Abii... Aneesha mau ikut lagi dong," pinta Aneesha, ketika melihat Kahfi sedang mempersiapkan keperluannya untuk bekerja.

Kahfi menoleh, dia menolak permintaan Aneesha, "Tidak boleh." tolak Kahfi membuat Aneesha mengerucutkan bibinya. Dia menggembungkan mimpi kemudian, menghentakkan kakinya dan berlari ke Halwa yang sedang menyuci piring di dapur.

"Ummah, Abi gak bolehin Anes ikut, katanya mau cari Ummi baru buat Anes."

Aneesha mengguncang lengan Halwa, sedangkan Halwa melotot mendengar kalimat yang di lontarkan Aneesha. Kahfi menoleh ke arah istri dan anaknya, mata Kahfi memelas memandang ke arah Halwa yang saat ini sedang berkacak pinggang menatap dirinya.

Kahfi menggeleng, "Bukan begitu sayang," Kahfi mendekat ke Halwa, namun istrinya bergerak menjauh darinya. Kahfi mengeluh kesal kepada Aneesha, sedangkan Aneesha sudah tertawa kencang melihat Abi dan Ummahnya.

Halwa memang tak menanggapi ucapan Kahfi dan Aneesha, namun perilaku Halwa yang membuat Kahfi panik seketika. Dirinya sangat takut bila Halwa sudah mendiami dirinya.

"Bukan gitu sayang, iya iya Anes boleh ikut."

Kahfi segera menggandeng Aneesha ke kamarnya, "Lama lama kamu Abi nikahin sama om om," kesal Kahfi membuat Aneesha cekikikan.

"Gapapa, kalau om om nya mas Faris," celetuk Aneesha, Kahfi semakin kesal mendengarnya.

"Bukan Faris," balas Kahfi singkat. Dia keluar dari kamar Aneesha, membiarkan Aneesha mempersiapkan keperluan dirinya.

"Tapi harus!" Aneesha berjalan ke lemari untuk mengambil gamis berwarna hitam. Dia juga tak lagi memakai make up.

Setelah selesai, Aneesha menghampiri Kahfi yang menunggu di halaman rumahnya. Di sana, Kahfi terlihat seperti sedang mencari sesuatu di dalam mobil.

"Dorr!"

"Astaghfirullah Anes! Kamu mau dapet Abi baru?" tanya Kahfi dengan nada kesal yang begitu terdengar. Aneesha tertawa, dia menggelengkan kepalanya.

"Mau nikah sama Faris aja daripada Ummah yang menikah, udah tua! cocok sama Abi yang tua juga," ledek Aneesha, dia segera masuk ke dalam mobil sebelum Kahfi semakin kesal.

Sesampainya disana telah ramai orang yang berada di depan sana, membuat Aneesha kesulitan untuk berjalan

"Faris."

Aneesha berteriak kencang ketika melihat Faris yang juga masuk ke tempat Kahfi berada. Faris menoleh dan tersenyum singkat, Kemudian melangkahkan kakinya kembali. Senyum Aneesha pun luntur seketika.

"Ihh dia sibukkah?" lirih Aneesha namun masih dapat di dengar oleh orang orang yang berada di sekitarnya.

"Apaan banget sih mbak, sok kenal banget sama mas Faris, mana gak sopan pula!" seloroh orang yang berada di belakang Aneesha.

Aneesha terkejut, dia menoleh. Di sana, Aneesha mendapati adanya 3 orang ibu ibu yang sedari tadi memang berada di sana.

"Ya suka suka Anes dong, memang kenapa? Gak boleh? Lihat aja nanti Anes yang jadi istrinya." Tanpa sadar kalimat itulah yang keluar begitu saja dari mulut Aneesha.

Membuat 3 orang di hadapan pun tertawa kencang, "Bangun mbak! Lucu sekali kamu ini," ledek salah satu dari 3 orang di antaranya.

Aneesha mengerucutkan bibirnya, dia segera pergi dari sana. Daripada dirinya semakin kesal dengan ledekan para ibu ibu yang menyebalkan.

---

Saat acara selesai, Aneesha langsung menghampiri Faris ketika netra matanya menangkap keberadaan Faris yang berada di dekatnya.

"Faris?"

Faris menoleh, mendapati Aneesha yang menatapnya sembari tersenyum lebar ke arahnya. Faris membalas senyumannya.

Aneesha mendekati Faris, namun Faris berjalan kembali. Dia mengajak Aneesha untuk menjauh dari kerumunan itu, Aneesha menyetujui. Dia mengikuti langkah kaki Faris.

Disinilah mereka, dia bawah pohon mangga milik Faris sendiri. Tak ada orang lain di sekitar mereka, hanya Faris dan Aneesha yang berada disana.

"Faris, ayo jadi suami Anes!" celetuk Aneesha tiba-tiba. Faris tersenyum, namun dia menggelengkan kepalanya.

Senyum Aneesha pudar, dia menundukkan kepalanya. Aneesha memalingkan wajahnya tak ingin melihat ke arah Faris.

"Kenapa?" tanya Aneesha lirih

"Aku mencintai seseorang, seseorang yang sengaja aku buatkan pohon mangga ini. Dia yang telah lama berada di dalam hatiku, bahkan sampai saat ini. Aku sengaja tidak melamar dirinya, karena ayahnya yang melarangku untuk memperistri dirinya untuk saat ini."

Setelah mengucapkan itu, Faris langsung pergi dari sana tanpa berpamitan lagi. Sedangkan Aneesha, dia sudah terisak kecil.

"Pada akhirnya Anes kalah dengan seseorang yang berada di dalam hatinya. Ya Allah bolehkan Anes mengharapkan bila Aneslah yang menjadi 'seseorang' itu, tapi bagaimana mungkin? Dia telah lama ada, sedangkan dengan Anes? Kita baru saja bertemu."

Aneesha ikut pergi dari sana. Dengan dia berlari menjauh ke arah tempat itu, dia mencari angkutan umum. Aneesha telah memberi tahu Kahfi bila dia sudah pulang terlebih dahulu. Meski khawatir Kahfi tetap memberi izin.

---

Hayo, apakabar?

Jangan lupa vote dan komen ya

See you

Surabaya, 5 November 2023

Cintailah Aku, Mas Santri! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang