21

1.8K 162 26
                                    

"Tadi Mama ke kantor kamu, kata satpam di sana bos mereka belum kelihatan dari tadi pagi. Kamu bolos?"

"Aku ada urusan sama Calandra." Balas Rafael sekenanya. Sang Mama memicingkan matanya, bibirnya terkatup rapat menyadari tanda kemerahan di perpotongan leher Calandra. Meski demikian dia enggan berkomentar, Rafael dan Calandra sama-sama sudah dewasa, pikirnya.

"Kita masih sempat ke rumah Mami kamu, nggak? Kamu syuting jam berapa?" Rafael bertanya pada gadis disampingnya.

"Masih sempat, kok. Bentaran doang tapi..."

Rafael sadar kekasihnya merasa kecewa dengan kemungkinan batalnya agenda mereka hari ini. Sudah beberapa kali Calandra mengungkapkan keinginan untuk bertemu sang Mami. Gadis itu jelas sangat merindukan Mami-nya. Melakukan panggilan telepon saja nggak cukup mengobati rasa rindu, lantas pertemuan lah satu-satunya solusi ampuh. Sepertinya Rafael harus membujuk Papi mertuanya untuk mengubah rencana mereka.

"Besok aja gimana? Besok Kakak pulang cepet, deh." Tawar Rafael.

"Nggak mau."

"Biar Adek nggak capek bolak-balik..." Rafael memelas sedemikian rupa.

Kedatangan sang Mama dan satu orang lainnya— yang enggan Rafael sebutkan namanya —benar-benar sudah menghancurkan rencana mereka. Bayangan makan siang romantis seketika buyar. Rafael nggak bisa mengelak saat kedua tamu nggak diundang itu tiba-tiba menginvasi dapurnya— bertingkah seolah mereka adalah juru masak yang diundang langsung oleh si tuan rumah. Bahkan kedua orang itu hampir melibatkan Calandra bila Rafael nggak sigap menghadang. Ayolah, Calandra nggak begitu suka memasak, oke?

"Rara, lihat!" Jovian berseru sambil memamerkan kelihaiannya dalam memasak.

Calandra tersenyum kaku, demi Tuhan dia risih dengan kelakuan Jovian yang begitu terang-terangan mencari perhatiannya. Calandra nggak peduli dengan semua aksi yang dipamerkan Jovian, persetan dengan Jovian dan kemampuan memasaknya, dia hanya ingin semua ini cepat berakhir. Jovian harus berhenti sebelum Rafael murka lalu menendangnya keluar. Perlu diingat bahwa sabarnya Rafael hanya berlaku untuk Calandra seorang.

"Nah, pastanya sudah jadi!" Mama Rafael kembali bersuara, dengan hati-hati memindahkan masakannya ke mangkuk marmer berukuran sedang lantas melangkah menuju meja pantry— di mana Calandra dan Rafael duduk bersisian dibaliknya.

"Pasta carbonara kesukaannya putra Mama."

Calandra reflek menoleh pada Rafael. Tatapannya mengisyaratkan keraguan atas pernyataan yang baru saja dia dengar. Batinnya bertanya-tanya, sejak kapan Rafael menyukai makanan Italia?

"Udah enggak." Rafael berucap santai, tapi kemudian tanpa beban mencomot pasta yang tersaji di depannya. Kepalanya mengangguk-angguk pelan, seperti yang diharapkan, masakan sang Mama memang nggak pernah gagal.

Nggak lama setelahnya Jovian pun ikut bergabung. Pria itu tersenyum super lebar seraya menata hidangan di atas meja. "Main dish hari ini, grilled wagyu tenderloin with smoked chilli salsa ala Jovian." Pamernya.

Dengusan sinis Rafael praktis dia dapatkan. Diam-diam Calandra meremat tangan Rafael guna mengingatkan pria itu untuk lebih menjaga sikapnya. Bagaimanapun Jovian masihlah tamu yang harus mereka perlakukan dengan baik, bila tidak Calandra bisa dipandang buruk oleh calon Mama mertuanya. Dia nggak mau dicap pembawa pengaruh buruk pada Rafael, oke?

"Ayo cobain! Calandra, jangan malu-malu, sayang."

"Makasih, Tante Sarah." Sahut Calandra disertai senyum manisnya. Omong-omong Calandra dan Mama Rafael— Sarah, sudah berkenalan sebelumnya. Sejauh ini belum ada tanda-tanda wanita itu keberatan dengan hubungan percintaan putranya, nggak tahu nanti.

Under Calie's Heel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang