Cw! Kinda 🌚🔞
———
Derai airmata turut mengiringi kegiatan masak-memasak yang dilakoni Calandra. Sesekali kepalanya menengadah ke atas, menahan laju airmata yang membasahi pipi tembamnya. Airmata yang terlanjur luruh diusap kasar dengan punggung tangannya yang bebas. Kemudian dia akan berteriak ketika menyadari tangannya baru saja memegang cabai, bawang putih, minyak goreng, atau bahan dapur lainnya. Terlalu heboh untuk pekerjaan yang hanya melibatkan satu orang.
"Demi lo, Rafael! Sumpah! Lo doang yang bisa bikin gue betingkah kayak babu!" Omelnya di sela-sela kegiatan mengulek sambal.
Berperan menjadi seorang istri sekaligus Ibu rumah tangga adalah tantangan yang cukup sulit bagi Calandra. Bila boleh jujur, sampai detik ini pun dia nggak siap untuk dinikahi. Tapi mau bagaimana lagi? Rasa cintanya pada Rafael terlalu besar sehingga mengalahkan ketakutan akan kegagalannya dalam berperan. Lagipula Calandra yakin Rafael nggak akan berbalik pergi hanya karena istrinya kelak kesulitan beradaptasi.
Tetes demi tetes keringat ikut serta mengacaukan Calandra, membasahi kaos polo yang dikenakannya. Kaos oblong putih polos yang dia ambil dari lemari Rafael, omong-omong. Gadis itu nggak punya baju rumahan yang cocok dipakai untuk memasak. Alhasil, baju Rafael lah yang dia dikorbankan. Mana sudi dia mengotori baju-baju mahalnya dengan cipratan minyak dan sambal? Baju-baju limited editionnya itu harus selalu terlihat baru agar nilainya nggak anjlok-anjlok amat saat diobral, benar?
"Ini si duo bogel nyangkut di mana sampe sekarang nggak nyampe-nyampe?!"
Kepala menoleh menatap jam dinding. Dua jam menjelang jam makan siang, itu tandanya Calandra hanya punya waktu kurang dari satu jam untuk menyelesaikan pekerjaannya. Gadis itu harus menyempatkan diri untuk berdandan, mau ditaruh ke mana mukanya bila menyambangi kantor Rafael dalam keadaan seperti sekarang? Bisa-bisa dia dianggap pembantu oleh orang-orang.
"Panas! Aaaaaaa... Mamii!!" Kecipratan minyak buatnya bertingkah seperti orang gila. Meski demikian gadis itu enggan menyerah. Bagaimanapun hasil akhirnya, Calandra kukuh ingin Rafael makan siang dengan masakannya.
Sebenarnya makanan yang sedang dipersiapkan nggak serumit kelihatannya, cuma ayam goreng bumbu instan, sambal ulek, dan tumis sayur ala kadarnya. Yang membuat rumit adalah tingkah Calandra yang begitu berlebihan, sebentar-sebentar berteriak, seakan-akan tugas yang sedang diemban sangatlah berbahaya.
Lagi asik-asiknya memindahkan ayam yang sudah matang ke piring, bel apartemen tiba-tiba berbunyi, memaksa Calandra untuk beranjak dan menyambut tamu yang sejak tadi sudah di nanti-nanti. Sudut bibir Calandra tampak berkedut, seolah siap menyemburkan kata-kata makian pada dua orang yang berdiri di balik pintu.
Ketika pintu dibuka, wajah segar Wenda dan Windy sontak menyapa. Sial, saat sendiri saja Calandra sudah merasa sangat menyedihkan, apalagi saat dihadapkan dengan dua orang perempuan yang penampilannya begitu cetar?
"Lama!" Protes Calandra, membuka pintu lebar-lebar sekedar mempersilakan kedua tamunya masuk.
"Macet, Nya! Astaga..." Windy yang menyahut. Gadis itu menyeka keringat yang menetes di dahi, pun mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan.
"Lebay! AC apartemen laki gue masih berfungsi, ya!"
Windy cengengesan menanggapi sindiran Calandra barusan. Nggak salah juga, harusnya Windy sadar tingkahnya memang berlebihan mengingat suhu di sekitar cenderung dingin.
"Eh, ngapain duduk di situ? Sini lanjutin kerjaan gue, gue buru-buru."
"Lah?" Wenda yang hendak menghempaskan bokongnya di atas sofa jelas dibuat bertanya-tanya. Melarikan pandangannya pada Windy yang sama bingungnya. Mereka tamu bukan, sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Calie's Heel (END)
RomanceIf you don't know how to 'mencintai seseorang dengan ugal-ugalan' go ask to Madhava Rafael! CW! • Markhyuck face claim • Genderswitch • 18+ • Harsh Words • Semi Baku • Love Story, Family, Fluffy