25

1.5K 144 9
                                    

Nggak ada bosan-bosannya Calandra memandangi potret Rafael dari layar ponselnya. Gadis itu tersenyum, terkikik geli, mengerang frustasi, kemudian bergidik senang mengingat persenggamaan mereka yang teramat sangat hebat. Kebahagiaan hakiki untuk Calandra, namun apes untuk Rafael. Pasalnya pria itu baru saja tiba di kediaman calon mertuanya setelah menempuh perjalanan Singapura-Jakarta tanpa jeda. 2 jam lebih mereka menghabiskan waktu memadu kasih, sekaligus menjinakkan si binal yang malam ini membuat Rafael sangat kewalahan. Serius, Calandra malam ini nggak ada ubahnya seperti binatang buas di musim kawin.

"Cowok gue paling ganteng sedunia!" Serunya, masih sambil memandangi foto Rafael.

Suara pintu yang dibuka membuatnya menoleh, lantas Rafael muncul dengan tampilannya yang sedemikian menggoda. Tubuh setengah telanjang dengan bercak merah yang tersebar di mana-mana, tubuh itu masih sedikit basah sehingga menambah kadar keseksiannya. Why is he so hot??! Calandra hampir gila rasanya, benar-benar gila saat menyadari handuk yang melilit di pinggang kekasihnya sama sekali nggak bisa menyembunyikan gundukan besar yang begitu dia puja.

"Kenapa, sih?" Rafael heran melihat Calandra hanya diam menatapnya.

"Sayang, buruan pake baju. Aku takut horny lagi." Aku gadis itu.

Rafael terkekeh renyah mendengarnya. Kalau mereka nggak lagi di rumah orangtua Calandra, maka omongan Calandra barusan akan Rafael sambut dengan senang hati. Nggak peduli durasi yang terbuang hanya untuk mandi. Seks adalah aktivitas yang sangat menyenangkan, dan akan semakin menyenangkan bila dilakukan dengan orang yang disayang, benar?

"Kamu lagi banyak pikiran atau gimana?"

"Serius masih nanya? Lo ganteng banget, gila!!" Histeris Calandra, berlari menuju Rafael lalu melompat ke pelukan pria itu.

"Dek— ya Tuhan!" Rafael sigap menahan bokong Calandra.

"Aaaaa sebel! Kamu ngapain ganti-ganti warna rambut, sih? Aku pusing liatnya..."

Well, kegilaan Calandra malam ini mestilah ada penyebabnya. Adalah Rafael yang tiba-tiba muncul dengan rambut blonde. Mengejutkan Calandra yang siaga menunggu di depan pintu sejak mendapat kabar mobil Rafael sudah melewati persimpangan jalan menuju komplek perumahan orangtuanya. Calandra sama sekali nggak berlebihan, dia ingat betul bagaimana Mami, Mama Rafael, bahkan Felicya juga terpesona melihat penampilan baru kekasihnya.

"Ini idenya Beatrice tau, kata Beatrice penampilan Kakak ngebosenin, gitu-gitu mulu. Emang iya?" Rafael berbicara sambil mengenakan pakaian yang sudah disiapkan Calandra.

"Apanya?"

"Am I look boring?"

"Nggak, ah. Adek kamu ngaco." Bantah Calandra.

"Hmm, gitu ya?" Rafael mengibas-ngibas rambut basahnya, menimbulkan keributan kecil lantaran cipratan air mengenai wajah cantik Calandra.

"Aku udah skincare-an, ihh!" Geram Calandra, disertai pukulan main-main di dada Rafael.

"Sorry, sayang. Bantu keringin dong?"

Dengan bersungut-sungut Calandra mengambil alih handuk dari tangan Rafael, menuntun Rafael duduk di tepi ranjang, kemudian dengan telaten mengeringkan rambut lebat pria itu.

"Jadi gimana Papa kamu?" Calandra memulai obrolan.

"Papa sih setuju datang ke pertemuan nanti, tapi aku agak khawatir..."

"Khawatir kenapa?"

Rafael menghela napasnya. Tampak nggak yakin dengan keputusannya memperbolehkan sang Papa untuk memboyong istri dan kedua anaknya. "Papa mau pamer keluarga barunya, masa?" Ungkap pria itu.

Under Calie's Heel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang