Jika kamu bukanlah takdirku, tolong jangan halangi doa yang ku langitkan. Karena semua itu membutuhkan perjuangan!
—Aneesha Ayu Dira
"Parisss ...," Aneesha melambaikan tangannya ketika Faris menoleh ke arahnya.Dari seberang sana, Faris tersenyum melihat keberadaan Aneesha. Dengan segera Aneesha menghampiri Faris yang berada lumayan jauh dari tempat dirinya berdiri sekarang.
Aneesha berlari kecil, tetapi dia malah melihat Faris yang pergi Menjaug darinya. Aneeeha menghentikan langkah kakinya. Pandangan terus mengikuti kemana Faris berjalan. Karena penasaran, Aneesha mengekor di belakang Faris.
Aneesha menyadari bahwa Faris berjalan menuju ke arah taman yang ada di dekat sana. Jika di pagi hari taman ini akan di penuhi oleh pedagang makanan, Aneesha berfikir jika Faris ingin membeli makanan yang ada disana.
Akhirnya Aneesha kembali memutuskan untuk menghampiri Faris. Namun belum sampai disana, Faris telah di hampiri seorang perempuan cantik. Jika di lihat dari wajahnya, mungkin umur perempuan itu sama dengan umur Faris.
"Faris, kaifa haluka?" tanya perempuan itu dengan lembut. Dia menatap Faris dengan intens, begitu juga dengan Faris. [Apa kabarmu?]
" bi khoirin wal hamdulillah. " [Baik, Alhamdulillah]
Faris dan perempuan itu pun berbincang. Meski Faris sempat melihat ke arah Aneesha, namun Faris tak menggubris dirinya. Dia terus mengobrol ria dengan perempuan itu.
Melihat interaksi itu-Aneesha merasakan rasa sakit yang kini menjalar di ulu hatinya. Aneesha memegangi dadanya. Dia sedikit menekan dadanya untuk meredam rasa sakitnya.
Air matanya meluncur begitu saja ketika melihat Faris yang mencuri pandangan padanya, namun masih saja tak beranjak untuk menjauh dari perempuan itu.
Aneesha tak kuat menahan rasa sakitnya, sehingga dia memutuskan untuk pergi dari sana. Aneesha berlari menjauh tanpa menoleh lagi ke arah Faris, hatinya sudah terlanjur sakit.
Aneesha berhenti dibawah pohon yang begitu lebat, yang ada di bagian selatan itu. Tak banyak orang yang lewat dari sana, karena itu area kawasan perumahan.
"Kenapa sakit banget ...."
Aneesha memukul mukul dadanya, untuk menyalurkan rasa sakitnya. Isak tangis yang dia tahan pun akhirnya pecah.
"Abii, Maafin Aneesha Abi ... Aneesha ngga nurut sama Abi, Aneesha malah suka sama laki-laki. Apa ini hukuman dari Tuhan karena Aneesha udah nakal sama Abi?"
Aneesha menyandarkan tubuhnya di pohon, dia mendongak menatap langit yang kini berubah menjadi abu-abu.
"Langit ... Tidak bisakah engkau bilang kepada Tuhan? Aneesha sangat mencintai dirinya. Aneesha bahkan tidak tau kapan dan mengapa cinta itu hadir di dalam hati Aneesha, apakah Aneesha salah, langit? Apa Aneesha salah bila Aneesha menyukai dirinya?"
Aneesha terus bergumam sendirian, dia memajamkan matanya ketika kembali merasakan sakit di dalam hatinya.
"Apa Aneesha ngga pantes buat dia? Tapi memang sih, dia? Orang baik, sedangkan Aneesha? Aneesha hanyalah anak nakal yang mengharapkan cintanya. Langit, boleh Aneesha meminta bantuan?"
"Tolong beritahu Aneesha, bagaimana caranya agar mendapatkan hatinya?" Samar dirinya mendengar suara lirih yang entah dari mana asalnya.
"Berdoalah! Ahabbakalladzi Ahbabtani Lahu." [semoga Allah mencintaimu, Dzat yang telah menjadikanmu mencintai aku karena-Nya]
Aneesha tersentak, dia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut taman itu. Namun nihil, tak ada siapapun disana.
---
"ANEESHA BANGUN!" teriak Kahfi, Aneesha pun langsung terduduk ketika mendengar teriakan Kahfi.
Dia berusaha berdiri meski tubuhnya merasa lemas, Kahfi menyadarinya. Kahfi segera mengambil alih tubuh putrinya.
Kahfi kembali merebahkan Aneesha kembali di kasur, "Tunggu disini! jangan kemana-mana, Abi panggil Ummah kesini." Kahfi akan melangkah pergi, namun Aneesha menahan tangannya.
"To-tolong Antarkan Aneesha ke kamar mandi," pinta Aneesha dengan nada lirih. Kahfi menggeleng.
"Tunggu Ummah," Kini Aneesha yang menolak.
"Bentar lagi jam 6," Aneesha menujuk ke arah jam yang saat ini menunjukkan pukul 05.51.
"Tolong .... " Kahfi mau tak mau akhirnya menuruti keinginan Aneesha. Dia menggendong tubuh putrinya. Di dudukkan Aneesha pada closet kamar mandi.
"Abi panggilin Ummah sebentar," Aneesha mengangguk, Aneesha segera mengambil wudhu untuk dirinya.
---
Setelah selesai menjalankan kewajibannya, Aneesha merasa bila kepalanya semakin pusing. Tubuhnya merasa kedinginan. Meski Ummahnya menyuruhnya untuk tidur kembali, namun Aneesha tak ingin tidur kembali.
Ketika melamun, Aneesha teringat dengan kalimat yang sempat dirinya dengan di dalam mimpi. Dengan cepat Aneesha ngambil ponselnya.
Dia mencari arti dari kalimat ini, "Apa tadi ya? Aha ... Aha apa sih!" Aneesha merasa kesal sendiri ketika dia melupakan kalimat itu. Akhirnya dia mengingatnya setelah lama memikirkan kalimat itu.
"Ahabbakalladzi Ahbabtani Lahu," gumam Aneesha sembari mengetik kalimat itu.
"semoga Allah mencintaimu, Dzat yang telah menjadikanmu mencintai aku karena-Nya."
Aneesha terdiam ketika mengerti arti dari kalimat itu, tetapi mengapa? Yang dirinya cintai hanyalah Faris dan Faris tak ada disana, lalu siapa yang berbicara itu kepadanya?
Lama berdiri membuat kepalanya semakin pusing, dirinya tak kuat lagi menahan berat tubuhnya. Aneesha terjatuh, Aneesha tak sadarkan diri.
"ANEESHAA ...!" pekik Ummah ketika menyaksikan secara langsung, putrinya jatuh tak sadarkan diri.
---
Halooo semuaUdah pusing, maap yaa
Jangan lupa vote komen
Kalau mau spam next disini aja.
Surabaya, 28 Oktober 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintailah Aku, Mas Santri! [TERBIT]
Fiksi Remaja~SEASON 1~ BACA YANG INI DULU YA, BARU KE YANG LIVING WITH MAS SANTRI! THANKYOU Aneesha, seorang gadis yang sedikit pendiam. Dia menyukai seorang laki-laki yang bernama Muhammad Faris Alfatih. Aneesha tau jika dia merupakan lulusan pondok, maka dari...