16. Patah Hati

755 79 71
                                    

Tolong jangan sakiti hatiku! Sungguh rasanya begitu sakit, sehingga aku kesusahan untuk sekedar menghirup udara
—Aneesha Ayu Dira

——

Aneesha kembali naik ke atas pohon, namun kali ini dirinya memilih pohon mangga. Karena mangga merupakan buah yang paling Aneesha sukai.

"Anes jadi laper kan."

Aneesha memanjat pohon mangga sembari menggerutu kesal. Aneesha langsung mengambil 3 buah mangga besar di sana. Aneesha memukul pohon disana untuk melampiaskan rasa kesalnya.

"Hiks ... Masa iya sih dia udah khitbah sama peremuan lain." Aneesha menangis sembari mengigit buah mangga yang ada di tangannya.

"Kamu manis banget mangga, tapi tolong jangan nyakitin ya? Biasanya yang manis suka banget nyakitin, seperti dia!" ucap Aneesha.

Dia menyandarkan punggungnya di batang pohon mangga. Dia menerawang langit biru yang terlihat sangat indah. Aneesha mulai melamun. Dirinya terlalu asik dengan lamunan sehingga tak menyadari mangga yang berada di genggamannya pun terjatuh.

"ADUHH."

Mendengar suara keluhan membuat Aneesha kembali ke alam sadarnya, dia melihat ke bawah untuk memastikan keadaan orang tersebut.

"E-eh maaf mas," Aneesha berniat melompat namun orang itu—Laki-laki, menahan keinginan Aneesha untuk turun ke bawah.

"Mbak ngapain disana? Mau maling ya? Mbak ... Kalau mau maling jangan di halaman rumahnya mas Faris atuh!" oceh laki-laki itu.

Aneesha melotot ketika mendengar nama Faris menyapa gendang telinganya, dia menutup mulutnya menahan buah mangga yang ingin kembali keluar dari lambungnya.

"Turun mbak ... Cepat pergi sebelum mas Faris balik kesini,"

Meskipun keheranan, namun Aneesha tetap menuruti perintah dari laki-laki itu. Aneesha melompat dari atas, sedari kecil Aneesha memang menyukai kegiatan panjat memanjat. Sehingga dirinya tak perlu lagi takut untuk turun dari ketinggian.

Aneesha turun dengan membawa 2 buah mangga yang belum dia makan. Namun 1 buah mangga itu terlepas dari genggamannya. Buah itu terjun bebas ke atas kepala laki-laki itu.

"Ah ... Untung cewek," gumam laki-laki itu, Aneesha yang mendengar itu pun tertawa kecil. Dia menatap wajah laki-laki itu. Aneesha baru menyadari jika laki-laki di hadapan ini merupakan salah satu orang yang ikut dengan Faris.

"Kamu teman Faris?" tanya Aneesha, laki-laki itu memandang aneh ke arah Aneesha.

"Mas Faris itu senior saya, mbaknya siapa nih? Kayanya masih muda tapi kok manggil mas Faris cuma nama aja sih," Laki-laki itu mengutarakan isi hatinya.

"Memang gak boleh?" Aneesha memandang laki-laki itu dengan raut wajah kebingungan khas milik dirinya.

"Ya boleh sih tapi biar lebih sopan aja mbak," balas laki-laki itu.

Aneesha menganggukkan kepalanya, meski ucapan laki-laki tak dapat di terima oleh otak Aneesha.

"Memang kenapa gak boleh ambil buah mangga itu? Pelit kali dia!" ucap Aneesha dengan nada meremehkan.

"Hustt ... Katanya pohon ini di tanam oleh mas Faris khusus untuk calon istrinya," tutur laki-laki itu, menjelaskan alasan kenapa Aneesha tak boleh memetik salah satu buahnya.

"Beberapa bulan lalu mas Faris bercerita bila dia mimpi menikahi peremuan yang suka banget dengan buah mangga," lanjut laki-laki itu.

Kening Aneesha mengerut kemudian dia mengangkat bahunya tak acuh. Dia mengambil buah mangga yang sempat jatuh mengenai laki-laki itu.

Cintailah Aku, Mas Santri! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang