10. Menolak Bara

1.2K 122 125
                                    

Jika di dunia ini bisa dilakukan tukar menukar takdir kebahagiaan, maka akulah orang pertama yang akan mencobanya untuk menukar kebahagiaanku dengan rasa sedih yang ada di dalam hatinya. Biar aku yang menanggung semuanya sebelum nantinya aku akan melepaskan untuk orang lain
—Basir Kahfi El-Zaki

Aneesha dan Bara seketika menoleh ke arah seseorang yang menganggu kegiatan mereka. Aneesha melihat Kahfi yang sedang berdiri di samping dirinya. Tubuh Aneesha menegang, dia melihat adanya pancaran amarah dari dalam mata Kahfi.

"Siapa yang menyuruhmu untuk menyentuh putriku, hah?" tanya Kahfi dengan nada dingin. Aneesha semakin menunduk ketakutan kala Kahfi melirik ke arah dirinya.

Aneesha menunduk, jantungnya berdebar tak karuan. Dia tak berani menatap mata Kahfi untuk saat ini. Sedangkan Bara menatap Kahfi bingung.

"Om ini ayah Aneesha?" tanya Bara pelan. Dia juga ikut menunduk ketika melihat Aneesha yang menundukkan kepalanya.

"Terus siapa lagi? Sama Abinya aja gak kenal, kok bisa percaya diri minta Anes jadi pacarmu? Ngaca mas!" lontar Kahfi dengan nada yang mulai meninggi.

"Ma-maaf om ...." Bara menatap mata Kahfi, dia dapat melihat jelas amarah yang ada didalam mata ayah dari seseorang yang dia sukai.

"Abi ... udah."

Aneesha memberanikan diri untuk mendekat ke arah Kahfi, meski di dalam hatinya masih merasakan takut yang luar biasa. Aneesha memeluk lengan Kahfi, berusaha menenangkan Abinya.

Kahfi melirik ke arah Aneesha, "Tolak dia Sayang," ucap Kahfi datar. Aneesha merasakan bila tangan Kahfi kini makin mengerat, membuat Aneesha tak segera untuk mengucapkan kalimat tolakan untuk Bara.

"Abi bilang tolak Sayang." ulang Kahfi dengan nada lirih namun tegas. Urat leher Kahfi mulai menampakan diri, Aneesha semakin ketakutan membuat tubuhnya bergetar hebat menahan tangisnya.

Bara melihatnya dan merasa kasian kepada Aneesha, "Om jangan marahin Aneesha," Bara membalas ucapan Kahfi dengan tegas.

"Jangan ikut campur! Aneesha putriku dan aku tau bagaimana cara mendidik dirinya," balas Kahfi tegas, dia menyembunyikan Aneesha di belakang tubuhnya kala melihat Bara yang menatap ke arah Aneesha.

"Om jangan kasar begitu dong," ucap Bara ketika melihat Aneesha yang di tarik begitu saja oleh Kahfi.

"Mending saya kasari putriku di dunia, daripada di kasari oleh malaikat di akhirat nanti!"

Ucapan dari Kahfi membuat Bara terdiam, Kahfi menyadarinya dia segera mengajak Aneesha untuk pergi dari sana.

"Om  ... Apa Bara ngga boleh miliki putrimu barang sedikit pun?" tanya Bara hati-hati.

"Kamu kira putriku barang?" Kahfi yang sudah ingin meledakkan amarahnya.

"Nama kamu Bara kan? Kamu siapa sih? Kenal putriku darimana?" tanya Kahfi beruntun.

Bara menceritakan seluruhnya, awal mula dirinya mengenal Aneesha dan bagaimana dia dan Aneesha bisa menjadi teman dekat. Sedangkan Kahfi menyimak.

"Ohh, kamu yang dulu suka buat anakku pergi entah kemana? Kamu sadar gak sih? Putriku masih berumur 4 tahun dan kamu 8 tahun. Sebagaimana semestinya kamu antar putriku pulang kerumahku, jangan kamu tinggalkan begitu saja di pinggiran danau,"

Kahfi mengingat seluruh kejadian yang membuat istri dan dirinya merasa khawatir. Setiap sore Aneesha akan selalu menghilang dari kamarnya. Entah itu bagimana caranya.

"Maaf om," lirih Bara menundukkan kepalanya.

"Aduh ... Anak begitu aja di belain pak, jangan salahin cowoknya saja dong, orang ceweknya juga mau di ajak jalan," celetuk ibu ibu yang sedari tadi menyimak perdebatan Kahfi dan Bara.

Cintailah Aku, Mas Santri! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang