7

1.8K 183 25
                                    

Mami menyikut lengan Felicya, mengode putri sulungnya untuk ikut menilik prilaku aneh si bungsu Calandra. Nggak biasanya Calandra cuma diam di saat ada Felicya yang bisa diajak bersilat lidah. Selain aksi membisunya, gerak-gerik gadis itu juga nggak kalah buat heran— menelungkup di atas karpet sambil nanar menatap layar ponsel. Sesekali kakinya menendang-nendang nggak tentu arah, persis seperti bocah tantrum yang nggak dituruti kemauannya.

"Kakak lihat, nggak?" Yang lebih tua berbisik lirih.

"Apa, Mi?" Heran Felicya, mencoba mengamati adiknya tapi nggak ada hal genting yang patut dicurigai.

"Kakak sudah nikah masa nggak paham?"

Felicya menggeleng cepat, sepenuhnya menyerah untuk menebak keganjilan yang dimaksud sang Mami. Kelakuan ganjil Calandra bisa dibilang wajar mengingat gadis itu semalaman berada di apartemen Rafael, benar? Lantas apanya yang begitu mengherankan?

"Ya sudah kalau Kakak nggak paham." Balas Mami pundung.

"Loh, Mi? To the point makanya..."

"Ck. Lihat baik-baik, badan Adek sampai merah-merah begitu kira-kira diapain aja dia sama Rafael." Ungkap Mami akhirnya.

Reflek Felicya membekap mulutnya. Matanya melotot saat menyadari ruam merah di tulang pinggang dan juga lengan atas Calandra. Kaos kebesaran yang dikenakan gadis itu dengan mudah memberi akses pada pasang-pasang mata yang hendak mengintip ke dalamnya. Felicya mulai menerka-nerka kira-kira di titik mana saja Calandra mendapatkan ruam yang serupa.

"Pelakunya harus di reach out nggak sih, Mi?"

"Siapa?" Tanya Mami.

"Rafael? Emang siapa lagi?"

Mami tiba-tiba tergelak. "Mami nggak yakin, palingan si Adek yang mancing-mancing duluan." Katanya disela-sela kekehannya.

"Ya... Nggak salah juga, sih. Tapi, Rafael juga harus di kasih tau biar lain kali bisa tahan diri."

"Suka-suka gue, lah!"

Mami dan Felicya terlalu larut dalam lingkaran kecil yang mereka ciptakan hingga nggak sadar Calandra sudah berpindah dari tempat semula. Calandra menyorot tajam Felicya seiring langkahnya menuju dua orang yang sedari tadi begitu seru menggunjingnya.

"Minggir, lo!" Calandra mendorong pelan bahu Felicya agar Kakaknya itu sedikit bergeser ke samping.

"Kasar banget Adek." Sungut Felicya tapi nggak urung menggeser bokongnya sekedar memberi celah untuk Calandra duduk di tengah-tengah.

"Mi, Rara udah nemu manajer yang cocok."

Calandra bergelayut manja di lengan sang Mami— sepenuhnya abai pada wajah berlipat Felicya saat ini. Bukan tanpa alasan mengapa Calandra panik menyadari ponselnya nggak ikut terbawa ke apartemen Rafael, pasalnya pekerjaan yang dia geluti sepenuhnya bergantung pada benda pipih itu. Thanks to Windy yang sudah berbaik hati mengamankan barang-barang Calandra yang tertinggal di club malam.

"Adek serius mau jadi public figure?" Raut sang Mami memancarkan keraguan yang sangat kentara.

"Nggak boleh ya..." Rajuk Calandra.

"Bukan nggak boleh, Mami cuma khawatir Adek nggak siap menanggung resikonya."

Siapa yang nggak khawatir bila putrinya yang bersifat temperamental ingin berkarier di dunia entertainment? Dengan kelakuannya yang semena-mena bukan nggak mungkin suatu saat nanti Calandra terlibat dalam sebuah skandal.

"Rara cuma fokus ke modelling kok, Mi. Nggak kepikiran ngambil job yang berat-berat."

"Papi kamu setuju?"

Under Calie's Heel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang